Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Mau Tetap Seperti Ini Sampai Nanti?

"Flu?" Si Haochen langsung mengerutkan keningnya.

"Eh..." Ming Ruo menepuk dahinya, "Maksudku masuk angin...."

Ming Ruo memindahkan gaunnya yang sudah hampir kering ke atas batu besar di sampingnya. Setelah itu, dia menyisir rambut panjangnya dengan menggunakan jarinya secara asal, lalu berdiri dan berjalan pergi begitu saja.

"Kamu mau ke mana?" Mata Si Haochen sedikit menyipit, penampilan gadis ini sekarang sangat berantakan, ditambah lagi, dia belum memakai gaunnya...apa dia mau berkeliaran begitu saja dengan penampilan seperti itu?

"Aku mau...pergi mencari kayu bakar. Pakaianmu juga harus dikeringkan." Ming Ruo mengangkat kepalanya dan melihat ke sekelilingnya. Pegunungan di sekitarnya setajam pedang, menuju ke arah langit. Bahkan jika dia mau pergi, setidaknya dia harus memiliki kemampuan untuk pergi, bukan?

"Pakai gaunmu dulu!" Meskipun enggan mengakuinya, biar bagaimanapun gadis itu sudah berstatus sebagai Permaisuri Yun, dia harus menjaga nama baiknya.

Ming Ruo tertegun sejenak. Dia menundukkan kepalanya dan melihat baju dan celana dalaman panjang berwarna merah yang dia kenakan. Meskipun sekujur tubuhnya sudah "tertutup rapat", tapi pakaian yang dia kenakan ini hanyalah pakaian dalam di mata orang zaman kuno.

Baikah, baiklah...

Saat masih kecil, dia sudah menghafalkan "Di Zi Gui" yang menjelaskan bahwa topi harus lurus, simpul baju harus rapi, memakai sepatu dan kaus kaki, semuanya harus tertutup rapat...tapi sayang, dia benar-benar tidak tahu bagaimana etika berpakaian di zaman ini, tidak masalah kalau dia harus memakai gaun dan pakaian-pakaian semacam ini, tapi kalau soal memakainya sesuai dengan aturan yang benar, jelas dia tidak bisa melakukannya.

Saat melihat Ming Ruo begitu kikuk saat mengenakan gaunnya, Si Haochen yakin kalau dia adalah seorang Putri yang selalu dilayani saat melakukan segala sesuatu, termasuk saat mengenakan pakaiannya sendiri.

Setelah mengenakan gaunnya, gadis itu langsung pergi untuk mencari kayu bakar.

Meskipun postur dan penampilannya terlihat tidak meyakinkan, kayu bakar yang dia ambil cukup banyak dan panjangnya cukup pas, ditambah lagi, kayu bakarnya juga sangat kering. Ini benar-benar mencurigakan.

Pakaian Si Haochen sudah dikeringkan. Meskipun sedikit kusut, tapi Si Haochen bisa membuat pakaian itu terlihat sangat rapi begitu dikenakan.

Ming Ruo diam-diam berpikir di dalam hatinya: Raja Yun ini sepertinya mengidap OCD, ya?

Si Haochen tiba-tiba teringat sesuatu, dia langsung menatap ke arah Ming Ruo dan bertanya, "Sejauh mana kamu bisa mengobati penyakit jantungku?"

"Tentu saja akan mengobatinya sampai Raja benar-benar sembuh. Apakah Raja mau tetap seperti ini sampai nanti?"

Kalau tidak bisa menyembuhkannya, maka dia tidak pantas mendapat julukan sebagai 'Tangan Malaikat'.

Bagi Ming Ruo, operasi ini sebenarnya tidak rumit, hanya saja, dia butuh seorang asisten yang bisa membantunya, kalau tidak, dia akan sangat kerepotan.

Si Haochen tidak memercayai perkataan Ming Ruo. Tabib Sakti Xue saja tidak bisa menyembuhkan penyakit jantungnya sampai 100%, dia hanya bisa menyembuhkannya sampai 80%, itu pun dia perlu menggunakan dua bahan obat yang sangat langka, yaitu Rumput Es dan Biji Teratai Api. Si Haochen sudah memerintahkannya untuk mencari bahan obat itu ke seluruh tempat, tapi setelah mencarinya selama tiga tahun, yang dia temukan hanyalah petunjuk kecil mengenai bahan obat itu, bukan bahan obat itu sendiri.

"Kamu bisa menyembuhkanku?"

"Iya." Ming Ruo mengangguk dengan sungguh-sungguh.

"Hehe." Si Haochen langsung menganggap "kepercayaan diri" Ming Ruo sebagai kesombongan dan bualan belaka.

Namun, keterampilan medis wanita ini memang cukup baik, setidaknya dia bisa membantunya untuk bertahan hidup sampai Tabib Sakti Xue dan Qin Mo kembali dengan membawa bahan obat itu.

Ming Ruo tidak tahu apakah hukum mengakhiri percakapan dengan "hehe" berlaku juga di zaman ini atau tidak, tapi dia memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa lagi.

Si Haochen tiba-tiba mengeluarkan sebuah manik-manik berwarna biru entah dari mana, kemudian menembakkannya ke udara. Detik berikutnya, sebuah cahaya berwarna merah yang begitu menyilaukan muncul di langit, meskipun sekarang masih siang, tapi cahaya itu terlihat sangat mencolok.

Ming Ruo merasa bahwa benda itu sangat ajaib, kalau menggunakannya pada malam hari, pasti akan terlihat sangat indah, "Apa yang kamu lakukan barusan?"

"Memanggil penjaga rahasia untuk mengantarku kembali ke kediamanku." Jawab Si Haochen.

"Oh..." Mengapa sepertinya pria ini sama sekali tidak menganggap dirinya, ya?

Ming Ruo memandang ke arah pegunungan tandus yang ada di sekitarnya, sorot panik melintas begitu saja di matanya, "Apa kamu...bisa mengajakku juga?"

"Kediaman Raja Yun bukan panti tunawisma yang mau menerima orang asing sepertimu." Si Haochen sendiri bahkan tidak menyadari bahwa dirinya yang biasanya sangat tegas malah menjadi tidak tegas terhadap wanita ini.

Ming Ruo tahu betul kalau Kediaman Raja Yun tidak membutuhkan kehadiran seorang Permaisuri, yang mereka butuhkan hanyalah orang yang bisa ikut dikuburkan bersama Raja Yun, karena kalau tidak, mereka tidak mungkin menikahkan Raja Yun dengan seorang wanita setelah dia meninggal.

"Mungkin Kediaman Raja Yun membutuhkan seorang dokter priba..." Ming Ruo langsung menyadari bahwa pemilihan kata "dokter pribadi" sepertinya kurang tepat, "Maksudku seorang tabib kediaman?"

"Tidak." Si Haochen bukannya sengaja ingin menolak tawaran Ming Ruo mentah-mentah, dia punya penyakit jantung, secara otomatis di Kediaman Raja Yun sudah ada beberapa orang tabib yang dia pekerjakan. Di Kediaman Raja Yun sendiri sudah ada tiga tabib kediaman, dan istana juga mengirimkan dua orang tabib kekaisaran untuk bersiaga di Kediaman Raja Yun, jadi dia benar-benar tidak kekurangan tabib.

"Oh..." Ming Ruo menghela napas panjang. Selain keterampilan medis, keterampilan riasnya juga tidak kalah bagus, tapi sayang, di Kediaman Raja Yun bahkan tidak ada nyonya rumahnya dan wajah Raja Yun sama sekali tidak butuh untuk dirias, keterampilan riasnya sama sekali tidak berguna.

Saat melihat mata Ming Ruo yang sebelumnya bersinar berangsur-angsur meredup, Si Haochen merasa dadanya menjadi sedikit sesak, "Tapi aku membutuhkan seorang tabib wanita."

"Aku bersedia." Ming Ruo menjawab dengan sedikit ragu. Dokter wanita tidak berbeda jauh dengan peracik obat, dia jadi teringat dengan murid-murid kecil yang ada di sekitar kakeknya, kemudian teringat dengan prestasi-prestasinya selama ini, tiba-tiba hatinya jadi terasa dingin.

Ah, sudahlah, itu tidak masalah! Tidak ada salahnya dia menjalankan pekerjaan ini terlebih dahulu, toh di masa depan nanti dia bisa berganti profesi. Dengan keterampilannya dalam pengobatan tradisional dan modern, dia tidak menganggap dirinya tidak layak untuk menjadi seorang "dokter pribadi".

"Baiklah." Si Haochen perlahan-lahan memejamkan matanya sambil menghela napas. Terlahir di keluarga kekaisaran membuatnya sangat memahami temperamen dan karakter seorang Pangeran dan Putri pada umumnya.

Seorang Putri dari suatu negara sepertinya jarang sekali ada yang bisa tetap tenang dalam mengambil keputusan saat berada dalam situasi semacam ini.

Ming Ruo juga menghela napasnya. Ketika dia hendak duduk untuk menunggu kedatangan anak buah Si Haochen, dia melihat Si Haochen membuka matanya secara tiba-tiba.

"Ada pembunuh yang datang." Sekujur tubuh Si Haochen langsung menegang. Kalau dilihat dari kecepatan dan jumlah pembunuh yang sedang dalam perjalanan untuk menemuinya, ditambah dengan kondisi fisiknya saat ini, sepertinya dia sama sekali tidak punya peluang untuk menang.

Begitu mendengar kata "pembunuh", Ming Ruo langsung terkejut, dia menatap ke arah Si Haochen dengan heran. Bukankah pria ini memanggil penjaganya? Mengapa malah pembunuh yang datang?

Dia sudah berusaha melakukan beberapa hal sejak berpindah ke dunia ini dan berada di tubuh ini, apa Tuhan benar-benar akan membiarkan dirinya mati di sini begitu saja?

Tidak! Dia tidak bisa menerima nasib yang begitu menyedihkan ini!

Ming Ruo berusaha keras untuk menenangkan dirinya. Saat ini, dia hanya berdua dengan Si Haochen, dia sama sekali tidak bisa bela diri dan kondisi Si Haochen sedang sakit parah, kalau tidak ada yang mengejar saja, mereka belum tentu bisa keluar dari gunung yang tinggi ini, apa lagi kalau ada pembunuh yang mengejar mereka? Tingkat kesulitannya benar-benar meningkat drastis…

"Kamu..." Mereka berdua berbicara di waktu yang bersamaan.

"Eh...kamu dulu saja." Ming Ruo tidak memahami situasi yang sedang mereka hadapi saat ini, bahkan sebelum Si Haochen memberitahunya, dia sama sekali tidak tahu kalau ada pembunuh yang datang, oleh karena itu, rencana yang terlintas di benaknya ini belum tentu tepat.

"Mereka hanya mengincarku, kamu harus segera mencari tempat untuk bersembunyi." Si Haochen langsung memancarkan aura dingin ke seluruh tubuhnya, "Kalau kita berdua bisa selamat dari ini, kamu akan menjadi tabib di kediamanku."

Tidak ada orang yang lebih memahami kondisi Si Haochen dibanding Ming Ruo, setelah ini dia akan menghadapi pertarungan yang sengit, dia bisa mati kapan saja, sedangkan untuk Ming Ruo, untuk bisa keluar dari sini hidup-hidup saja sudah merupakan hal yang sangat sulit.

"Aku bisa memberimu akupunktur, akupunktur ini akan membuat kondisimu menjadi normal selama lima belas menit. Tapi setelah lewat dari lima belas menit, kamu akan pingsan selama beberapa saat, dan setelah itu kamu harus beristirahat selama satu bulan penuh untuk memulihkan kondisimu."

Melakukan akupunktur ini sangat berisiko bagi tubuh, tapi ini adalah satu-satunya hal yang bisa dilakukan oleh Ming Ruo saat ini.

"Baiklah!" Si Haochen langsung menjawab tanpa berpikir panjang. Begitu menyadari kedatangan para pembunuh itu, dia sudah bersiap untuk mempertaruhkan nyawanya karena dia harus menghadapi mereka. Kalau kondisinya bisa kembali normal meskipun hanya selama lima belas menit saja, dia sangat yakin bahwa dirinya bisa menghabisi para pembunuh itu.

Ming Ruo tidak meminta Si Haochen untuk membuka pakaiannya, dia menusukkan jarumnya menembus kain pakaian Si Haochen. Setelah menusukkannya pada beberapa titik akupunktur di dada Si Haochen¸ dia berkata, "Setelah ini tolong berhati-hatilah, sebisa mungkin kamu jangan sampai menyentuh jarum-jarum ini."

"Baiklah." Setelah jarum-jarum itu ditusukkan ke tubuhnya, Si Haochen langsung merasakan bahwa darahnya mengalir dengan lancar.

Si Haochen menempatkan Ming Ruo di atas pohon yang tidak jauh dari sana dan memintanya untuk bersembunyi dengan baik.

Ming Ruo memeluk batang pohon itu dengan erat, "Kamu harus mengatur waktu dengan baik."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel