Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 Berlutut Dan Meminta Maaf

"Aku pergi menemui Pak Verdy barusan. Pak Verdy mengatakan jika rincian kontrak perlu disesuaikan. Dia memintaku kembali dan menunggu kabar darinya lagi..."

Darwin ragu-ragu sejenak, lalu berkata dengan berani, "Pak Jaka dan Pak Budi juga mengatakan hal yang sama."

"Disesuaikan?"

Wajah Robi seketika terlihat kesal, dia berteriak dengan keras.

"Rubah tua!"

Yulius tidak banyak berpikir, melambaikan tangannya, berkata dengan tenang, "Anggun selalu melakukan pekerjaan dengan rinci sebelumnya. Namun proyek digantikan oleh Darwin. Mereka ingin mendapatkan lebih banyak keuntungan dari proyek ini dengan melakukan semua ini."

"Seharusnya memang seperti itu."

Darwin mengulurkan tangan dengan tenang, menyeka keringat dingin yang keluar dari dahinya.

Melihat gerakan kecil Darwin, pandangan mata Robi bergerak. Dalam benaknya mengatakan jika sesuatu pasti telah terjadi di sini. Namun di depan Yulius, dia tidak berani bertanya secara detail, jadi dia hanya bisa menahannya sampai nanti.

Baru setelah Yulius pergi, dia berkata dengan dingin, "Katakan padaku, apa yang terjadi sebenarnya?"

Braaakkk!

Kali ini, Darwin yang berlutut di depan Robi.

"Ayah, aku, aku dipukuli!"

Darwin berkata dengan wajah sedih, "Aku baru saja tiba di Halim Grup, Verdy memukuliku tanpa memberikan penjelasan apa pun. Dia mengatakan jika kita tidak memenuhi syarat untuk menandatangani kontrak dengannya, bahkan jika kakek sendiri yang datang menemuinya."

"Jika ingin bekerja sama, maka hanya bisa meminta Anggun yang melakukannya!"

Saat menjelaskan bagian ini, rasa frustrasi di wajah Darwin berubah menjadi kemarahan. Dia menggertakan giginya dan berkata, "Hal ini juga berlaku sama bagi Pak Jaka dan Pak Budi. Meskipun mereka tidak memukulku, tapi dia hanya menginginkan Anggun yang datang untuk menandatangani kontrak. "

"Menurut pendapatku, Anggun pasti menggunakan cara curang untuk berhubungan dengan orang tua itu dan membuat kesepakatan rahasia. Jika tidak, bagaimana mereka bisa menolak kerja sama yang menghasilkan uang begitu saja?"

Trik dalam berbisnis!

Verdy dan yang lainnya pasti melakukan kerja sama ini karena tubuh dan kecantikan Anggun.

"Bajingan!"

Suasana hati Robi yang semula bersemangat seketika tenggelam ke dasar dalam sekejap. Dia menyandarkan punggungnya di sofa yang dia duduki. Dia hanya bisa mengatakan, "Anggun! Benar-benar wanita murahan!"

"Karena kamu melakukan cara yang tidak bermoral, jangan salahkan aku karena membalas dendam."

Suara itu terdengar sangat kejam.

Darwin bertanya, "Ayah, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?"

"Jangan khawatir, biar aku yang memikirkannya."

Robi berpikir sejenak, lalu tiba-tiba bertanya, "Kamu baru saja mengatakan jika Anggun memiliki hubungan dengan mereka, apa kamu memiliki buktinya?"

"Tidak ada bukti, tapi..."

"Jika tidak ada bukti, maka kita akan membuat bukti itu!"

Sebelum Darwin selesai berbicara, Robi mendengus dingin, "Jadi kamu buat foto Anggun dan beberapa rubah tua itu. Cari orang yang ahli dalam mengedit foto, kemudian kirimkan kepada Devan."

"Devan?"

Darwin terkejut ketika mendengar nama ini disebutkan.

Robi mengangguk dan berkata, "Sekarang Devan adalah suami Anggun. Jika dia melihat Anggun berkencan atau berhubungan dengan pria lain, maka hubungan mereka akan terpengaruh. Menurutmu, dengan kepribadiannya yang kejam, apa yang akan terjadi?"

"Dia pasti akan membunuh Anggun jalang itu dengan tangannya sendiri!"

Mata Darwin tiba-tiba menyala. Dia berdiri tiba-tiba, berbalik dan pergi, "Masih belum terlambat, aku akan segera melakukannya."

Mulut Robi melengkung menjadi seringai tipis.

Devan adalah orang aneh yang kejam! Pemerkosa! Begitu melakukan sesuatu kepada Anggun, seseorang yang pada dasarnya sudah rusak, bagaimana mungkin Verdy dan yang lainnya masih berselera dengannya? Bagaimana mungkin juga mereka menolak bekerja sama dengan Priyanto Grup hanya karena Anggun?

Apalagi Devan membuat masalah besar saat acara pertunangan, yang membuat wajah Keluarga Priyatno dipermalukan. Yulius memiliki kekesalan terpendam terhadapnya dan memutuskan untuk menemui Inspektur Dayat, berharap agar dia bisa membuat Devan kembali masuk ke dalam penjara. Kebetulan ada tuduhan kuat jika dia memukul Anggun.

