9
Tabib memeriksa luka di perut Allura, ia mendesah lega. "Jika tusukannye sedikit ke samping maka nyawa Nona Pertama tidak bisa diselamatkan," seru tabib itu menjelaskan kondisi Allura.
Tatapan Perdana Menteri terarah pada Selir Samantha. Ia benar-benar geram pada istrinya yang bertindak ceroboh. Jika istrinya itu ingin menyingkirkan Allura, kenapa harus menggunakan tangannya sendiri. Benar-benar idiot.
"Suamiku, aku benar-benar tidak melakukannya," seru Selir Samantha putus asa.
Tangan Perdana Menteri melayang ke wajah Selir Samantha. "Tidak usah mengelak lagi! Akui saja perbuatanmu dan minta maaf pada Allura!"
Selir Samantha menderita atas tuduhan palsu yang dilayangkan Allura padanya. Suami yang tidak pernah membentak dan menamparnya kini telah melakukan itu semua.
Allura benar-benar licik. Selir Samantha ingin sekali membunuh Allura sekarang juga. Wanita itu telah menjebaknya dengan melukai diri sendiri.
Selir Samantha jengkel setengah mati. Ia tidak mau mengakui sesuatu yang tidak ia lakukan.
"Semua permasalahan ini tidak akan selesai hanya dengan permintaan maaf, Perdana Menteri. Sebagai seorang kepala keluarga, Anda harus bersikap adil bagi anggota keluarga Anda. Jika tidak Anda akan merusak reputasi Anda sendiri. Seorang anak yang tidak memiliki ibu dianiaya sampai hampir mati, semua tidak akan selesai hanya dengan kata maaf. Nona Pertama tidak hanya terluka, tapi juga mengalami trauma." Pangeran Kennrick melebih-lebihkan.
Ia jelas akan membantu Allura dalam setiap aksi. Tidak akan ia biarkan usaha Allura hanya selesai dengan kata maaf. Apapun yang dilakukan oleh Allura, ia hanya akan terus mendukungnya, tidak peduli jika Allura melakukan hal yang salah sekalipun.
Perdana Menteri dibuat tersudut oleh Pangeran Kennrick. Reputasinya semakin tercoreng karena tindakan istri dan anaknya. Dua orang yang selalu ia banggakan, akhir-akhir ini telah membuatnya kecewa dan kehilangan muka.
Meski begitu Perdana Menteri juga kesal dengan Pangeran Kennrick. Pria muda itu tidak berhak mendiktenya. Lihat saja, suatu hari nanti ia akan menuntut balas untuk hal ini.
"Kalian yang di luar!" Perdana Menteri memanggil penjaga yang berjaga di luar pintu kediaman Allura.
Dua penjaga masuk ke dalam sana. Mereka berdiri di depan Perdana Menteri.
"Bawa Selir Samantha ke penjara. Beri 10 kali pukulan, dan jangan biarkan siapapun mengunjunginya. Wanita kejam ini harus diajari agar lebih memiliki hati!" Perdana Menteri tidak ingin menyakiti Selir Samantha, ia begitu mengasihi istrinya itu, tapi keberadaan Pangeran Kennrick membuat posisinya sulit.
"Suamiku, aku tidak bersalah. Aku dijebak oleh Allura. Dia menusuk perutnya sendiri," jerit Selir Samantha putus asa.
"Apa yang kalian tunggu! Bawa dia!" Perdana Menteri tidak memberi Selir Samantha muka. Ia mengabaikan wanita yang membuatnya sakit kepala itu.
"Selir Samantha benar-benar tidak masuk akal!" cibir Pangeran Kennrick. "Apa yang dikatakan orang tentangnya yang berbudi luhur dan baik, semua itu hanyalah omong kosong. Terbukti ia ingin membunuh anak tirinya sendiri. Benar-benar tidak punya hati."
Semakin banyak Pangeran Kennrick bicara, semakin pula Perdana Menteri merasa marah pada Selir Samantha. Jika hal ini sampai tersebar ke luar kediaman mereka, maka orang-orang akan memiliki banyak hal untuk mendiktenya.
"Yang Mulia, saya akan menangani masalah ini dengan baik. Anda tidak perlu mencemaskannya.' Perdana Menteri berkata dengan murah hati.
"Jika dia bukan calon adik iparku maka aku tidak akan terlalu peduli padanya. Sebagai seorang kakak aku harus mendapatkan keadilan untuk tunangan adikku. Kasihan sekali, ia ditinggalkan oleh ibunya dalam usia balita, sekarang ia harus menderita di bawah seorang ibu tiri." Pangeran Kennrick sangat pandai bermain kata.
"Saya sudah selesai mengobati luka Nona Pertama. Setelah Nona Pertama terjaga, tolong katakan untuk tidak melakukan sesuatu yang berat. Ini adalah obat-obatan yang haru Nona Pertam konsumsi. Tiga kali dalam sehari. Dan ini untuk luka luarnya." Tabib menyerahkan obat pada Perdana Menteri.
"Jika terjadi sesuatu pada Nona Pertama segera hubungi saya," lanjut tabib.
"Baik. Terima kasih, Tabib."
"Kalau begitu saya permisi."
"Ya, aku tidak akan mengantar."
Tabib meninggalkan kamar Allura, Perdana Menteri menyerahkan obat yang tadi tabib berikan kepada Diana.
Pangeran Kennrick berdiri dari tempat duduknya. "Awasi Nona Pertama dengan baik. Jika ia dianiaya lagi segera beritahu aku, sejak dia adalah calon adik iparku, aku memiliki tugas untuk melindunginya. Dia bahkan tidak aman di kediamannya sendiri. Kasihan sekali."
Perdana Menteri sesak napas karena ucapan Pangeran Kennrick. Ucapan Pangeran Kennrick menyiratkan bahwa ia sebagai ayah tidak bisa melindungi putrinya sendiri.
"Perdana Menteri, aku rasa pembahasan kita hari ini sudah selesai. Aku tidak akan berlama-lama lagi." Pangeran Kennrick datang ke kediaman itu untuk melihat Allura, ia menggunakan alasan untuk bertukar pikiran dengan Perdana Menteri agar tidak terlihat mencurigakan.
Hari ini ia melihat pertunjukan yang menarik. Wanitanya yang memiliki wajah lembut, ternyata ganas seperti singa betina. Itu cukup menenangkan untuknya, setidaknya wanitanya bisa membela diri sendiri.
Setelah Pangeran Kennrick pergi, Perdana Menteri juga meninggalkan paviliun Allura. Wajahnya terlihat sangat tidak senang.
Ketika ruangan itu telah sunyi, Allura membuka matanya. Diana cepat-cepat mendekat ke arahnya dan bertanya dengan cemas.
"Nona, Anda baik-baik saja?" tanya Diana.
"Pisau tidak akan membunuhku, Diana," jawab Allura. Sejak tadi ia hanya pura-pura tidak sadarkan diri. Ia sengaja membuat dirinya terlihat berada di ambang kematian agar Perdana Menteri tidak memiliki pilihan lain selain dari menghukum Selir Samantha.
"Nona, Anda membahayakan diri Anda sendiri. Aku benar-benar takut." Diana bicara pelan. Matanya menyiratkan rasa takut seperti yang ia ucapkan.
"Aku bisa melakukan hal lebih menakutkan dari ini untuk mengalahkan Selir Samantha. Setelah ini kau harus bisa lebih kejam, Diana. Tidak ada yang boleh menindasku atau pun dirimu lagi." Tatapan Allura terlihat sangat serius.
"Baik, Nona."
"Sekarang pergilah berjaga di depan. Aku tidak ingin bertemu dengan siapapun." Allura kehilangan sedikit tenaganya karena luka yang ada di perutnya.
"Ya, Nona." Diana mundur lalu membalik tubuhnya dan pergi.
Allura memejamkan matanya. Selir Samantha, aku akan membuat kau membayar apa yang telah kau lakukan padaku dan juga ibuku, batin Allura.
Selir Samantha sangat tidak tahu diri dan rakus. Setelah membunuh ibunya, wanita keji itu juga menikmati harta peninggalan ibunya. Selama ini Allura tidak pernah mempermasalahkan hal itu, karena ia tidak tahu ingin menggunakan uang itu untuk apa, tapi setelah ia mengetahui apa yang telah ular berbisa itu lakukan pada ibunya, bahkan satu koin perak saja Allura tidak rela memberikannya.
Hari ini ia membuat Selir Samantha dihukum, selanjutnya ia akan merebut kembali miliknya yang dikuasai oleh Selir Samantha. Setelah itu baru ia akan menagih darah dan air mata ibunya beserta bunganya. Allura tidak pernah perhitungan, tapi kali ini ia mengakumulasikan semuanya dengan baik.
Dada Allura terasa sangat sakit. Jika bukan karena Selir Samantha saat ini ia pasti masih bisa merasakan kasih sayang ibunya. Mungkin cerita akan berbeda, ayahnya tidak akan mengabaikannya dan membencinya.
Hati Allura telah mengeras karena semua pengkhianatan dan rasa sakit yang ia alami. Setiap tarikan napasnya hanya ia tujukan untuk pembalasan dendam.
**
"Ayah, kenapa Ayah mengirim Ibu ke penjara? Apa yang sudah Ibu lakukan?" Arlene menatap ayahnya tidak mengerti.
Perdana Menteri yang tengah membaca laporan dari beberapa menteri lain meletakan berkas-berkas yang ia pegang ke meja. Matanya memandangi Arlene lelah. "Kembalilah ke kamarmu dan istirahat. Tidak perlu memikirkan ibumu untuk saat ini."
"Ayah, bebaskan Ibu dari penjara. Dia pasti sangat menderita di sana. Udara di sana tidak baik untuk Ibu. Ditambah cuaca saat ini sedang dingin, ibu mungkin tidak akan kuat berada di sana lebih lama lagi," seru Arlene meminta belas kasih ayahnya.
Perdana Menteri menghela napas. "Biarkan saja. Ini karena ulahnya sendiri."
"Apa yang telah Ibu lakukan hingga Ayah tidak bisa mengampuninya?"
"Cukup, Arlene! Kepala Ayah sudah sakit jangan menambahnya lagi. Kembali ke kamarmu dan istirahat. Kondisimu belum pulih."
Arlene tidak puas jika ia tidak mendapatkan jawaban dari ayahnya. Ia ingin bertanya pada pelayan utama ibunya, tapi pelayan itu tidak sadarkan diri sekarang. Begitu juga dengan satu pelayan lain.
Ia bahkan tahu bahwa ibunya di penjara dari salah satu pelayannya yang kebetulan melihat Selir Samantha dibawa oleh dua orang penjaga sembari menyebutkan nama Allura dengan marah.
Namun, saat ini ia tidak bisa memaksa ayahnya. Arlene tidak ingin membuat ayahnya semakin murka.
"Kalau begitu aku pamit, Ayah." Arlene membalik tubuhnya dan pergi dengan kecewa.
Sekarang satu-satunya yang bisa memberikannya jawaban adalah Allura. Arlene menghiraukan kondisi tubuhnya sendiri. Seharusnya saat ini ia tidak boleh banyak bergerak, tapi melihat apa yang terjadi pada ibunya ia tidak bisa diam saja.
Ia yakin Allura pasti telah menjebak ibunya. Allura sangat licik, entah apa yang rubah licik itu lakukan hingga ayahnya yang selalu menyayangi ibunya tega mengirim ibunya ke penjara.
Dada Arlene memburu. Memikirkan betapa beraninya Allura membuat ia sangat marah. Tidak hanya Allura telah menghancurkannya, tapi Allura juga menyakiti ibunya. Lihat saja, Arlene pasti akan membuat Allura menderita sampai mati.
Sampai di kediaman baru Allura, Arlene dan pelayan utamanya dihadang oleh Diana yang berjaga di depan pintu kamar.
"Menyingkir!" seru pelayan utama Arlene.
"Nona Allura sedang beristirahat. Dia tidak bisa diganggu sekarang." Diana menjadi lebih berani. Kata-kata Allura sebelumnya membuat ia berani menghadapi pelayan utama Arlene.
"Kau berani menghentikan Nona Kedua masuk, sungguh bernyali!" Pelayan itu hendak melayangkan tangannya ke wajah Diana, tapi sayangnya tangan wanita itu tertahan di udara. Diana dengan berani menangkap tangannya.
"Kau sepertinya sudah tidak takut mati lagi!" Mata pelayan Arlene terlihat seperti ingin membakar Diana hidup-hidup. Ia menggerakan kakinya hendak menerjang perut Diana, tapi lebih dahulu Diana menghindar.
Arlene menggeram kesal. Bahkan seorang pelayan kini berani bertingkah di depannya. Allura telah menilai dirinya terlalu tinggi. Siapa yang peduli bahwa Allura adalah anak dari istri sah. Kenyataannya Allura tidak disukai oleh siapapun. Jika ia menyakiti Allura maka ayahnya tidak akan begitu peduli. Allura telah berbuat terlalu banyak, dan ia harus menyadarkan Allura sesegera mungkin.
"Allura! Keluar kau!" Arlene berteriak dari depan pintu.
"Nona, jangan membuat keributan! Nona Pertama sedang beristirahat." Diana bersuara tegas.
"Tutup mulutmu!" bengis Arlene. "Berani sekali kau menghalangiku. Menyingkir!" Arlene mendorong bahu Diana hingga tubuh Diana menabrak pintu kamar Allura.
Diana bisa melawan pelayan Arlene, tapi untuk melawan Arlene, itu sangat mustahil baginya. Ia hanya seorang pelayan.
Arlene mendorong pintu Allura kasar hingga terbuka lebar.
Allura yang ada di dalam mendengar keributan yang terjadi di depan kamarnya. Ia mendengus, Arlene bahkan tidak bisa membiarkan ia beristirahat dengan tenang. Benar-benar menjengkelkan.
"Apakah kau tidak mendengar perintahku, Diana?!" Allura bersuara sembari melihat ke arah Arlene malas.
"Apa yang sudah kau lakukan pada ibuku, Jalang sialan!" geram Arlene. "Apa kau masih belum puas telah menghancurkan hidupku hingga kau menjebak ibuku juga?!"
Allura tertawa mengejek. "Apa kau tidak melihat apa yang telah ibumu lakukan padaku? Kau gagal menjebakku dan ibumu mencoba membunuhku, bukankah kalian sudah bertindak terlalu banyak." Mata Allura sedingin salju.
"Kau pikir aku akan percaya pada ucapanmu! Kau pasti telah menjebak ibuku! Sekarang juga cepat pergi temui ayah dan minta untuk mengeluarkan ibu dari penjara, jika tidak aku pasti akan membuat kau menderita!" ancam Arlene.
Lagi-lagi Allura terkekeh. "Aku tidak akan melakukannnya. Jika kau mampu membuatku menderita maka lakukan saja."
"Jalang sialan!" Arlene melangkah mendekati ranjang Allura. Ia hendak mencekik Allura.
Allura mengeluarkan belati dari balik selimutnya. Ujung mata belati yang tajam itu kini hanya berjarak tipis di kulit leher Arlene. Maju selangkah maka Arelene akan mati.
"Bergeraklah jika kau tidak menyayangi nyawamu." Suara Allura terdengar datar.
Arlene menegang. Ia tidak bisa bergerak sedikitpun. Ia takut pisau tajam itu melukainya, tapi ia tidak menunjukannnya pada Allura. Sebaliknya tatapannya semakin tajam. "Kau ingin membunuhku, hah!"
"Mengambil satu kehidupan untuk mempertahankan hidupku itu bukanlah hal yang sulit untuk aku lakukan."
"Kau wanita keji!" desis Arlene.
"Jika kau ingin melihat seberapa keji diriku, kau bisa mencobanya." Allura tidak bermain-main dengan ucapannya.
Arlene mundur satu langkah. Ia masih ingin hidup dan menikah dengan Pangeran Jourell.
"Diana, pergi ke ruang kerja Perdana Menteri dan katakan bahwa Nona Arlene tidak membiarkanku istirahat." Allura mengalihkan pandangannya pada Diana yang berdiri tidak jauh dari ranjang.
"Baik, Nona."
"Hentikan dia!" Arlene memerintahkan pelayannya.
Diana yang harusnya dihentikan, tapi situasi saat ini terbalik. Diana memelintir tangan pelayan utama Arlene hingga pelayan itu meringis kesakitan.
"Nona Kedua, tolong saya." Pelayan itu berkata dengan lirih.
Napas Arlene naik turun. Bisa-bisanya Allura berkomplot dengan pelayan untuk menentangnya.
"Lepaskan dia, Pelayan sialan!" Arlene berkata marah. Urat-urat di lehernya terlihat karena emosinya yang tidak tertahankan.
"Keluar dari sini jika kau ingin dia bebas. Dan jangan pernah menampakan wajahmu di depanku lagi! Aku sangat muak melihat rubah licik sepertimu!" sinis Allura.
"Sangat menggelikan. Kau menyebutku rubah, lalu kau apa?! Selama ini kau bersandiwara terlihat polos, tapi ternyata kau sangat licik dan keji!" balas Arlene tak kalah sinis.
Allura tertawa menghina. "Aku belajar dari kau dan ibumu. Bukankah menyenangkan memiliki dua topeng?"
Semakin banyak Allura bicara semakin terbakar kemarahan Arlene.
"Aku pasti akan membuat kau membayar semua yang sudah kau lakukan padaku dan ibuku, Allura! Pasti."
"Dan aku akan melakukan hal yang sama, Arlene. Kalian semua telah memperlakukanku seperti orang bodoh, menipuku dan memanfaatkanku. Kemudian kalian ingin menyingkirkanku demi kebahagiaan kalian. Aku pasti akan mengalahkan kalian!"
Arlene berdecih meremehkan. "Kau sudah kalah, Allura. Aku memiliki segalanya. Ayah yang mencintaiku. Dan Pangeran Jourell yang akan menikahiku. Secepatnya Pangeran Jourell akan mencampakanmu. Ckck, wanita menyedihkanmu bermimpi untuk memiliki Pangeran Jourell, sangat tidak tahu diri."
"Apa kau pikir Pangeran Jourell tidak jijik padamu? Tubuhmu kotor. Aku sangat yakin, Pangeran Jourell tidak akan sudi menyentuh tubuhmu yang hina." Allura mengeluarkan kata-kata tajam yang menggores tepat di hati Arlene.
Wajah Arlene merah padam. Kedua tangannya mengepal kuat. "Tutup mulutmu! Pangeran Jourell tidak seperti yang kau katakan. Dia mencintaiku dan mau menerimaku apa adanya."
Tawa Allura semakin keras. "Arlene, Arlene, kau benar-benar konyol. Mungkin sebelum kau digilir oleh dua pria, Pangeran Kennrick masih mencintaimu dan menerima kau apa adanya, tapi sekarang? Dia pasti jijik denganmu. Wajah cantikmu tidak akan menutupi catatan hitam yang kau miliki!"
"Berhenti, Jalang sialan! Aku akan membunuhmu. Ini semua karena kau." Arlene kembali seperti orang kesetanan.
Allura kembali mengacungkan belatinya. "Maju dan mati." Ia tersenyum miring dari balik cadar yang menutupi wajahnya.
Arlene tidak percaya ia bahkan tidak bisa melukai Allura sekarang. "Suatu hari nanti kau pasti akan membayar segalanya, Allura. Aku pastikan itu." Setelah mengucapkan sumpah itu Arlene keluar dari kamar Allura dengan segala kemarahan yang membuatnya ingin meledak.
Ucapan Allura berputar di otaknya. Tidak! Allura mengatakan hal itu hanya untuk menyakitinya. Allura mencintai Pangeran Jourell dan tidak bahagia jika ia dan Pangeran Jourell bersatu. Allura mengatakan semua itu hanya untuk memanasinya. Allura sangat licik! Ia tidak akan pernah termakan omongan ular betina itu.
Arlene tidak kembali ke kediamannya melainkan pergi ke penjara, tapi ia sendiri tidak bisa masuk ke dalam sana.
Arlene memutar otaknya. Ia menyogok penjaga penjara dan berhasil masuk ke dalam sana untuk menemui ibunya.
"Putriku." Selir Samantha bergegas mendekati Arlene yang sudah masuk ke dalam jeruji besi di kediaman Perdana Menteri.
"Bu, apa yang sudah Allura lakukan padamu?" tanya Arlene.
Selir Samantha menceritakan semuanya. Wajahnya terlihat sangat marah, kebencian nampak jelas di sana.
Apa yang Arlene duga memang benar. Sekarang ia semakin ingin melenyapkan Allura.
"Bu, kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Allura harus mati." Arlene benci menghirup udara yang sama dengan Allura. Itu sangat menyakitinya.
"Ya, Putriku. Ibu akan segera melenyapkan sampah itu." Selir Samantha juga sama dengan putrinya. Apa yang telah Allura lakukan padanya sangat tidak termaafkan. Allura telah merendahkan dan menghinanya. Ia tidak akan pernah bisa melupakan apa yang terjadi padanya saat ini.
TBC