Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 - Tidak Sadarkan Diri

Makan siang kali ini terasa begitu hambar bagi putra mahkota Zao, bukan karna makanan di hadapannya kurang garam, bukan pula karna kurang enak. Makanan yang ada di hadapannya jelas enak dan menggugah selera, sayang semuanya terasa begitu hambar tanpa keberadaan Mei Yin yang selama tiga hari ini tidak pernah lagi datang saat ayah mereka marah besar.

Selama tiga hari putra mahkota Zao seakan kehilangan semangat hidupnya semenjak Mei Yin tidak lagi datang mengusik mereka di sela-sela putra mahkota Zao dan kaisar Ying bekerja. Dampak Mei Yin dalam hidup putra mahkota Zao begitu hebat, hanya karna tak pernah melihat dan mendengar kabarnya selama tiga hari membuatnya uring-uringan. Jika dulu ia sama sekali tidak berpengaruh dengan sikap acuh tak acuh adiknya, tapi saat ini adiknya yang sudah membuatnya terbiasa jelas merasa ada sesuatu yang hilang dan kurang lengkap.

Apa yang putra mahkota Zao rasakan juga di rasakan kaisar Ying, sayang kaisar Ying saat ini terlalu gengsi untuk mengakuinya. Hatinya terus saja menjerit karna merindukan putri kesayangannya dan ingin segera menemuinya, sayangnya di sisi lain egonya terus melarang keinginan hati kaisar Ying sehingga ia harus memendam dan menahannya dalam derita. Kaisar Ying jelas sadar ia telah salah mengertak dan membentak putrinya, ia melakukan hal itu jelas di luar kesadarannya. Putra mahkota Zao saja sangat kecewa dengan sikapnya sehingga putra kesayangannya pun mendiaminya, ia hanya akan menjawab jika di tanya dan selebihnya akan kembali mendiaminya.

Kaisar Ying menghela nafas berat, ia menaruh sumpitnya kasar sehingga terdengar suara 'plak' yang cukup keras. Putra mahkota Zao hanya menoleh sesaat sebelum kembali melanjutkan makannya. Kaisar Ying memijit pangkal hidung mancungnya, wajah keriputnya menampakan raut lelah. Sudah cukup ia di pusingkan masalah pemerintahan kerajaannya, ia juga harus di pusingkan masalah keluhan rakyat dan protes para mentri dan pejabat mengenai keputusannya yang tidak akan ikut andil dalam festival lomba kerajaan terbaik kekaisaran Ming. Sekarang ia harus di pusingkan dengan sikap putranya yang mendiaminya, juga dengan putrinya yang selama tiga hari ini tak ada kabar.

Bohong jika kaisar Ying tidak khawatir dengan kondisi Mei Yin, bohong jika kaisar Ying tidak merasa takut jika tiba-tiba saja putrinya melakukan hal yang nekat dan kembali mengakhiri hidupnya, bohong jika kaisar Ying tidak cemas jika tiba-tiba kedua anak kesayangannya tak lagi menoleh padanya. Kaisar Ying selalu dihantui perasaan tersebut, ia khawatir, cemas serta takut namun ego dan logikanya masih melarangnya untuk mengalah dengan aksi kedua anaknya sebab yang dilakukan kaisar Ying saat ini hanya untuk kebaikan mereka semua walaupun apa yang ia lakukan juga jelas membuat beberapa orang kecewa dan terluka.

Kasim Wei menghampiri kaisar Ying yang nampak sangat frustasi. Ia berdiri di samping kaisar Ying dan bertanya apakah ia baik-baik saja dan tentu saja di jawab dengan gumaman dari kaisar Ying.

"Apakah makanan yang ada di meja tidak enak yang mulia? Haruskah hamba meminta juru masak kerajaan menggantinya dengan yang baru?" Tanya kasim Wei khawatir

"Tidak perlu. Semua makanannya enak, hanya saja makanan hari ini dan tiga hari yang lalu agak berbeda dari makanan yang Zhen makan bersama putra mahkota Zao dan putri Mei Yin terakhir kali"

"Sebelumnya hamba memohon maaf pada anda yang mulia" kata kasim Wei sedikit meringis "makanan yang anda makan terakhir kali bersama yang mulia putri adalah makan yang di masak oleh yang mulia putri Mei Yin sendiri" lanjut kasim Wei.

Perkataan kasim Wei jelas membuat putra mahkota Zao menoleh terkejut, bukan hanya ia yang terkejut tapi kaisar Ying pun sama terkejutnya.

"APA?"

* * * * *

Kasim Wei menghela nafas sesaat sebelum menceritakan kejadian dua hari lalu saat putri Mei Yin menggemparkan seisi dapur istana karna kehadirannya di saat hari masih sangat pagi hanya untuk bertempur dengan berbagai macam bahan masakan di dapur istana, ia berada di sana hanya untuk membuat makan siang yang akan ia santap bersama dengan kaisar Ying dan putra mahkota Zao. Awalnya kasim Wei tak ingin menceritakannya, sebab ia telah berjanji pada kepala dapur istana kerajaan, Dayang kepala Mie Ran. Namun melihat betapa kacaunya kaisar Ying dan putra mahkota Zao saat ini membuat kasim Wei tak tega dan memilih mengingkari janjinya.

"Tiga hari yang lalu, hari dimana anda bertengkar dengan yang mulia putri. Pagi itu dapur istana di gemparkan dengan kedatangan putri Mei Yin, putri Mei Yin bahkan lebih dulu berada di dapur istana bersama Jiao Zhu dan Qiao Xu. Saat itu menurut dayang kepala Mei Ran, putri Mei Yin mungkin sudah berada di sana sejam sebelum mereka para dayang juru masak istana datang"

"Awalnya mereka terkejut dengan keberadaan putri Mei Yin, keterkejutan mereka bukan hanya sampai di sana saja, sebab hal yang paling mengejutkan mereka ketika melihat sendiri betapa pandai dan lihainya putri Mei Yin dalam memasak makanan yang saat itu anda makan bersama putra mahkota Zao dan juga putri Mei Yin. Semua makana yang anda makan hari itu adalah masakan yang mulia putri Mei Yin tanpa bantuan siapapun, Jiao Zhu dan beberapa dayang dan kasim yang bertugas melayani putri Mei Yin hanya membantu membawa makanan tersebut keistana emas waktu itu. Saat kepala dayang bertanya mengapa putri Mei Yin repot-repot datang kedapur istana dan memasaka makanan sebanyak itu? Mei Yin hanya membalasnya dengan senyuman sebelum menjawab bila yang mulia putri memasak makanan khusus untuk dua orang istimewa dalam hidupnya. Setalah putri Mei Yin menjawab pertanyaan kepala dayang Mei Ran, dan sebelum ia pergi ia, yang mulia putrid Mei Yin meminta untuk merahasiakan apa yang barusan mereka lihat dan hal itu jelas di patuhi dayang Mei Ran" kata kasim Wei mengakhiri penjelasannya.

Kaisar Ying nampak lemas, ia tak tahu putrinya sangat mengistimewakan ia dan putranya. Rasa bersalah mulai menghantam ulu hatinya hingga ia merasa sesak. Sangat menyakitkan mengetahui ia telah melukai hati putrinya yang bahkan selama hidupnya tak pernah menginjak dapur juga tak pernah memegang sebuah pisau. Membayangkan betapa susah payahnya putrinya memasak membuat kaisar Ying sedih dan terluka, apalagi saat ia mengingat terakhir kali ia mengertak dan membentak putrinya. Sedangkan putra mahkota Zao tertengun setelah mendengarkan penjelasan kasim Wei, ia mengingat jelas percakapannya dengan Mei Ying sepuluh hari yang lalu dimana Mei Ying mengatakan akan menunjukan kemampuannya.

"Mungkinkah ini yang mei mei maksud?" Gumam putra mahkota Zao sangat lirih.

"Hamba juga ingin mengatakan sesuatu yang juga tidak kalah penting dengan hal ini yang mulia" kata kasim Wei

"Mengenai hal apa?" Tanya kaisar Ying dengan raut wajah terpukul penuh sesal.

"Ini masih menyangkut yang mulia putri" jawab kasim Wei.

"Ada apa dengan Yin'er?" Tanya kaisar Ying menggebu.

Belum sempat kasim Wei menjelaskan hal penting tersebut pada kaisar Ying, tiba-tiba Qiao Xu datang memotong penjelasan yang baru saja akan ia keluarkan. Qiao Xu terengah dengan nafas yang tidak beraturan.

"Ma-afkan engh .. atas kelancangan haambaa yaaang muliaa" kata Qiao Xu putus-putus.

"Apa yang terjadi? Mengapa kau nampak begitu kelelahan?" Tanya putra mahkota Zao nampak khawatir melihat sahabatnya yang ditugaskan sebagai pengawal pribadi adiknya.

"Hamba tid-ak apa-aapa! Tapi yang mulia putri.."

"Ada apa dengan mei mei?"

"Yang mulia, di-ditemukan tidak sadarkan diri dalam kamarnya!" Jawab Qiao Xu sedikit terbata.

Deg!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel