Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Rencana Terjung Ke Ciliwung

Bab 6 Rencana Terjung Ke Ciliwung

Keenan berpikir apa sosok istrinya tadi sengaja datang menghampiri dan menuntunnya ke tempat ini untuk mengajaknya pergi. Keenan sudah lelah dengan kerinduan ini. Kenyataan pahit diberhentikan dari perusahaan juga menambah beban kalut di pikirannya.

Keenan berpikir sesaat apa lebih baik jika ia mengakhiri hidupnya hari ini, dengan begitu ia bisa tenang. Selain mendapat ketenangan mungkin ia berkesempatan bertemu dan bersama lagi dengan istrinya di alam keabadian. Ia juga menjamin begitu ia lompat masuk ke dalam air sungai yang ada di bawahnya ia langsung akan mati. Mengingat begitu kotornya dan beracunnya air sungai ini. Dengan hanya meminum satu tegukan air sungai ini, maka dijamin malaikat pencabut nyawa senang hati datang menghampirinya dan membawa jiwanya pergi dari dunia.

Gelap dan sepi malam di Ibukota ini ternyata tidak membuat orang-orang seperti wanita yang tengah memperhatikan Keenan takut untuk keluar. Wanita itu sudah lama memperhatikan gerak-gerik pria yang ia duga gila itu. Dari kejauhan ia sudah bersiap bila pria itu bertindak nekat. Wanita itu Mira. Mira memang sangat tidak suka melihat orang-orang yang bertindak bodoh, salah satunya yang akan dilakukan pria itu.

Ada cerita lama yang akan kembali dan membawa warna di kehidupan keduanya nanti. Tuhan mengirimkan Mira tepat di saat Keenan sudah berada di titik akhir dari keputusasaanya. Melihat pria itu melangkah lebih dekat dengan pagar jembatan, Mira langsung berlari menghampirinya.

“Kamu sedang apa di sini?” Mira bertanya dengan sopan untuk sekedar memastikan.

Bukannya menjawab pertanyaan Mira, Keenan masih sibuk dengan pemikirannya yang akan mengakhiri hidupnya hari ini. Mira tidak berhenti disitu saja, ia kembali berkata kepada pria itu. “Maaf jika saya mengganggu, lebih baik jika memiliki masalah diselesaikan dengan kepala dingin. Putus asa memang berat, tapi jangan juga dijadikan alasan untuk mengakhiri hidup.”

Keenan masih bergeming di tempatnya, seakan ia mendadak tuli akan keadaan sekitar. Mira mencoba cara lain untuk menyadarkan pria di hadapannya itu. “Mas, sedang apa?! Tidak begini cara menyelesaikan masalah.” Memegang bahu Keenan pelan.

Keenan sadar dari semua lamunannya dan dengan pelan menoleh ke arah wanita yang berbicara dengannya itu. Mira merasa lega akhirnya pria itu sadar dan menoleh melihat dirinya. “Pulang saja Mas, ini sudah malam. Jangan termakan oleh keputusan sesaat dengan pendek pemikiran,” bujuk Mira kepada pria yang memiliki tatapan sendu itu.

Keenan mencoba menjawab Mira dengan pelan. “Hidup ini sangat kejam kepada saya. Sudah tidak ada gunanya saya hidup.”

“Tidak semuanya begitu Mas. Masih ada keluarga Mas menunggu di rumah pastinya,” ucap Mira.

“Mba tidak mengenal saya, saya hanya seorang diri di sini. Tidak ada yang benar-benar peduli dengan saya,” ucap Keenan putus asa.

“Maaf saya memang tidak mengenal anda. Tapi saya yakin betul semua masalah pasti ada jalan keluarnya,” bujuk Mira kembali.

“Jangan ikut campur dengan hidup saya! hidup saya milik saya. Jika anda tidak ingin melihat saya mengakhiri hidup saya di sini, silahkan anda saja yang pulang!” Keenan berseru.

Mira bingung harus apa lagi, apa memang ia kini terlalu mencampuri urusan orang lain.

Tapi ia juga tidak ingin meninggalkan pria yang sepertinya memang sudah bertekad mati hari ini dengan menyatu dengan hitamnya air sungai yang penuh limbah di bawah mereka. Kembali melihat sekeliling untuk meminta bantuan tambahan ternyata nihil, masih tidak ada orang maupun kendaraan yang lewat.

“Baik saya tidak akan mencampuri urusan anda. Tapi saya hanya ingin bilang walaupun anda berpikir hidup anda milik anda, pikirkan juga orang lain yang anda sayangi. Mereka pasti tidak ingin kehilangan anda. Seputus asa anda saat ini, bunuh diri bukanlah solusi yang terbaik. Semoga anda paham maksud perkataan saya,” jelas Mira sebagai kalimat pembujuk terakhir darinya.

Keenan hanya mendengar penuturan wanita bawel yang mengusiknya dengan hanya memasukkan kata-katanya ke telinga kanan keluar dari telinga kiri. Ia tidak peduli dengan semua perkataan Mira. Ia sudah gila dan depresi dengan kondisinya beberapa bulan ini. Seperti tidak cukup dengan satu masalah datang masalah lain menindih dadanya yang kini begitu menyesakkan.

Ia perlahan menaiki atas penyangga jembatan, dan ia sudah siap jika harus meregang nyawa malam ini. Selamat tinggal dunia, ia percaya cintanya akan membawanya kembali bersama dengan Darina walau di dunia berbeda nanti. “Darina sayang, aku datang tunggu aku. Aku sangat merindukanmu,” ucap Keenan lirih dalam hati seraya memejamkan mata siap loncat dari jembatan ini.

Entah mengapa hari ini terasa begitu melelahkan untuk Mira. Seakan kejadian ajaib tidak berhenti menghampirinya. Begitu pun mala mini yang sudah semakin larut. Mengapa juga ia harus melihat percobaan bunuh diri di hadapannya secara langsung. Pria gila itu sekarang telah sempurna berada di posisi mulai untuk melompat terjun ke sungai Ciliwung yang kotornya bukan main.

Mira sudah melontarkan berbagai kalimat motivasinya, berikut juga dengan bujukan yang ia rasa jika orang waras mendengarnya akan berpikir kembali untuk melakukan perbuatan bodoh ini. Ia dibuat heran kemana perginya akal sehat pria ini, begitu beratkah hidupnya?

Mira yang masih berpikir cara bagaimana membuat pria ini turun, tiba-tiba ia melihat gerak-gerik mencurigakan dari pria itu. Sepertinya aksinya sudah bulat ia sudah memejamkan mata dan tersenyum persis seperti orang gila yang tadinya menangis dan akan berubah ekspresi tiba-tiba menjadi tertawa bahagia.

Mira memikirkan bagaimana ia harus bereaksi? Ketika ia melihat pria itu ingin melompat dengan refleks ia menarik kerah belakang pria itu secara paksa. Pria itu yang tidak lain tidak bukan adalah Keenan langsung membuka matanya dan marah aksinya dihalangi oleh Mira. Keenan menarik bajunya kembali, namun Mira tidak kalah kuat dalam aksinya itu.

Aksi mereka saling beradu tarik menarik itu berlangsung secara dramatis dan cukup lama.

“Jangan bodoh kamu!!!” teriak Mira sambal meraih kerah belakang Keenan.

Akhirnya Keenan lengah akan pijakannya yang hanya berdiri di atas penyangga jembatan yang tidak luas.

Bruk!!!

Keenan jatuh menimpa tangan Mira karena terpeleset dari pijakannya.

Mira terkejut bukan main, aksinya menolong pria itu untuk tidak bunuh diri malah sekarang pria itu jatuh. Memang tidak tinggi jatuhnya, namun siapa sangka ternyata ada batu yang sudah bertengger di atas trotoar pinggir jembatan ini.

Keenan jatuh tepat dengan kepalanya membentur sebuah batu bata. Mira kira Keenan hanya jatuh biasa. Ia juga sedang merasakan rasa sakit di tangannya yang tertimpa badan Keenan yang tinggi dan kekar itu. Mira heran mengapa pria itu tidak juga bangkit dari posisi jatuhnya.

Mira langsung melihat dan memeriksa keadaan Keenan. Mulai dari memeriksa napas, serta detak jantung Keenan. Mira bersyukur pria itu masih hidup pikirnya. ‘Mengapa pria ini diam saja dan tidak sadar ya?! Apa dia sudah mati?!’ tanya Mira dalam hati.

Wanita itu mencoba menepuk pipi Keenan pelan, pria itu masih tidak bergeming. Mencoba hal yang sama namun dengan kekuatan yang lebih besar, pria itu belum juga bangun. Wanita itu bingung bukan main. Ia khawatir dengan keadaan pria itu, karena ia juga yang membuat pria itu sampai jatuh.

Mira yang khawatir akan kondisi pria yang tergeletak di atas aspal itu, segera bangkit dan mencari bantuan apa ada kendaraan yang lewat. Tidak terasa malam gelap itu pun perlahan berubah dengan hadirnya matahari yang sedikit demi sedikit muncul dari persembunyiannya.

Wanita bersuami yang tadi menggagalkan aksi bunuh diri Keenan mau tak mau merasa bertanggung jawab untuk memastikan Keenan baik-baik saja. Ia harus membawa Keenan ke rumah sakit.

Mira akhirnya melihat penampakan taksi dari kejauhan. Ia langsung melambaikan tangan memberhentikan taksi itu. Dengan cepat ia meminta tolong kepada supir taksi tersebut membopong pria yang sedang pingsan itu.

Tujuannya kini adalah rumah sakit terdekat dengan posisinya kini. “Pak tolong antarkan ke rumah sakit terdekat,” ujarnya kepada sang sopir.

‘Baik Mba,” jawab Pak sopir.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel