Bab 7
Vania bersuara serak dengan tidak berdaya berkata, "Kita tidak mengatakannya, kita tidak memberitahunya, bisakah kita menghadapi semuanya dengan tenang? Sungguh menyakitkan untuk menipu diri kita sendiri. Secara moral kita tidak diizinkan, akan ditolak oleh dunia."
Dandy membungkuk berbicara di sebelah telinga Vania, "Vania, kamu adalah istri Cahya di siang hari, di malam hari kamu adalah istri dan wanitaku. Ketika anak kita lahir, ia akan memanggilku Daddy, dan memanggil Cahya Ayah. Kita berempat akan terus hidup bersama, aku tidak akan pernah menikah, kamu adalah istriku."
"Bisakah seperti ini?" Vania diam-diam bertanya pada dirinya sendiri. Tapi jika tidak begini harus bagaimana?
Dandy adalah orang yang sangat sombong, apa yang telah dia putuskan, dan apa yang ingin dia lakukan maka tidak akan ada orang yang bisa menghalanginya.
Sekian lama, Vania baru bertanya, "Bagaimana kamu tahu jika aku sudah mengetahui rahasia ini."
Dandy membantu Vania kembali berbaring, lengannya melewati lehernya, merengkuhnya ke dalam pelukannya, baru berkata, "Tempat gym yang kamu kunjungi bersama temanmu adalah milik Zahra, Zahra adalah kekasih Cahya. Cahya sering pergi mencari Zahra, hari itu temanmu memberitahuku di rumah sakit, bahwa kondisimu sudah buruk sejak berada di gym. Kemudian aku pergi ke gym mencari seseorang untuk menyelidiki CCTV. Menyadari bahwa kamu pasti mendengar dan melihat sesuatu, jadi baru..."
Vania menghela nafas dalam diam, ternyata begitu. Ternyata Dandy memiliki hati yang teliti di balik penampilannya yang kokoh dan kaku.
Vania berpikir, dia menggunakan seluruh keberuntungannya dapat menikah dan masuk ke dalam keluarga ini, apakah hanya untuk menanggung siksaan hati ini agar adil? Demi kebahagiaan kedua orang tuanya, dan juga dikarenakan keinginan akan dada pria ini, membuat Vania memutuskan untuk menerima keadaan ini.
Malam sudah larut, Vania tidur di pelukan Dandy. Dandy memandangi gadis di lengannya melalui cahaya bulan, seolah-olah dia melihat seluruh dunianya.
Hanya Dandy sendiri yang tahu, ketika adiknya membawa gadis ini masuk ke dalam rumahnya, hatinya tergerak. Wajah gadis itu cantik, bersih, polos, matanya sangat jernih hingga tidak bisa menampung awan di langit. Dia tidak sama dengan wanita di sekitarnya yang sangat sombong.
Jadi, malam itu, ketika adiknya memintanya untuk membantunya menidurinya, setelah wajahnya yang sangat tegas, hatinya sangat amat bersemangat sehingga hanya dia yang tahu hal itu. Setelah malam ini, setelah mereka bertiga mengetahui rahasia, Vania berpikir bahwa hari seperti itu juga tidak buruk.
Pada siang hari, ada suami yang sangat lembut bagai air, ketika di malam hari ada pria kuat dan perkasa yang menjaganya. Keduanya bersikap sangat baik padanya dan anaknya, bahkan tuntutan orang tua dan kerabatnya pun tidak ada penolakan.
Jika bukan karena Zahra, Vania benar-benar berpikir akan menjalani hari seperti ini seumur hidup.
—
Sekejap mata, Vania sudah hamil lima bulan. Perutnya sudah terlihat, mengenakan pakaian longgar, juga bisa melihat perutnya yang membesar.
Cahya akhir-akhir ini berada di rumah setelah pulang bekerja, sudah tidak pergi mencari Zahra lagi. Yang paling banyak dilakukan adalah menyentuh perut Vania, merasakan kehidupan kecil itu, kadang-kadang memperlihatkan senyum bagai anak kecil.
Vania tahu bahwa Cahya bukan pria jahat, tetapi sedang berada dalam periode waktu yang salah, jatuh cinta dengan seseorang yang seharusnya tidak boleh dicintai. Cahya sangat polos, merupakan pria besar yang dimanjakan oleh Dandy. Sampai kehidupan kecil di perut tumbuh besar hari demi hari, baru membuat pikiran Cahya berubah, menjadi memiliki pikiran yang lebih bertanggung jawab.
