8
Setelah keributan yang terjadi kemarin, hari ini Allura mendapatkan kamar yang lebih baik. Ia pindah dari paviliun di dekat hutan ke paviliun yang berada di sisi utara bangunan utama kediaman Perdana Menteri.
Tidak ada lagi perabotan usang. Tidak ada lagi pintu kamar yang mungkin akan patah jika dibuka dengan sedikit kuat. Nuansa kamar itu dipenuhi dengan campuran warna putih dan cokelat.
Allura tidak memiliki warna yang ia sukai secara khusus, tapi kombinasi putih dan cokelat cukup bagus di matanya.
Ia pindah ke tempat itu tanpa membawa apapun. Hari ini ia akan mendatangi Selir Samantha untuk menagih hak-haknya. Ia telah menghitung berapa uang saku bulanan yang harus ia dapatkan selama 18 tahun ia hidup. Hari ini, ia harus mendapatkan semuanya jika tidak ia tidak akan meninggalkan Selir Samantha.
"Diana, ayo beri kunjungan pada Selir Samantha." Allura sudah selesai melihat-lihat kediamannya.
"Baik, Nona." Diana mengikuti Allura dari belakang.
Sepanjang jalan menuju ke paviliun Selir Samantha, tidak ada pelayan yang memberi hormat pada Allura.
Allura mengejek dirinya sendiri, sikap diam dan penurutnya selama ini telah disalah artikan oleh para pelayan. Membuat mereka lupa posisi mereka di kediaman itu.
Di taman paviliunnya, Selir Samantha tengah menikmati teh melati, sepertinya wanita itu tengah menenangkan saraf otaknya yang tegang.
"Selamat pagi, Selir Samantha." Allura menyapa Selir Samantha dengan suara dingin.
"Apalagi yang kau inginkan?!" Suasana pagi Selir Samantha yang buruk kini semakin buruk karena sapaan dari Allura.
Semalam Perdana Menteri memberi perintah agar ia menyiapkan paviliun di utara untuk Allura. Ia sangat tidak rela Allura menempati paviliun itu, tapi ia juga tidak bisa menentang perintah suaminya.
"Jangan terlalu bersemangat, Selir Samantha. Aku hanya ingin meminta sedikit darimu."
Selir Samantha mendengus jijik. "Cepat katakan! Aku muak melihatmu!"
Allura terkekeh pelan. "Baiklah, mari kita selesaikan dengan cepat. Aku menginginkan uang bulananku yang selama ini kau simpan dengan baik." Allura menggunakan kata-kata manis, tapi ia jelas bermaksud menekan Selir Samantha untuk menyerahkan miliknya.
"Aku tidak memiliki uang. Semua uang sudah digunakan untuk memeli kebutuhan rumah dan dapur!" Selir Samantha berbohong. Ia memiliki banyak uang, tapi ia tidak mau memberikannya pada Allura.
"Baiklah, kalau begitu aku akan meminta langsung dari ayahku." Allura membawa Perdana Menteri ke dalam masalah ini.
"Apa kau mengancamku!" Selir Samantha mendelik tajam.
Allura menggelengkan kepalanya pelan. "Jangan salah mengartikannya, Selir Samantha. Karena kau tidak memiliki uang maka aku akan pergi ke ayah. Kalau begitu aku akan pergi sekarang. Selamat menikmati tehmu." Allura berbalik.
"Berhenti!" Selir Samantha bersuara marah. Ia benar-benar jengkel pada Allura. Jika Allura meminta uang pada Perdana Menteri maka ia akan diomeli oleh suaminya. Hal-hal seperti ini suaminya tidak perlu mengurusnya.
"Julie, berikan 50 koin emas padanya!" Selir Samantha akhirnya memberikan Allura uang.
Allura tertawa lagi. Membuat Selir Samantha semakin meradang.
"Apa yang kau tertawakan!" bengis Selir Samantha.
"Kau hanya memberiku setengah uang bulanan. Bukankah itu jumlah yang terlalu sedikit."
"Memangnya berapa yang kau inginkan!"
"Aku ingin 40.000 koin emas."
Selir Samantha tersedak air liurnya sendiri. Wajahnya kali ini menjadi gelap. "Kau sedang mencoba untuk merampokku!" bentaknya.
"Aku hidup selama 18 tahun, dan aku tidak menerima 1 koin pun. Jadi jumlah yang aku harus terima selama 18 tahun adalah 21.600 koin emas. Sementara untuk 18.000 koin emas adalah untuk pakaianku. Bukankah Arlene menghabiskan lebih dari 1000 koin emas untuk membeli pakaian setiap tahunnya? Dan sisanya adalah untuk kompensasi atas masakan sisa yang kau berikam untuku."
"Tidak! Aku tidak memiliki uang sebanyak itu! Memangnya siapa kau berani meminta uang sebanyak itu!" tolak Selir Samantha emosi.
"Kalau begitu jangan salahkan aku jika aku membuat semua orang tahu bagaimana kau memperlakukan nona pertama kediaman Perdana Menteri. Ckck, kau hidup bermewah-mewah dengan penghasilan dari toko perhiasan milik keluarga ibuku, tapi aku bahkan tidak memiliki satu pakaian bagus. Kau terlalu rakus, Selir Samantha!"
Diana yang mendengarkan Allura hanya bisa menahan napasnya. Nonanya kini benar-benar berani, entah itu mencari kematian atau muak dengan ketidak adilan, Diana tetap saja takut. Bagaimana jika majikannya dipukuli sampai mati oleh para pelayan Selir Samantha.
50 koin emas sudah cukup untuk membeli beberapa potong pakaian dan perhiasan.
Dada Selir Samantha memburu. Ia menggebrak meja yang ada di depannya. "Berani sekali kau mengancamku! Siapa yang akan percaya kata-katamu!"
Allura menaikan sebelah alisnya. "Aku tidak akan tahu jika aku belum memberitahukan pada orang-orang bagaimana kejamnya kau. Mari kita lihat apakah ada orang yang akan percaya padaku atau tidak. Aku tidak akan begitu menderita karena reputasiku tidak bagus, tapi kau akan menderita jika orang-orang mendengar ucapanku.
Ibu tiri yang menguasai harta anak tirinya, bukankah itu akan menjadi topik yang hangat. Belum lagi orang-orang akan menambahkannya dengan kata-kata lain. Karena kau menantangku, maka aku akan mencobanya. Selamat tinggal, Selir Samantha!" Allura tersenyum licik lalu kemudian melangkah hendak pergi.
"Hentikan jalang sialan itu!" titah Selir Samantha pada para pelayannya.
Tiga pelayan termasuk pelayan utama Selir Samantha menghentikan Allura.
"Menyingkir dari jalanku!" seru Allura dingin. Matanya yang seperti hamparan padang rumput kini terlihat marah.
"Tangkap dia dan buat dia tidak bisa bicara besar lagi!" Dari arah belakang Selir Samantha memberi perintah kejam.
Dua pelayan hendak meraih tangan Allura. Mereka merasa senang karena hari ini bisa menghibur diri dengan memukuli Allura.
Namun, kenyataannya kali ini mereka tidak diizinkan oleh Allura lagi untuk menyakitinya. Dahulu Allura tidak ingin menimbulkan masalah, menanggung sedikit siksaan lebih baik daripada membuat ayahnya semakin tidak menyukainya.
Dan sekarang Allura sudah tidak sekonyol dahulu. Untuk apa ia menjadi anak yang patuh saat di otak ayahnya dirinya telah mendapat predikat anak tidak berguna selamanya. Anak dengan hati keji yang tega menyakiti saudaranya sendiri.
Allura tidak akan repot menyenangkan hati orang lain lagi.
Kedua tangan Allura meraih tangan dua pelayan berwajah licik yang ingin memeganya. Ia memelintirnya kuat hingga dua pelayan itu meraung kesakitan.
"Siapa kalian hingga kalian berpikir bisa meletakan tangan di atas tanganku?!" Kilat haus darah terlihat di mata Allura.
"Lepaskan kami, Jalang Sialan!" Salah satu pelayan mendesis marah.
Allura mendengus. Seorang pelayan bahkan bisa memanggilnya 'jalang sialan' sungguh Selir Samantha mengajari mereka dengan baik.
Tangan Allura bergerak lebih kuat, ia memelintir tangan si pelayan hingga suara 'krak' terdengar bersamaan dengan jeritan yang lebih besar. Senyum keji terlintas di mata Allura, ia telah mematahkan tangan kanan pelayan yang bermulut pedas.
Apa yang Allura lakukan membuat Selir Samantha dan dua pelayan lainnya menggigil ngeri. Bagaimana bisa Allura mematahkan tangan seseorang dengan begitu mudahnya.
Melepaskan pelayan satunya lagi, Allura kini mencengkram dagu si pelayan yang telah menangis karena rasa sakit yang tak tertahankan. "Kau berani memanggilku, putri sah Perdana Menteri dengan panggilan 'Jalang sialan" jika hari ini aku tidak mengajarkanmu dengan baik maka para pelayan lain tidak akan pernah menghormatiku. Kalian pelayan bahkan tidak menyadari perbedaan posisiku dan posisi kalian, sangat lancang!"
Setelah itu Allura mengangkat tangannya, menampar keras pipi si pelayan hingga suara nyaring kulit di antara kulit terdengar nyaring. Satu tamparan tidak cukup, Allura memberinya lima tamparan di masing-masing pipi. Kini wajah si pelayan terlihat bengkak dan mengerikan.
Darah mengalir deras dari mulut pelayan itu. Rasa sakit yang ia derita benar-benar melewati batas yang bisa ditanggung tubuhnya.
Pelayan bernyali besar itu kini jatuh ke tanah, kesadarannya menghilang. Tamparan Allura mungkin sudah mematahkan tulang pipinya.
Jantung Selir Samantha berdesir, bagaimana gadis pengecut seperti Allura berubah menjadi seperti saat ini. Allura terlihat seperti iblis, kejam dan tidak kenal ampun.
Akan tetapi, meski ia merasa sedikit takut, ia tidak bisa menerima Allura memukuli pelayannya. "Berani sekali kau memukuli pelayanku tepat di depan mataku!" geram Selir Samantha.
"Kalian, tangkap dia dan pukuli sampai dia tidak bisa berjalan lagi!" titah Selir Samantha.
Satu pelayan yang tangannya dipelintir tadi tidak bisa melangkah. Bagaimana jika ia bernasib sama dengan rekannya yang tergeletak menyedihkan di lantai.
"Apa yang kau tunggu, ayo bergerak!" Julie mendekati Allura dengan wajah bengis.
Di kediaman Perdana Menteri, satu-satunya orang yang paling sering memukulinya di kediaman itu adalah Julie, pelayan utama Selir Samantha. Wanita berusia 40an tahun itu akan melayangkan tangan padanya setiap diperintahkan oleh Selir Samantha. Meski Julie melakukan itu atas perintah majikannya, tapi Julie selalu menikmatinya.
Semua terlihat dari raut puas Julie setelah ia berhasil membuat Allura menerima beberapa pukulan darinya.
Dan kali ini ia akan melakukan hal yang sama. Gadis pengecut di depannya mencoba membuat ulah, maka ia akan memukulinya sampai mati.
Jemari Julie bergerak ke arah kepala Allura. Ia berniat untuk mencengkram rambut Allura. Ia begitu membenci rambut Allura yang tampak seperti air terjun, jatuh dengan indahnya.
Allura tidak bergerak sampai jemari Julie hanya berjarak satu inchi dari rambutnya barulah ia bergerak. Jari-jari Allura kini berada di batang leher Julie, kukunya menancap di leher putih Julie hingga darah keluar dari sana.
Melihat apa yang Allura lakukan pada Julie, pelayan lain yang hendak menangkap Allura kehilangan nyali. Ia mundur satu langkah.
"Kau ingin memukuliku sampai tidak bisa berjalan, hm? Sangat tidak tahu diri!" Allura memperkuat cengkramannya hingga wajah Julie memutih karena tidak bisa bernapas.
Selir Samantha semakin berang melihat keberanian Allura. Ia bangkit dari tempat duduknya dan mendekati Allura. "Lepaskan pelayanku, Allura!" katanya dengan marah.
"Pelayanmu ini tidak menyadari posisinya, Selir Samantha. Aku hanya mengajarinya. Bukankah selama ini pelayan sialan ini telah banyak memukuliku? Aku hanya ingin menagih setiap pukulan yang aku rasakan karenanya." Allura menatap Selir Samantha setajam pedang bermata dua.
"Diana! Kemari dan pukuli pelayan sialan ini sampai dia tidak bisa berjalan lagi!" Selama ini Diana juga telah banyak menderita karena pelayan utama Selir Samantha, memberi kesempatan pada Diana untuk membalas dendam adalah keharusan baginya.
Diana terlihat ragu. Ia ingin sekali memukuli Julie sampai mati, tapi ia takut jika Perdana Menteri mengetahui ini maka ia dan majikannya akan dihukum dengan berat.
"Tidak usah memikirkan banyak hal, Diana. Pukuli pelayan ini sampai hatimu puas," seru Allura lagi.
Diana mengabaikan ketakutannya. Persetan dengan hukuman yang nanti akan ia terima. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Ia harus membalas dendam. Hanya karena Julie adalah pelayan utama Selir Samantha, bukan berati Julie bisa menindasnya sesuka hati.
Allura memegangi tangan Julie, sedang Diana ia menampar wajah Julie hingga wajah Julie terlihat mengerikan.
"Nona, ini sudah cukup." Diana bukan orang yang serakah, hatinya sudah puas dan itu cukup untuknya.
"Kau terlalu murah hati, Diana. Kalau begitu biar aku yang meneruskannya." Allura mematahkan tangan dan kaki Julie yang sering menampar dan menendangnya.
"Allura! Aku akan membunuhmu!" Selir Samantha yang lembut kini terlihat seperti iblis betina.
Ia mendekati Allura, hendak menampar wajah Allura dengan keras. Namun, serangannya hanya tertahan di udara, Allura lebih dahulu menangkap tangan Selir Samantha.
Mata Allura melihat ke arah belakang, di sana ada Perdana Menteri dan Pangeran Kennrick yang sepertinya baru saja memasuki daerah itu.
Allura dengan cepat mengeluarkan belati miliknya, ia meletakan belati itu ke tangan Selir Samantha lalu menusukannya ke perut. Allura cukup paham tentang bagian fatal di tubuh manusia, jadi ia meletakan tusukannya di bagian perutnya, jika ia menggesernya sedikit saja maka itu akan mengenai hatinya.
"Nona Pertama!" Diana berteriak kencang.
Selir Samantha yang tidak mengerti apa yang terjadi saat ini hanya bisa membeku.
"Apa yang terjadi di sini?" Perdana Menteri datang dengan wajah marah.
Kenapa Allura suka sekali membuat keributan di rumahnya setiap kali Pangeran Pertama datang ke sana.
"A-ayah, Selir Samantha ingin membunuhku." Allura berkata dengan terbata.
"Selir Samantha, Anda benar-benar keji! Kejahatan seperti ini, Anda akan mendapatkan hukuman berat!" Pangeran Kennrick menatap Selir Samantha dingin.
"Suamiku, ini tidak seperti itu. Aku tidak menusuknya." Selir Samantha membela dirinya dengan wajah cemas.
"Lalu, apakah Anda bermaksud, Nona Sulung ini menusuk dirinya sendiri dengan pisau? Aku akan membawa masalah ini ke pengadilan kerajaan. Jika tidak, aku tidak akan bisa mempertanggung jawabkan hal ini di depan Mantan Jenderal Agung Herrios." Pangeran Kennrick menyebutkan nama kakek Allura.
"T-tidak! Aku benar-benar tidak melakukannya!"
"Selir Samantha, Anda jelas-jelas ingin membunuhku," seru Allura lemah. "Pangeran, jika Anda tidak percaya, Anda bisa bertanya pada pelayanku dan pelayan dari kediaman Selir Samantha." Allura melirik ke pelayan Selir Samantha yang kini sudah berkeringat dingin.
"Apakah semua itu benar?" Pangeran Kennrick bertanya pada pelayan Selir Samantha.
Pelayan itu tidak bisa membuka mulutnya, ia takut pada Selir Samantha, tapi ia lebih takut pada Allura.
"Katakan!" bengis Perdana Menteri.
"I-itu benar, Yang Mulia," jawab si pelayan dengan wajah menghadap ke kakinya.
"Selir Samantha, Anda benar-benar berani!" Pangeran Kennrick begitu marah.
Selir Samantha tidak bisa menerima tuduhan Allura. Ia masih mencoba untuk membela dirinya. "Suamiku, aku dijebak. Aku tidak melakukannya."
"Anda dan putri Anda benar-benar sama. Untuk menutupi kesalahan kalian, kalian mengatakan kalian dijebak. Sangat menggelikan," seru Pangeran Kennrick lagi.
"Yang Mulia, aku tidak bisa bertahan lagi. Aku mungkin akan segera mati." Allura memang merasakan sakit di perutnya, tapi itu tidak akan membuatnya mati dengan mudah. Ia menjatuhkan dirinya ke bahu Pangeran Kennrick dengan sengaja.
Pangeran Kennrick mengangkat tubuh Allura. "Tunjukan padaku di mana kamarnya. Dan siapapun panggil tabib untuk segera mengobatinya!" titah Pangeran Kennrick. Ia segera membawa Allura ke kamar Allura dengan bantuan Diana sebagai penunjuk jalan.
Pangeran Kennrick menyadari sandiwara Allura, tapi ia berpikir kali ini Allura terlalu membahayakan diri dengan melukai diri sendiri.
TBC