Sambil menyelam minum air, keduanya saling diuntungkan...

...

Saat ini.

Perumahan Bahagia.

Anggun dan Marsela memasak bersama dan membuat makan siang yang mewah, lima hidangan dan satu sup. Aroma sedap memenuhi ruangan dalam sekejap.

"Paman, kemarilah dan makan dagingnya."

Setelah setengah jam saling berbincang, Bianca dan Devan semakin dekat, Bianca terus memberikan makanan ke piring Devan, "Tumis sapi saus kecap yang dibuat oleh ibu rasanya sangat enak. Jika paman makan lebih banyak, maka paman akan memiliki kekuatan untuk melawan orang jahat dan melindungi ibu dan aku."

"Caca memang pintar."

Makan makanan yang dibuat oleh istrinya dan mendengarkan kata-kata hangat dari putrinya membuat senyuman di wajah Devan mengembang cerah.

Rasanya sangat nyaman ketika memiliki keluarga!

Marsela melihat semua ini di matanya, namun hatinya menaruh rasa tidak suka. Setelah ragu-ragu berulang kali, dia tidak bisa menahannya. Dia menebalkan muka dan bertanya, "Kudengar kamu dipenjara karena... "

"Ibu!"

Ekspresi di wajah Anggun sedikit berubah. Dia menyela apa yang akan dikatakan Marsela, berkata dengan suara rendah, "Ada Caca di sini. Kenapa ibu menanyakan hal seperti itu?"

"Tidak apa-apa."

Devan tidak peduli dan menjawab, "Bu, jika aku mengatakan aku dijebak oleh seseorang, apa kalian akan mempercayaiku?"

"Dijebak?"

Marsela dan Farhan saling berpandangan, tertegun oleh apa yang dikatakan Devan.

Anggun juga hatinya berdegup ketika mendengar ini.

Jika Devan benar-benar dijebak dan dipenjara, bukankah itu berarti Devan bukanlah orang jahat, atau pun orang yang berbahaya dengan pikiran jahat?

Setidaknya, sejauh ini Devan belum menunjukkan niat buruk sedikitpun terhadap keluarga Anggun.

"Aku percaya!"

Diluar ekspektasi semua orang, Bianca memberi Devan sepotong daging tumis babi saus kecap lagi, kemudian berkata dengan tegas, "Paman adalah pria yang baik, sama seperti ayahku. Dia adalah pahlawan super, tapi hanya sedikit lebih buruk dari ayahku."

Saat berbicara, Bianca meletakkan sumpit di tangannya dan membuat gerakan tangan. Dia terlihat polos dan lugu, lucu sekaligus menggemaskan. Sikapnya mampu membuat orang yang melihatnya tertawa.

Hati Devan meleleh, dia tidak sabar untuk memberinya ciuman keras di pipi merah mudanya.

Dia memang putri Devan, memiliki penilaian yang tajam!

Telepon tiba-tiba berdering, Anggun menjawab telepon, "Bu, Jenifer mengajakku jalan-jalan sore nanti."

"Pergilah dan nikmati waktumu."

Marsela mengangguk, tersenyum dan berkata, "Aku dan ayahmu yang akan mengantar Caca ke sekolah, sekalian pergi olahraga. Kata ibunya, Jenifer sudah punya pacar. Pacarnya berasal dari keluarga kaya di Kota N yang mengendarai Mercedes-Benz seharga satu miliar. Dia sangat royal dan memperlakukan Jenifer dengan sangat baik..."

Saat mengatakan itu, Marsela menoleh untuk melihat Devan entah dengan sengaja atau tidak. Wajahnya penuh kekecewaan.

Devan terdiam.

Setelah makan, Marsela mendorong Farhan yang ada di kursi roda untuk keluar dan mengantar Bianca ke taman kanak-kanak dekat rumah untuk sekolah. Begitu mereka pergi, tiga mobil melaju menuju ke Perumahan Bahagia.

Dari dalam mobil, Verdy, Jaka dan Budi terlihat panik...

"Nona Anggun!"

Anggun hendak menutup pintu ketika dia mendengar teriakan yang memanggilnya. Dia melirik tanpa sadar, kemudian melihat Verdy dan yang lainnya bergegas masuk, saling berebut, masing-masing berlari lebih cepat dari yang lain.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi mereka untuk bisa sampai di depan Anggun.

"Pak Jaka, Pak Budi, Pak Verdy?"

Alis Anggun berkerut, dia berkata dengan ragu, "Kalian..."

Darwin menelepon sebelumnya dan mengatakan dengan penuh kesombongan bahwa jika Verdy dan yang lainnya telah setuju untuk bekerja sama dengannya. Mereka akan menandatangani kontrak sore ini. Kedatangan mereka kali ini membuat Anggun terkejut dan tidak habis pikir. Kenapa mereka malah mencarinya?

Apa Darwin mengecewakan mereka?

Brruukk!

Brruukk! Brruukk!

Kata-kata Anggun baru setengah jalan, namun sebuah adegan tidak terduga muncul. Verdy dan yang lainnya bahkan tidak bisa bernapas dengan lega, mereka berlutut di depan Anggun tanpa ragu-ragu.

Dalam sekejap, Anggun tercengang.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel