Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 15. Pernikahan

*****

Mendengar permintaan Lingga membuat Herlan dan Emeral terkejut bahkan makanan yang sedang ada dimulut Emeral menyembur keluar semua.

“Apa menikah? Tidak, ibu tidak setuju, ibu harus tahu siapa wanita itu”

“Ayah dan ibu tidak perlu tahu”

“Pokoknya tidak ada pernikahan kalau kami tidak tahu siapa wanita yang akan kamu nikahi. Titik! Tidak pakai tawar menawar ini sudah keputusan bulat dari kami berdua”

Akhirnya Lingga menyerah walaupun dia tidak yakin apakah ayah dan ibunya bakalan setuju atau tidak, tapi apapun pilihan kedua orang tuanya dia akan tetap menikahi Jesika. Lingga tidak mau seperti lelaki berandal yang hanya mau meniduri seorang wanita tanpa ada pertanggung jawaban apalagi ketika dia tahu dialah yang merengut keperawanan gadis itu dengan paksa dan juga mengancam wanita itu agar menikah dengannya.

“Apa?Jesika. Maksudmu Jesika karyawan dikantor ayah”

Melihat anggukan kepala Lingga membuat Herlan dan Emeral bahagia tapi mereka menyembunyikan hal itu. Bagi Herlan ini adalah kesempatan untuk menjebak anaknya sendiri supaya balik ke perusahaan.

“Ayah akan setuju tapi dengan satu syarat”

“Apa?”

“Kamu kembali bekerja di Perusahaan Anderson “

“Aku setuju tapi sebagai karyawan biasa dan aku tidak mau orang-orang perusahaan tahu identitas aku yang sebenarnya termasuk Jesika”

“Terus bagaimana kamu akan menikah?”

“Aku akan menikahi Jesika secara sah tapi ayah dan ibu hanya bisa hadir sebagai tamu bukan keluarga. Kalau suatu saat Jesika sudah mencintai saya secara tulus aku akan membawa dia kepada ayah dan ibu sekaligus melaksanakan syukuran pernikahan sesuai keinginan ayah dan ibu. Bagaimana?”

Setelah berpikir panjang akhirnya Herlan dan Emeral setuju dengan keputusan anaknya bagi mereka itu bukanlah masalah karena Jesika akan menjadi menantu mereka. Meskipun dari keterangan yang diterima rupanya Lingga belum berhasil meluluhkan hati Jesika sepenuhnya.

*****

Herlan terpaksa menghubungi adiknya yang sedang tinggal diluar negeri dan meminta bantuan mereka untuk membantu terlaksananya pernikahan Jesika dan Lingga yang tentunya hanya akan dilaksanakan secara sederhana.

Setelah mendengar penjelasan Herlan akhirnya adik semata wayangnya mengerti dan menyetujui menjadi wali nikah keponakannya sendiri. Tidak butuh waktu lama bagi suami istri itu untuk terbang ke Indonesia karena mereka menggunakan pesawat pribadi.

Lingga menyambut kedatangan om dan tantenya dengan senyuman.

Ferlan adalah adik Herlan dan Evi adalah istrinya, mereka sangat dekat dengan keponakannya itu karena setiap kali kesal dengan kedua orang tuanya Lingga menelfon omnya dan meminta menjemputnya. Ferlan memilih menjemputnya dan membawa ke Italia dari pada membiarkan Lingga minggat yang tentunya akan membuat kakaknya pusing sendiri. Jadi saat menjemput, Ferlan hanya sms jadi Herlan bisa tenang karena tahu keberadaan putra pertamanya.

Ferlan sendiri sebenarnya bingung dengan hubungan anak dan ayah yang selalu saja bertengkar saat bertemu, sifat mereka berdua yang sama-sama keras kepala membuat mereka tidak akur satu sama lain. Hal itu mengingatkan Ferlan kepada kakaknya sendiri.

Herlan yang masih muda, saat seusia Lingga juga sama sering kabur dari rumah karena bertengkar dengan orang tua mereka, jadi ketika Herlan mengeluh soal sikap Lingga hanya satu kalimat yang keluar dari mulut Ferlan yang cukup membuat kakaknya bungkam “Siapa dulu ayahnya? Herlan”.

“Kamu yakin menikah karena cinta”

Lingga bingung harus menjawab apa. Kalau dibilang cinta Lingga tidak yakin karena dia mau menikahi Jesika semua semata-mata karena dia terlanjur mengambil keperawanan Jesika dan setiap melihat Jesika hasratnya selalu muncul dan itu tidak pernah terjadi dengan yang lain jadi Lingga tidak mau melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dia lakukan jika bukan kepada istrinya sendiri. Akhirnya Lingga menjawab “Iya saya mencintainya”

Setelah mendengar jawaban Lingga tidak menunggu lama keluarga Ferlan mengunjungi keluarga Jesika dan melamar anak tunggalnya itu.

Setelah mencapai kesepakatan bersama tanggal pernikahanpun ditentukan tapi Jesika kaget mendengar permintaan dari keluarga Lingga yang langsung disetujui oleh keluarga Jesika.

“Apa? Minggu depan”

“Maaf apa Jesika masih membutuhkan waktu untuk berpikir?”

“Pasti tidak kan sayang” Lingga langsung saja menjawab pertanyaan tantenya sambil mempermainkan ponsel ditangannya.

Melihat ponsel Jesika terdiam dan hanya menggeleng dia tahu apa maksud dari permainan ponsel Lingga. Kebencian Jesika kepada Lingga semakin besar karena selain memperkosanya yang bukan hanya sekali dan kini mengancam supaya menikahinya padahal yang ada dalam hati Lingga adalah Rana Morel.

Masih jelas diingatan Jesika ketika Lingga memaksakan kehendaknya dan menyebut nama Rana Morel. Yang Jesika tahu dirinya hanyalah sebagai pelarian rasa sakit hati Lingga kepada Rana sekaligus pemuas nafsunya saja, tidak lebih.

Lingga sama sekali tidak peduli dengan pikiran Jesika tentangnya karena bagi Lingga menikahi Jesika itu sudah cukup dan dia tidak perlu merasa bersalah. Dengan menikahi Jesika dia bisa membalaskan rasa sakitnya kepada Rana dan bisa bebas menikmati tubuh Jesika yang membuatnya ketagihan.

Jesika langsung saja menarik Lingga keluar ruangan dan berbicara diluar “Aku bersedia menikahi dengan kamu tapi dengan syarat?”

“Katakan saja Jesika?”

“jangan ada yang tahu kalau kamu adalah suamiku begitupun sebaliknya”

Lingga memandang Jesika bingung tapi melihat tatapan mata Jesika yang penuh amarah membuat Lingga langsung menerima syarat itu karena Lingga tidak mau jika Jesika menolak pernikahan itu dengan alasan yang nantinya dia akan dipenjara karena dalam posisi itu dialah yang memaksa bahkan mengancam Jesika.

******

Akhirnya hari yang ditentukan tiba karena syarat dari Jesika itu sampai akhirnya keduanya melaksanakan pernikahan hanya dihadiri oleh saksi bukan hanya itu Herlan dan Emeral justru hanya bisa melihat pernikahan putra pertamanya lewat CCTV yang dipasang anak buanya ketika mereka tahu tidak akan ada yang hadir selain mereka.

“Ibu heran kenapa Jesika tidak mau merayakan pernikahan mereka? Apakah anak kita melakukan kesalahan? Atau Lingga mengancam Jesika yah?”

“Ayah juga tidak tahu”

Walaupun banyak pertanyaan dibenak Herlan dan Emeral tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa percuma bertanya pada lingga karena dia pasti tidak akan memberi penjelasan.

Kalau saja anaknya tidak mengancam akan kabur dan mereka tidak akan menemukan keberadaannya lagi maka sudah pasti mereka akan bertanya langsung kepada Jesika.

(Flasback on ~ sehari sebelum pernikahan)

“Ayah maaf tapi pernikahan aku dan jesika jangan sampai ada yang tahu termasuk public”

“Maksudnya?”

“Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang tapi yang pasti tidak ada seorangpun yang boleh tahu kalau putra pertama ayah akan menikah besok dan begitupun selanjutnya nanti kalau sudah waktunya pasti aku sendiri yang akan memberitahu ayah dan ibu”

“Tapi?”

“Kalau sampai ada orang lain yang tahu termasuk Jimmy maka aku akan membawa Jesika pergi ditempat yang tidak akan ayah dan ibu temukan”

(Flasback off)

Walaupun tidak setuju tapi Herlan dan Emeral hanya mampu mengabulkan permintaan anaknya itu karena mereka mengenal betul sifat putra pertamanya yang tidak ada bedanya dengan herlan saat masih muda.

Hari ini mereka hanya melihat lewat CCTV anak pertama mereka melepas masa lajangnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel