Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Tiga

Ariadne baru saja keluar dari kamar. Ia kemudian melihat pria yang bertemu dengannya semalam berdiri bersandar dan melambaikan tangan padanya. Dengan kaos putih dan celana jins biru, pria itu justru tampak begitu menawan lebih dari semalam. Kaos putih itu tampak dengan begitu pas memperlihatkan tubuh berototnya. Ariadne mengabaikan saja dan segera berbalik untuk melangkah ke arah yang berbeda.

"Kau mau ke mana?" tanya pria tersebut yang segera menyusul. Sama seperti kemarin, ia kembali menghadang langkah Ariadne.

"Itu bukan urusanmu. Aku juga tidak ingin melihatmu. Aku sudah cukup muak dengan yang kaulakukan."

"Kau memintaku pergi? Apa kau lupa dengan yang kukatakan semalam?" tanya pria itu sambil melangkah mendekat. Senyum yang menyebalkan bagi Ariadne kembali muncul pada wajah tampan pria itu.

"Aku tidak memiliki utang apa pun padamu. Kau jangan bertindak melebihi batas." Teguran tersebut justru membuat sang pria yang berambut agak ikal itu menarik Ariadne dalam pelukan. Meski Ariadne meronta, tetap saja tidak bisa melepaskan diri dari pelukan tersebut.

"Kau bilang tidak berutang? Padahal karena dirimu, aku kehilangan semua kesenangan kemarin."

Ariadne tidak peduli dengan tuduhan yang menurutnya tidak masuk akal tersebut. Ia terus saja hingga akhirnya pria itu melepaskan dia karena ada orang yang datang dan menegur mereka.

"Bermesraan di lorong, apa kalian tidak tahu malu?"

Ariadne tidak menjawab dan segera berlalu tanpa peduli. Ia sempat melihat pada kaca buram besar yang berada di depannya. Di sana terpantul bayangan sosok pria tersebut. Dia sedang tersenyum pada orang yang menegur dan keduanya tampak kemudian malah bicara dengan akrab. Hal itu membuat Ariadne makin kesal karena begitu cepat pria itu membuat orang untuk melupakan yang terjadi.

***

"Lucas Alexander Lee," sapa seorang lelaki paruh baya yang tertawa lebar. Ariadne ikut menoleh dan ia melihat si pria menyebalkan tengah berjalan masuk. Kemeja putih dengan perpaduan jas dan celana panjang berwarna hitam membuat sosok pria bertubuh atletis tersebut tampak makin menawan. Beberapa wanita yang ikut menoleh bahkan melihat dengan kekaguman yang tidak disembunyikan. Semua seperti terpesona dengan ketampanan dan karisma tidak tersembunyi yang dimiliki pria bernama Lucas tersebut. Hanya Ariadne yang mungkin terlihat sebal dengan pria yang baru ia ketahui namanya itu.

Lelaki yang menyapa tampak mengobrol akrab dengan Lucas. Seorang pelayan tampak datang dan menuang anggur pada gelas Lucas. Keduanya kemudian melanjutkan pembicaraan yang diselingi dengan tawa. Seorang gadis tampak datang menghampiri. Ia kemudian mengajak Lucas berdansa dan Lucas menerima ajakan itu dengan penuh antusias.

Mereka berdansa di bawah iringan musik lembut nan romantis. Tampak sang gadis tersenyum senang dan menyandarkan kepala pada dada bidang Lucas. Beberaps pasangan juga berdansa di dekat mereka dengan begitu mesra. Malam itu merupakan acara pesta yang diadakan oleh pihak kapal pesiar karena ada beberapa tamu penting yang tengah berulang tahun.

"Dasar playboy kelas pinggiran," dumel Ariadne saat melihat dansa mesra Lucas. Ariadne sendiri tengah duduk di sudut aula pesta tersebut sambil meneguk minuman beberapa kali. Gadis itu telah menolak ajakan dansa dari beberapa pria muda. Ariadne menolak ajakan mereka dengan halus. Ia tidak terlalu mengenal mereka. Kurang baik rasanya untuk menerima ajakan dansa tersebut.

Ariadne melihat Lucas tengah menatap dia sambil tersenyum. Merasa kesal, Ariadne memutuskan untuk pergi dari sana.

Ariadne baru keluar dari aula dan ia merasa kepalanya sedikit pusing. Pandangannya bahkan mengabur dengan mata berkunang-kunang. Ini tidak pernah terjadi. Sebelumnya ia telah sering berpergian dengan kapal. Lagipula hari sebelumnya ia merasa dirinya baik-baik saja, jadi kenapa sekarang ia merasa kakinya tidak lagi kuat menopang tubuh? Gadis itu telah merasa bahwa mungkin ada obat yang telah dicampur dalam minumannya.

Dugaan tersebut tidak salah karena kemudian beberapa orang pria muncul dan mendekati dia. Mereka tertawa-tawa saat melihat gadis tersebut telah berjalan sempoyongan.

"Nona, ayo biarkan kami membantumu," ucap salah seorang dari mereka. Lengannya merangkul untuk memapah gadis itu. Yang lain tertawa senang. Salah seorang ikut memapah pada sisi yang lain. Akhirnya mereka akan bisa bersenang-senang dengan gadis yang menurut mereka sok jual mahal tersebut. Ariadne berusaha mendorong mereka sambil mengatakan tidak, tetapi tangan dia begitu lemah seolah tidak bertenaga. Suara yang keluar bahkan terdengar hanya berbisik saja. Meski tahu dirinya dalam bahaya, ia tidak berdaya untuk melawan.

"Apa kalian tidak tahu malu?" tegur Lucas yang telah berdiri di depan mereka. Mendapat teguran, para pria itu justru merasa marah. Mereka menganggap Lucas telah mengganggu dan menghalangi rencana mereka untuk bersenang-senang. Mereka berniat untuk mengepung dan mengeroyok Lucas. Namun ternyata Lucas tidak datang sendiri. Para petugas keamanan di kapal tersebut juga datang bersama dia. Mereka segera bertindak dan mengamankan orang-orang tersebut. Lucas sendiri segera menggendong dan membawa Ariadne untuk pergi dari sana.

Lucas tiba di kamar miliknya dan ia segera membaringkan Ariadne di atas tempat tidur. Gadis itu telah setengah tidak sadar. Matanya tampak sayu dan tidak fokus. Lucas menggeleng sambil melihat padanya.

"Gadis galak sepertimu ternyata tetap saja bisa ceroboh," ucapnya. Tentu saja Ariadne tidak menanggapi. Ia malah mengeluh kepanasan. Gadis tersebut kemudian mulai membuka satu per satu kancing pakaian yang dikenakan.

"Hei, apa yang kaulakukan?" tegur Lucas sambil menahan tangan Ariadne. Namun gadis itu malah tersenyum padanya.

"Allen, aku sangat merindukanmu," ucapnya dengan suara parau. Ariadne kemudian mendekat dengan cepat dan mencium bibir Lucas dengan begitu penuh hasrat. Lucas berusaha sekuat tenaga mengendalikan diri dan mendorong gadis itu. Ariadne kembali berbaring di tempat tidur dan langsung terlelap.

"Kau begitu ceroboh. Apa bahkan tidak bisa menjaga dirimu sendiri?" tukas Lucas sambil beringsut berdiri. Ia kemudian menuju ke kamar mandi untuk mendinginkan diri dari hasrat yang bergejolak.

***

Saat Ariadne membuka mata pada keesokan hari, hari telah menjelang siang. Pandangan dia terasa mengabur dengan kepala yang begitu pusing. Ia merasa juga begitu tidak bertenaga dan ingin memejamkan mata untuk kembali tidur. Namun kesadaran kemudian menyusup masuk dalam benaknya saat menyadari ia berada di kamar yang asing.

Segera Ariadne bergegas bangun. Diabaikannya kepala yang masih terasa pusing. Ia kemudian segera mengenakan sepatu dia yang berada di lantai. Langkah dia yang sedikit terhuyung terhenti saat mendengar pintu kamar mandi dibuka dari dalam. Matanya membeliak lebar saat melihat Lucas tengah berjalan sambil mengenakan piyama mandi sambil mengeringkan rambutnya yang masih terlihat basah.

"Kau sudah bangun rupanya," ucap Lucas sambil tersenyum. Tidak menjawab, Ariadne justru berjalan mendekat dan melayangkan tamparan pada pipi kiri pria itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel