Bab 3. Lela di Dunia Lain
Sehari di dunia nyata setara dengan setahun di dunia lain. Lela baru hilang satu hari didunia nyata tapi di dunia lain ia sudah hidup setahun lamanya. Di dunia lain Lela bersama mandor. Bahkan mandor itu ngasih rumah buat Lela.
"Kamu tinggal sama abang saja, oh iya nanti kamu sambut de Kock ya"
"Siapa itu de Kock"
"Itu meneer kita, juragan kita"
Tak disangka pertemuan Lela dengan meneer de Kock menjadikan Lela dekat dengan de Kock.
Dan de Kock meminta Lela menemaninya. Yang waktu awal pertemuan itu masih menjadi Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Gaga suami Lela merasa kehilangan. Bukan hanya Gaga tapi semua saudara, teman dan sahabat Lela merasa kehilangan. Lela hilang masuk kedunia lain jauh dari tahun 2022 ke tahun 1825.
Lela semakin dekat dengan mandor itu. Yang walau akhirnya jadi dekat dengan meneer belanda gubernur jenderal hindia belanda. Ia mulai lupa adat dan bahasa betawi cara ngomongnya juga jadi sedikit kebelanda belandaan.
'Mijnheer de voorman, plaag me niet, alstublieft.'
(Pak mandor jangan godain saya terus dong)
Bahkan Lela walau gak pacaran tapi sudah sayang sayangan sama mandor itu. Bener juga apa yang dikatakan Lela kalau tanggal 21 Juli 1825 pecah perang diponegoro. 200 ribu orang Indonesia meninggal dan 8000 orang belanda juga meninggal. Sekarang sudah 5 hari lela hilang. Dan artinya sudah 5 tahun lela berada di dunia lain. Didunia lain selama 5 tahun Lela jadi mata mata Belanda. Tapi sifatnya yang masih keIndonesiaan tidak suka dengan gaya dan cara Belanda. Ia walau dididik ala Belanda, tapi Hatinya hati Indonesia. Ia menjadi mata mata Belanda. Jadi detektif Belanda. Ia bahkan memata matai Pangeran Diponegoro. Atas suruhan de Kock.
"Lela vermom je nu als Javaanse vrouw en houd Diponegoro en de rest van de kudde in de gaten"
"Waarom zou ik meneer?"
"Omdat je een inboorling bent en je gezicht het gezicht van een goed persoon is"
("Lela sekarang kamu menyamar menjadi perempuan jawa dan awasi diponegoro dan kawanan lainnya"
"Mengapa harus saya tuan?"
"Karena kamu orang pribumi dan muka kamu muka orang baik")
Belanda enak enak saja memeras keringat rakyat Indonesia. Sedangkan yang sejahtera mereka. Rakyat Indonesia disuruh kerja Rodi, kerja paksa dengan upah minim sedangkan hasil dinikmati Belanda. Mulai dari mata mata, akhirnya ia disekolahkan di Belanda. Ia sekolah dari mulai menembak. Berkuda sampai menjadi mata mata.
"Je bent zo mooi Lela"
"Ah meneer, dat kan ik, ik ben maar een dorpsmeisje"
'Dat klopt, ik mag je. Wil je mijn vrouw worden?'
("kamu cantik sekali Lela"
"Ah tuan bisa saja, saya hanya gadis kampung saja"
"Betul, saya suka kamu. Maukah kamu jadi istriku?")
Sejenak Lela bingung. Ia di dunia nyata sudah menikah dengan Gaga. Tapi di dunia lain ia bingung juga apakah nanti bisa kembali lagi ke dunianya.
Adalah Hendrik Merkus de Kock yang menyukai Lela. Ia sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Waktu itu Lela disukai Hendrik Merkus de Kock karena dikenalkan oleh sang mandor. Sang mandor apes harus mundur teratur karena meneer belanda itu menyukai Lela.
Lela dibiayai Hendrik Merkus de Kock untuk sekolah di Belanda. Walaupun ia sendiri tidak menemani Lela ke Belanda. Karena Hendrik sedang berada di Jawa yang waktu itu masih milik Belanda. Waktu terjadinya perang Diponegoro, waktu itu Lela sempat bingung apakah ia harus pro kepada Diponegoro atau kepada de Kock.
Sejarah mencatat, Perang Diponegoro atau Perang Jawa dikenal sebagai perang yang menelan korban terbanyak dalam sejarah Indonesia, yakni 8.000 korban serdadu Hindia Belanda, 7.000 pribumi, dan 200 ribu orang Jawa serta kerugian materi 25 juta Gulden.
Walau begitu dinilai Diponegoro yang menang karena pihak Belanda 15 000 yang meninggal 8.000 serdadu hindia Belanda dan 7000 penduduk pribumi yang pro Belanda. Sedangkan dengan peralatan senjata minim korban dari orang jawa 200.000 orang. Melawan senjata lengkap dari pihak Belanda.
Perang yang dipimpin oleh Hendrik Merkus de Kock di pihak Belanda dan Pangeran Diponegoro dari pihak Jawa. Selain Pengeran diponegoro ada Sentot Prawirodirdjo, Kiai Madja, Nyi Ageng Serang, Pakubuwana VI, Tumenggung Prawirodigdoyo yang memimpin perlawanan dari orang jawa melawan Belanda
Alhasil Diponegoro dibuang ke Makassar.
Hindia Belanda menancapkan kekuasaannya ditanah Jawa setelah kemenangan tersebut.
Lela yang sempat hampir membunuh de Kock akhirnya dikirim ke Belanda. de Kock tidak menghukumnya melainkan diasingkan ke Belanda. Ia menjadi berguna disana menjadi mata mata Belanda untuk jajahan Belanda yang lain.
Beberapa orang serdadu Belanda berhasil dibunuh Lela dari mulai serdadu belanda asli hingga pribumi yang pro belanda.
de Kock yang semula menyukai Lela, ia tak mau mati konyol ditangan lela. Orang yang disukainya. Tapi ia juga tak lantas membunuh Lela. Melainkan menjadikan senjata untuk belanda tapi untuk negeri jajahan belanda lainnya. Mungkin dengan orang jawa Lela enggan menjadi pengkhianat, tapi kalau menjajah negeri lain, Lela mau tidak mau pro kepada Belanda.
Perang Diponegoro yang berlangsung antara 1825-1830 termasuk salah satu perlawanan besar yang harus dihadapi Belanda semasa pendudukannya di Indonesia.
Pasalnya, pertempuran yang bermula di Yogyakarta ini meluas ke banyak daerah di Jawa hingga sering disebut sebagai Perang Jawa.
Perlawanan Diponegoro terhadap Belanda berkobar setelah Belanda menanam patok-patok jalan di atas makam leluhur Pangeran Diponegoro.
Namun sebelum insiden tersebut, Belanda juga telah melakukan serangkaian aksi yang memicu kemarahan Pangeran Diponegoro.
de Kock yang mengirimkan Lela sebagai mata mata Belanda untuk mengetahui apa saja yang dilakukan Diponegoro dan kawanannya.
Perang Diponegoro berakhir setelah lima tahun, dengan dampak yang sangat serius bagi Indonesia.
Awal terjadinya Perang Diponegoro Memasuki abad ke-19, keadaan di Surakarta dan Yogyakarta semakin memprihatinkan karena intervensi Belanda terhadap pemerintah lokal sering kali memperburuk perselisihan yang ada di lingkungan kerajaan.
Campur tangan pihak kolonial juga membawa pergeseran adat dan budaya keraton yang tidak sesuai dengan budaya nusantara.
Selain itu, dominasi Belanda telah membuat rakyat menderita karena dijadikan sebagai objek pemerasan.
Pasalnya, para petani tidak dapat mengembangkan hidupnya karena harus menjadi tenaga kerja paksa.
Beban mereka pun semakin berat karena diwajibkan untuk membayar berbagai macam pajak. Melihat penderitaan rakyat akibat kekejaman Belanda, Pangeran Diponegoro tidak mau tinggal diam.
Pangeran Diponegoro, yang memiliki nama asli Raden Mas Ontowiryo, adalah putra Sultan Hamengkubuwono III yang pada awalnya memilih untuk tidak ikut campur urusan keraton karena ibunya bukan seorang permaisuri.
Namun, ketika Belanda dirasa terlalu banyak mencampuri urusan keraton, Pangeran Diponegoro membulatkan tekad untuk melakukan perlawanan.
Selain itu, Perang Diponegoro terjadi karena Belanda dengan sengaja menanam patok-patok untuk membuat jalan di atas makam leluhur Pangeran Diponegoro.
Hal itulah yang membuat kemarahan Pangeran Diponegoro memuncak, dan menyatakan sikap perang dengan mengganti patok yang dipasang Belanda dengan tombak