12. Waktu Berdua
Jantung yang terus berdetak kencang mengantarkan perasaan aneh di dada Julia, napasnya memburu cepat atas dasar sebuah alasan yang tidak diketahui penyebabnya. Perasaan aneh itu muncul setelah mereka selesai menonton film.
Ada rasa panas yang terus menggelayut, membuatnya bergejolak, penasaran. Bagian tubuh lainnya terasa panas, membuatnya duduk dengan gelisah.
Belum pernah seumur hidupnya, Julia merasakan perasaan seperti ini. Ini baru, suasana yang sangat baru dan menyenangkan.
Gadis itu buru-buru menundukkan kepalanya. Menunduk terlalu dalam, dia menghindari tatapan sang kekasih yang akan semakin membuatnya berpikiran macam-macam. Mata cokelat gelap yang mampu membuat Julia tenggelam begitu dalam, dan sulit untuk kembali naik ke permukaan.
Mata Jacob itu sanggup menghipnotis dirinya! Walau terkesan berlebihan, tapi itulah kenyataannya. Kelopak mata Jacob yang tidak sipit, dan tidak juga tebal terlihat pas dengan matanya yang tajam seperti elang. Alis ulat bulunya itu tampak rapi, serta bulu mata yang ia miliki panjang dan lebat. Semua membuat Julia luluh dan jatuh hati.
Bukan fisik yang membuat gadis itu terlalu mencintai Jacob, melainkan kebaikan dan perhatian yang pria itu berikan untuknya. Dan lagi, fisik yang dimiliki oleh Jacob itu hanyalah bonus saja.
Julia menarik napas dalam-dalam.
Padahal dia sudah berguru dengan Hana, cara agar tidak gugup di depan seorang pria, di saat yang seperti ini. Julia lupa, bahwa Hana sama sekali belum berpengalaman. Berpacaran saja belum pernah.
Julia menarik napas dalam-dalam untuk sekali lagi. Kini, dia hanya berduaan saja dengan pria tampan yang memiliki tubuh yang seksi, tapi apa mau dikata ... Julia sudah dilanda kegugupan yang luar biasa.
Keadaan ini semakin membuatnya panas.
Dibandingkan sebelumnya, Julia tak pernah sekalipun merasa canggung jika berduaan saja dengan sang kekasih. Akan tetapi, jika boleh jujur, saat itu dia tidak merasa gugup karena mereka ada di depan umum.
Pertemuan mereka itu memang berada di ruang terbuka seperti di taman atau di area hiburan yang penuh dengan orang-orang yang sedang berekreasi bersama keluarga. Tak membiarkan mereka berdua-duaan dalam satu ruangan yang sempit.
Julia memejamkan mata. Jelas saja waktu itu dia tidak dilanda kegugupan seperti ini, karena tempat pertemuan mereka itu adalah tempat yang sungguh ramai. Namun, kini ... mereka hanya berduaan saja di dalam rumah.
Terlebih lagi, ini adalah rumah sang kekasih. Jacob itu laki-laki yang memiliki organ produksi yang subur. Jelas akan terjadi sesuatu.
Meski sibuk memikirkan betapa indahnya Jacob setelah keluar dari kamar mandi, mengapa di dasar hatinya yang paling dalam, Julia justru merasa takut?
Akan tetapi, di satu sisi ... gadis itu merasa antusias sekali. Dia tetap penasaran dengaj perasaan aneh yang baru pertama kali ini dia rasakan. Apalagi mereka baru saja selesai menonton drama erotis, film yang membangkitkan hasrat yang asing.
Berdasarkan cerita Hana tempo hari, perasaan panas yang bergejolak di beberapa bagian tubuhnya itu disebut dengan gairah, yang disebabkan oleh dirinya saat ini sedang terangsang. Terangsang karena melihat atau mendapatkan sesuatu yang begitu menggoda iman.
Bukan hanya Julia saja yang berpikiran dan mendapat perasaan panas itu, melainkan juga Jacob, dia pun merasakan hal yang demikian. Lelaki dengan bibir penuh berwarna merah muda, dengan sedikit bagian yang gelap di bagian bawah bibirnya, karena sewaktu remaja dia sempat menyesap nikotin dalam bentuk rokok tipis selama beberapa waktu. Namun, meski sempat merokok, tetapi itu tidak mengurangi pesonanya sekalipun.
Untunglah, Jacob sudah berhenti dari kebiasaan masa remajanya yang labil itu, ia kini tidak lagi merokok dengan alasan menjaga kesehatan.
Kesehatan itu yang utama, apalagi menjaga tubuh selalu bugar di setiap saat.
Jacob lalu tersenyum canggung, dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sudah jelas lelaki itu salah tingkah karena film yang mereka tonton begitu panas dan harus diakui olehnya, ada sesuatu yang terus berontak di bawah sana.
Adegan yang ditampilkan di film memang menggoda, terutama pemeran wanita di dalamnya. Mereka seolah menunjukkan daya tarik seksual mereka.
Tak ada lelaki yang tidak naik gairahnya setelah menonton film dengan adegan sensual yang menggoda seperti yang ditunjukkan oleh film yang dirilis tahun 2011.
Mengenyahkan pikiran kotornya, Jacob mencoba melepas suasana tegang di antara mereka. Ia berdeham beberapa kali. Lalu menatap gelas berisi minuman warna oranye yang belum tersentuh oleh sang kekasih. "Apa kau haus?" Tanyanya sambil meraih segelas minuman di atas meja, lalu memberikannya kepada Julia. "Minum dulu."
Minuman yang semulanya dingin, mendadak tak lagi terasa kebekuannya. Sebab, tangan Jacob sudah begitu panas. Pria itu menahan napas sesaat. Dia adalah pria normal yang sedang menahan ketegangan. "Filmnya ... agak berlebihan ya? Hahaha," komennya sambil tertawa canggung.
Dalam diamnya, Julia mengangguk malu-malu. Sebenarnya, di balik film itu terdapat sebuah pesan bahwa hubungan yang berlebihan itu tidak bagus. Tak tahu harus berkata apa, tidak mungkin Julia berucap ia ingin mencoba seperti itu juga. Jantungnya terus berdetak kencang di dalam sana, begitu berdebar-debar dengan ritme beraturan, tetapi ... rasanya sungguh nyaman. Entah mengapa.
Julia lalu meraih minuman yang disodorkan oleh Jacob, tetapi karena ia menundukkan kepalanya sedari tadi dan tidak melihat benda yang diberikan kepadanya, otomatis tangannya tak sengaja menyenggol gelas yang terisi penuh.
"Ah! Maaf!" Julia berseru kaget saat gelas berisi minuman rasa jeruk itu tumpah ke badan Jacob, mengakibatkan lelaki itu basah kuyup di bagian bawahnya. Celananya basah. Dengan refleks Julia mengelap bagian yang basah, yaitu di perut dan sekitar paha menggunakan tangannya. "Astaga! Bagaimana ini ...."
"Sudah, sudah. Tak apa-apa. Aku akan mandi sekarang," ucap Jacob menenangkan sang kekasih. Ditambah menghindari sentuhan lain yang diberikan oleh Julia, pikirnya lagi seraya menahan napas.
Jacob pun beranjak meninggalkan sang kekasih yang diam mematung di tempat duduknya. Julia menggigit bibir bawahnya dengan perasaan bersalah, seraya menatap kepergian Jacob. "Ba-bagaimana ini?" gumamnya gugup. Perasaannya dilanda kecemasan.
Julia lalu melirik ke tempat di mana Jacob duduk sebelumnya. Sofanya basah, dan itu semua karena kecerobohannya. Julia benar-benar merasa bersalah terhadap pria itu. Padahal sang kekasih sibuk, tetapi malah harus merapikan kesalahan yang Julia buat.
Sejujurnya di dalam hatinya yang terdalam, Julia memang belum siap mengikuti pelajaran Hana, itu masih terlalu sulit baginya yang belum pernah melakukan apa pun dengan lawan jenis.
Sayangnya, Julia lupa. Hana pun belum pernah mempunyai pengalaman yang nyata, tetapi dia sudah bisa mengajarkan orang lain dengan ilmu yang didapatnya dari film dan novel yang gadis itu baca.
Imajinasi Hana memang luar biasa, tetapi gadis dengan marga keluarga Smith itu tidak pernah mempraktikannya.
Sembari menunggu Jacob mandi, Julia pun mengelilingi ruang tamu rumah minimalis dan nyaman itu sendirian.