Hari ini Vania seharian berjemur di balkon, Bibi Maudy tiba-tiba berlari mendekat, "Nyonya, lihatlah berita di TV."
Vania tidak bersikap sombong di rumah, dia sangat ramah, jadi sehari-hari dia sangat akrab dengan Bibi Maudy bagai kerabat, hubungan mereka sangat baik. Vania tidak tahu apa Bibi Maudy ingin dilihat olehnya, kemudian dia mengikuti Bibi Maudy pergi ke ruang tamu.
"Masyarakat sekalian, para wartawan, aku Zahra bukanlah selingkuhan tanpa nama. Semua yang kukatakan ini bukanlah omong kosong, aku punya bukti..."
Vania memegang perutnya kemudian merosot jatuh terduduk di sofa. Mengapa dia tidak berpikir bahwa orang yang dicintai oleh Cahya, pemilik tempat gym, Zahra. Dan tiba-tiba, Zahra mengadakan konferensi pers, kemudian membeberkan hubungannya dengan Cahya di depan banyak media dan wartawan. Bukti percakapan Cahya dan Zahra yang sangat menggelikan, dan video seks dirinya dan Cahya juga disebarkan.
Zahra mengatakan kepada wartawan, bahwa Cahya membohongi perasaannya. Mengatakan bahwa mereka akan bersama sampai tua, sekarang ternyata dia ingin putus dengannya. Dia juga mengatakan bahwa istri Cahya digunakan untuk alibinya saja. Dan juga mengatakan, anak di perut istrinya bukan miliknya.
Sesaat, Vania merasa bahwa langitnya redup dan gelap, Bibi Maudy yang ada di sebelahnya berteriak terkejut. Ketika Vania tersadar, baik Dandy maupun Cahya tidak ada di sana, hanya ada Bibi Maudy di sampingnya. Vania bertanya pada Bibi Maudy bagaimana kelanjutan masalahnya, bertanya di mana Dandy dan Cahya.
Bibi Maudy tadinya tidak berbicara, tetapi karena Vania terus menerus bertanya, Bibi Maudy hanya bisa mengatakannya, "Nyonya, Tuan besar dan tuan muda pergi ke rumahmu, sepertinya ... sepertinya Ayahmu meninggal."
"Bibi Maudy, katakan sekali lagi!" Ponsel Vania hancur terjatuh ke lantai, dia meraih tangan Bibi Maudy, dengan gemetar bertanya.
Bibi Maudy mengangguk dengan wajah pucat, "Ibumu yang menelepon, ketika tuan besar dan tuan muda sedang berbicara, aku mendengarnya."
Vania bagai orang gila, pergi ke garasi mengendarai mobil pulang ke rumahnya. Dia masih makan di rumah bersama Cahya lusa kemarin, Ayahnya sangat sehat, ingin memberi nama pada cucunya. Bagaimana bisa, bagaimana bisa tiba-tiba meninggal?
Vania kembali ke rumah, pintu rumah terbuka tetapi tidak ada seorang pun. Para tetangga melihat Vania, yang dulunya selalu tertawa sepanjang waktu, sekarang kelihatan aneh, bahkan dengan mata mengejek memandang Vania dan perutnya.
Lalu berkata dengan nada aneh, "Ahh, Vania kenapa baru datang sekarang, Ayahmu seharusnya sudah berada di rumah duka saat ini."
Tangan dan kaki Vania dingin, dia tidak memperdulikan sikap tetangganya langsung pergi berkendara ke rumah duka. Ketika mobil baru saja berhenti di rumah duka, ada satu orang yang jatuh dari ketinggian. Ada cairan panas yang keluar dari tubuh itu, jatuh di kaki Vania.
Vania terkejut dan melangkah mundur, ketika melihat orang itu, membuka mulut ingin mengatakan sesuatu, tetapi suaranya tidak dapat dikeluarkan.
Anita terkapar di tanah, mengenakan gaun hijau yang dibelikan Vania untuknya sewaktu ulang tahunnya. Darah merah segar mengalir keluar membasahi gaun hijau itu dengan sangat jelas. Kepala Anita menumpahkan genangan darah besar, wajahnya sangat pucat, matanya menatap lurus ke depan, menatap putrinya.