Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Suaraku dijadikan Tumbal

Aku terkejut saat melihat Bu Ratih Sang Kepala Desa itu ada didepanku. Ia mengatakan bahwa saat ini aku kena sawan yang menyebabkan aku tidak bisa berbicara lagi, sungguh aku sebenarnya tidak ingin bertemu dengannya lagi, aku takut sesuatu akan tetjadi denganku lagi. Suara pita yang aku punya telah hilang, entah sampai kapan suaraku bisa balik lagi .

“ Loh kenapa dengan Mbak Laras? “ tanya Nyai Ratih dengan pura-pura cemas

“ Tidak tau Bu Ratih, tadi dia terlalu lama berada di Kamar mandi dan pintu terkunci rapat, saat itu saya meminta Arjanta untuk membantu saya mendobrak pintu, dan saat kami masuk tiba-tiba Laras seperti orang linglung.”

“ Ya Tuhan, mungkin saat ini dia kena sawan Mas, nanti biar aku bantu menyembuhkannya.”

Ucap Nyai Ratih dengan tersenyum penuh arti kepadaku

Deg

Aku seakan mati rasa, saat dia mengatakan akan menyembuhkan aku, aku menggelengkan kepalaku saat itu, dan entah kenapa saat ku gelengkan kepalaku yang terjadi malah sebaliknya, aku menganggukkan kepalaku. Ya Tuhan apa yang sudah terjadi dalam tubuh ini.

“ Oh begitu ya Bu. Tolong bantu Laras agar dia bisa segera sembuh .” ucap Fabiam dengan menatap wajahku

“ Iya Mas, tenang saja nanti Janta yang akan membantu mengurusnya.” Jawabnya dengan memberikan kode anggukan kepada Arjanta.

Sudah aku duga, pemuda itu memang tidak baik, dia tak ubah hanya seorang kacung dari Nyai Ratih. Batinku kian berpikiran buruk terhadapnya. Arjanta melihatku dengan tatapan yang sangat tajam, ia tau kalau saat ini aku sangat membencinya, namun anehnya dia menatapku lain saat itu, ia seperti sedang ingin mengatakan sesuatu kepadaku, ku hiraukan saja tatapan itu.

Kembali Fabian melangkahkan kakinya menuju sebuah bilik dimana tadi Yuni berada, direbahkan tubuhku dalam kasur berukuran kecil yang ada dibilik itu , ku lihat Yuni yang saat ini terlihat sangat sehat dan kembali menjadi gadis yang cerewet.

Begitu dia melihatku yang kini tengah terbaring lemas, Yuni langsung mendekatiku, dia terlihat cemas dengan keadaanku.

“ Kau kenapa Laras?Apa yang terjadi denganmu?” yuni bertanya dengan wajah cemas kepadaku

Saat aku akan menjawab, suaraku kembali tidak ada , aku seperti orang bisu saat itu, suaraku tercekat ditenggorokanku hingga tak bisa keluar suara.

“ Y...ni...a...aggg ..gug..” aku hanya bisa mengatakan itu

Aku menutup mataku, kurasakan panas di sudut mataku. Kembali tubuhku bergetar dan air mata yang sudah membanjiri pipiku. Tak kurasakan suara indahku seperti saat sebelum aku makan daging tadi, aku yakin si nenek sihir itu sudab memberikanku racun kepadaku agar pita suaraku benar-benar menghilang, Yuni hanya menatapku tak percaya, mulutnya menganga dan ia tutupi dengan kedua tangannya, ia menangis sesegukan dengan memelukku, entah apa yang ada dipikirannya sekarang.

“ Laras, kenapa kau jadi begini bestie. “ ucapnya dengan menangis

“ Kenapa kau jadi tidak bisa berbicara? Apa yang terjadi denganmu?” lanjutnya

Aku langsung tertutup, aku hanya bisa memberikan sebuah isyarat, segera aku memintanya untuk memberikan pulpen dan juga kertas, agar bisa memudahkan aku dalam komunikasi.

Yuni nampak kebingungan , karena saat ini ia tak membawah apapun saat kesini. Aku kembali menghela nafasku dengan kasar, sulit bagiku untuk menjelaskan kepadanya kalau dia harus waspada dengan Nyai Ratih.

Tak lama kemudian Nyai Ratih datang kembali dengab membawah sebuah ramuan yang sudsh di tumbuk didalam sebuah wadah. Ia tersenyum kepada kami dan mendekatiku untuk memberikan ramuan yang ia buat.

“ Sini Laras, biar Ibu yang mbantumu untuk memberikan pengobatan.” Icapbya dengan mendekati diriku.

Aku pun memundurkan tubuhku hingga akhirnya aku sudah berada di pojok tembok. Fabian yang melihatku sedang menghindar mencoba untuk menenangkan diriku.

“ Sayang biar Bu Ratih mengobati mu sayang.” Bujuk Fabian dengan lembut kepadaku

Lagi-lagi aku terdiam, kembaki aku tekuk kedua kakiku dan ku benamkan kepalaku diatas tkedua tangan yang aku silangkan diatas lututku.

Ntyai Ratih sepertinya sedang tau saat ini aku sengaja menghindarinya. Iapun meminta Fabian dan Yuni keluar dahulu. Sempat aku megamg tangan Fabiam dengan lama berharap dirinya kali Ini menolak Nyai Ratih untuk mrlakukan pengoba kepads dirilu.

Aku menatap dengan tatapan memohon kala itu, tapi aku tak berhasil meluluhkan hatinya untuk tidak meninggalkan aku saat ini, ia melepaskan cengkramanku dan langsung keluar bersama Yuni saat itu disusul dengan Arjanta mengekori mereka.

Kini tinggallah Nyai Ratih bedua denganku saat itu, ia menatapku dengan tatapan menyeringai. Sesekali dia menggelengkan kepalanya dan tersenyum miring kepadaku.

“ Bagaimana Laras? Apa kau saat ini sedang menikmati kebisuanmu?”

“ Kau anak kemarin sore yang mencoba untuk melawan ku saat ini?”

“ Kau cukup senang dengan keberanianmu untuk membuka kedok daging teman kamu yang sudah aku bagi-bagikan kepada penduduk desa ini, bagaimana dengan dagingnya Laras ? Cukup enak bukan?”

Deg..deg..deg..

Aku tercekat dengan apa yang dia katakan saat ini, berarti Raniang benar-benar sudah mati? Ya Allah, aku sangat menyesal saat memakan daging Rani saat itu. Bayangannya kian kekat di pikiranku, Nyai Ratih sekarang sedang membalur leherku dengan sebuah ramuan, aku mencoba meronta, namum ancaman yang dia berikan membuat nyaliku langsung ciut.

“ Berani kau melawan, aku akan membuat ksu bisu seumur hidupmu Laras, berhenti kau mencoba melawanku.” Ucapnya dengan mengintimidasiku

Aku pun kembali terdiam, lebih baik aku menutut kali ini, atu tidak aku bisa mati ditangan eanita busuk ini, saat ini Rani saja berhasil dia jadikan tumbal dengan mudah, apalagi diriku saat ini.

“ Kau jangan pernah mengatakan apapun tentang Rani kepada siapapun, dia sekarang sudah menjadi dayang para iblis di Istanah mereka.”

Aku sudah geram dengan apa yang dia katakan kali ini, entah kenapa tiba-tiba suaraku kembali ada lagi saat aku mulai berani menjawab dengan lantang apa yang dia katakan saat ini.

“ Kau wanita Iblis, kau tega menjadikan tumbal temanku saat sedsng KKN di Desamu, bagaimana aku bisa diam saat melihat temanku mati karena mu.” Jawabku dengan nada marah dan mata yang sudsh memerah menatapnya

“ Oh ya? Hahahaha.. Coba saja kau katakan itu kepada teman-temanmu itu, aku yakin mereka akan mempercayai bahwa kau saat ini sudah gila.”

“ Apa maksudmu ? kau pikir mereka tak akan mencari Rani saat dia tak ada ? Sudah pasti aku akan mengatakan saat ini Rani sudah meninggal karena kau jadikan tumbal.” Ucapku dengan tegas

“ Silahkan, walau kau melihatku melakukan ritual tadi pagi bersama temanmu itu, mereka tak akan ada yang percaya, karena Raja Iblis sudah megirimkan makhluknya untuk menjelma menjadi Rani saat ini.”

Aku terkejut saat mendengar apa yang diucapkannya kali ini, jadi pagi tadi dia sudah mengetahui apa yang kami lihat?

“ Apa kau terkejut Laras? Aku dari awal sudah curiga denganmu Laras, kau tiba-tiba mengatakan daging mentah itu dan mengatakan Rani aku jadikan tumbal saat itu, aku yakin kau juga melihatku melakukan ritual tadi pagi bukan?” ucapnya dengan tanpa merasa bersalah sama sekali

“ Kau licik, demi hanya untuk kecantikan yang sesaat dan umur yang tak dampai batas ratusan, kau berani menumbalkan Orang-orang yang tak berdosa.”

“ Sudah saatnya akan ada tumbal yang lebih mengerikan dari ini Laras, bersiaplah karena kau juga akan ikut menyaksikannya.”

“ Kami akan segera keluar dari Desa ini, agar tak akan banyak korban yang akan kau jadikan tumbalmu saat ini. “ balasku

“ Silahkan kau keluar kalau kau bisa, Larasati !”

Ucapnya lalu menghapus kembali ramuan yang sebelumnya dia oleskan ke leherku saat ini. Aku terkejut saat ramuan Nyai Ratih berikan kepadaku dia hapus, suaraku kembali menghilang dan alhasil aku kembali menjadi bisu.

Aku tak percaya dengan ilmu yang dimilikinya benar-benar Luar biasa. Begitu mudahnya dia bisa mengembalikan pita suaraku dan begitu mudah pula dia menghilangkan pita suaraku.

Aku kembali meremas sprey yang ada dikasur, aku benar-benar dijadikan tumbal saat ini, suara merduku tak lagi terdengar , hanya suara merdu miliknya yang kini aku dengar.

Dengan bangganya dia menyanyikan sebuah lagu Lingsir wengi dihadapanku. Ia menunjukkan kepadaku kalau saat ini ia memiliki suara merdu seperti diriku. Rupanya, suara merdu ku sudah dijadikan tumbal olehnya saat ini. “

Bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel