Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

Dandy tidak dapat menahan diri, tamparan ini akhirnya dijatuhkan. Saat berumur 18 tahun dia mulai membesarkan adiknya, sampai sekarang sudah berlalu 10 tahun dan dia tidak pernah memukul adiknya sekalipun. Kali ini, adiknya benar-benar sangat keterlaluan.

Cahya tidak menyangka bahwa Kakaknya benar-benar memukul dirinya, memegang wajahnya yang ditampar, otot-ototnya mengencang, "Jika kamu ingin menidurinya maka tiduri dia, jika tidak ingin menidurinya aku tidak akan meminta bantuanmu lagi, paling tidak dalam satu setengah tahun aku akan menceraikan Vania!"

Cahya membanting pintu kemudian pergi. Dandy memandang tangannya, berdiri di tengah kamar tidak bergerak untuk waktu yang lama. Vania tertidur sangat lelap, ranjang di sisinya bergerak, lalu sepasang lengan yang kuat memeluk pinggangnya dari belakang. Penggunaan obat penenang dalam waktu yang lama secara bertahap harus ditingkatkan jumlahnya, jika tidak efeknya akan berkurang.

Vania merasakan sepasang tangan yang panas sedang menyentuh tubuhnya, dia terbangun dengan samar, mendengus sekilas, "Suamimu, kamu merokok ..."

Kata-kata terakhir, Vania tidak mengatakannya, karena sudah dibekap oleh seseorang tertelan masuk ke dalam perut. Membuka mata, seketika hanya hitam, tidak ada yang terlihat. Berusaha mengerjapkan mata, tiba-tiba sebuah piyama terbang ke atas kepalanya. Mengulurkan tangan ingin melepaskan piyama, kedua tangannya malah tertahan di atas bantal yang menempel di bagian atas kepalanya.

Vania ditekan dan tidak bisa bergerak, bagai ular meliuk-liuk. Dan dia tidak tahu, semakin dia melawan, maka semakin mematikan pria itu. Vania tidak membenci suaminya yang seperti ini, sebaliknya, dia sangat menyukai sisi liar Cahya yang ini. Hanya saja jika pria ini menginginkannya maka tidak ada habisnya dan sangat mengerikan.

Suaminya sangat pengertian, Vania memikirkan hal ini, bagai anak kucing mendesah, "Suamiku, aku sangat lelah, bagian ituku sakit..."

Benar saja, pria di atasnya tenang setelah melakukan beberapa tusukan. Dengan berhati-hati membawanya masuk ke dalam pelukannya, napasnya juga perlahan menjadi tenang. Vania mengantuk dan lelah, meringkuk ke dalam pelukan suaminya, menemukan postur yang nyaman untuk tidur.

Dandy melihat bahwa orang di dalam pelukannya sudah tertidur, dengan perlahan menarik lengannya. Ingin bangun untuk pergi namun sedikit tidak rela. Menunduk, melalui cahaya bulan yang samar, dengan teliti memandang wajah kecil itu, ia tidak rela untuk memalingkan pandangan. Membungkuk dan mencium mulut kecil itu, sangat lembut dan lembab.

Jelas-jelas mengetahui bahwa ini salah, ini tidak diizinkan oleh moralitas. Tapi wanita ini seperti narkoba yang membuat ketagihan, setelah dimakan satu kali, akan membuat ketagihan.

Yang paling disesali Dandy saat ini adalah tidak seharusnya dia menyetujui pertukaran bersyarat dengan Cahya. Keperawanannya hilang, dia juga adalah adik iparnya sendiri. Tapi sekarang, dia adalah wanitanya. Seorang wanita yang ingin dimiliki dan disayanginya. Tapi label di tubuhnya adalah milik adiknya.

Hari-hari berlalu bagai air, hening, lambat, tidak bersuara. Tidak ada yang tahu rahasia dalam keluarga ini, mereka bertiga juga menjalani hari-hari bahagia mereka sendiri.

Akhir pekan, Riska mengajak Vania pergi berbelanja.

Setelah Cahya mengetahuinya, dia memberikan sebuah kartu pada Vania, "Sandinya adalah hari ulang tahunmu, belilah lebih banyak pakaian bagus."

Vania memeluk lengan Cahya sambil bermanja, "Suamiku, jika kamu begini maka aku akan dimanjakan dengan sangat tidak baik olehmu."

"Dasar bodoh, kamu adalah istriku, jika aku tidak memanjakanmu lalu aku harus memanjakan siapa?" Cahya menusuk hidung kecil Vania. Vania dengan berani berjinjit kemudian mencium sekilas bibir Cahya.

Cahya tercengang, secara refleks mendorong Vania menjauh, "Jangan membuat masalah."

Vania berkerut, kenapa dengan orang ini. Selain ketika mereka baru menikah selama seminggu dan tidak menyentuh dirinya, sisa waktunya adalah kebahagiaan selama bersamanya. Ketika berada di atas ranjang sangat panas, bahkan hampir memakannya masuk ke dalam perutnya sendiri. Sekarang dia menciumnya sedikit, seakan dia ingin memperkosanya.

Cahya menyadari sesuatu, sibuk menghibur Vania, "Siang bolong begini, dan juga berada di ruang tamu, tidak baik jika dilihat oleh Kakak."

Vania melihat sekeliling. Secara kebetulan Kakak baru saja keluar dari ruang baca dan melihat adegan ini. Pada saat itu, Vania benar-benar ingin menemukan tempat untuk bersembunyi. Kupikir Kakak sudah keluar, ternyata masih berada di rumah.

"Gawat, Kakak pasti mengira bahwa aku adalah seorang wanita murahan!" Vania dengan wajahnya yang memerah menoleh kemudian berlari keluar dari rumah, sama sekali tidak ada mood untuk pergi dengan Riska untuk berbelanja.

Riska membujuk Vania, "Sudahlah, bukankah hanya mencium suamimu di depan Kakak saja? Meskipun aturan Kakakmu banyak, dia juga tidak dapat mengendalikan keintiman pasangan. Ini tidak benar."

Wajah Vania merengut, "Riska, kamu tidak mengenal Kakakku. Dia sudah berusia 28 tahun, tubuhnya kuat dan sehat, dan juga tampan, dia lebih tinggi dibanding suamiku, benar-benar dapat dikatakan sebagai hormon berjalan. Dan pria seperti itu malah tidak ada pacar, menurutmu apa ini tidak aneh?"

Mulut Riska terperanga, "Maksudmu, Kakakmu kemungkinan menyukai pria?"

Vania mengangguk dengan sangat hati-hati, "Aku hanya menebaknya dengan asal. Lagipula pria yang abnormal seperti itu lebih pemilih dan jahat, tidak bisa melihat pria dan wanita lain bersama-sama. Jadi aku takut nantinya Kakak akan bersikap dingin padaku."

Riska melihat bahwa Vania tertekan, kemudian menarik Vania pergi, "Tidak jadi berbelanja, ayo pergi, kita olahraga. Berlari selama dua jam, jika kita kelelahan, maka akan melupakan segalanya."

Keluarga Riska adalah pebisnis, dia adalah seorang putri kecil, semuanya yang dia gunakan adalah benda bagus. Menarik Vania pergi ke tempat Gym juga adalah tempat yang mahal. Vania berlari sebentar di treadmill, lalu ia pergi ke kamar mandi. Riska menunjuk sekilas, dan Vania pergi seorang diri.

Pergi ke kamar mandi harus melewati koridor, dan ada ruang istirahat kecil sementara di kedua sisi koridor. Ketika Vania lewat, dia melihat bahwa pintu itu tidak tertutup, dan ada suara aneh yang terdengar dari dalam. Vania benar-benar penasaran, sangat penasaran hingga menengok ke dalam.

Ketika Vania melihat adegan di dalam ruangan itu, dia merasa bahwa langitnya runtuh. Suara terengah-engah aneh yang keluar dari ruangan istirahat itu ternyata datang dari pria dan wanita.

Kedua pasangan itu bergumul. Seorang wanita kedua tangannya memegang senderan belakang sofa, ia membungkuk, seorang lagi tubuhnya penuh otot. Sepertinya pria yang bagai binaragawan memeluk pinggang wanita itu. Tubuh mereka itu saling menempel, ditusuk, dengan lupa diri mengeluarkan desahan.

Vania perlahan mundur, meletakkan tangannya yang mengepal ke mulutnya untuk mencegah dirinya membuat suara. Berbalik badan berlari ke kamar mandi, berjongkok di toilet kemudian ia menangis.

Pria itu, ternyata adalah Cahya, suaminya sendiri. Baru tadi malam, Cahya masih berhubungan badan dengannya di ranjang, sekujur tubuhnya memancarkan kekuatan laki-laki yang kuat. Dan hari ini, dia malah bersama dengan wanita lain, dan bahkan berhubungan intim dengan wanita lain!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel