Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

9 || Gelapnya Malam Tidak Akan Bersaksi.

Nyanyian Yu Li yang mendayu-dayu begitu merdu masih tetap pada nada tepatnya.

"Yu Li," panggil Hao Yang, tidak direspon. 

Lalu, Hao Yang menyibakkan kelambu dengan bola mata redup serta mulut menguap. Dalam keadaan setengah sadar, wanita itu menapakkan kaki kemudian menyembulkan kepala.

"Yu Li." Panggilan kedua Hao Yang barulah menyadarkan Yu Li, juga barulah seluruh irama dan nyanyian gadis muda itu berakhir.

Yu Li bertanya sambil menahan kantuk. "Nyonya, kamu belum tidur?"

Bibir Hao Yang mengembang. "Tidurlah, aku sudah sangat mengantuk."

"Baik." Lemah suara Yu Li, diikuti meletakkan Pipa dan arak di tempat sebelum dia melenggang pergi meninggalkan kamar.

Di sisi lain, pintu kamar pribadi Adipati Feng semalam ini diketuk. Mulanya dia bergeming tapi memasuki ketukan ketiga, Adipati Feng memberi perintah masuk. 

Pintu berderit.

Pengawal pribadi Adipati Feng setengah membungkuk memberi hormat. "Maaf telah mengganggu istirahat anda, Adipati."

Di balik kelambu putih tampak bayangan Adipati Feng yang sedang mengenakan jubah. Usai tali terkait satu sama lain, tangan kekarnya menyibakkan tirai. 

"Katakan." Perintah Adipati Feng.

Pengawal pribadi Adipati Feng mengulurkan sesuatu yang terbungkus kain putih dihiasi bercak darah.

Bola mata Adipati Feng menyipit lalu mengisyaratkan Pengawal pribadinya membuka sesuatu tersebut.

Sesuatu yang terbungkus kain itu diletakkan di permukaan lantai. Dengan ujung pedang yang tajam, kainnya disingkirkan.

Adipati Feng seketika memalingkan wajah, dan Pengawal pribadi pria itu segera menutup sesuatu itu kembali.

"Barang itu milik salah seorang pekerja renovasi di kediaman Nyonya Hao. Menurut informasi pekerja lain, dia orang kepercayaannya Tuan muda Jin. Saat ini, pemiliknya dalam keadaan tak sadarkan diri."

"Nyonya Hao." Berdasarkan seluruh penuturan, Adipati Feng hanya menyebut dua kata. Setelah itu dia memejamkan mata diikuti helaan nafas.

"Hamba menunggu perintah Adipati Feng selanjutnya." Malam larut, Pengawal pribadi Adipati Feng tetap sigap.

Adipati Feng mengibaskan tangan. "Tunggu besok tapi … pastikan tidak ada yang memanfaatkan kejadian ini."

"Baik."

Pada keesokan harinya, penyidik suruhan Keluarga Jin pagi-pagi sekali mendatangi kediaman Hao Yang. Mereka dua pria muda penuh semangat yang berpakaian rapi seperti penyidik utusan Kekaisaran.

Arak pemberian Hao Yang masih tersisa di atas meja halaman depan. Kedua penyidik mengambil sebagai sample kemudian mereka mengarahkan pandangannya pada pintu kediaman yang belum terpasang.

Yu Li mendadak muncul setelah membantu Hao Yang berdandan. Kehadiran dua penyidik berdiri di depan rumah, membuatnya dengan cepat kembali ke kamar Hao Yang.

"Nyonya!" Dengan wajah pucat dan suara bergetar dia memanggil.

Hao Yang menyelesaikan riasan akhir menggunakan lipstik merah mawar. Setelah dirasa rapi, dia menoleh membuat buyao yang dikenakan bergoyang indah.

Yu Li menunjuk ke arah halaman. "Dua penyidik berdiri di luar rumah."

Hao Yang tahu keluarga Jin tidak akan membiarkan masalah ini begitu saja. Dia juga sudah mempersiapkan semuanya.

"Penyidik?" Hao Yang kaget. "Apa yang terjadi? Kenapa mereka kesini?" Tanyanya memberondong kepanikan.

Yu Li menggeleng samar bersama ketakutannya.

Hao Yang bergegas bangkit, serta berjalan cepat menuju halaman kediaman. 

"Tuan." Di hadapan dua Penyidik, Hao Yang memperlihatkan etika seorang bangsawan.

Dua penyidik itu balas memberi hormat lalu salah satunya bertanya sembari mengedarkan pandangan. "Nyonya Hao, apakah arak ini diberikan oleh anda?"

Hao Yang mengiyakan tanpa ragu. "Iya."

Berhubung dua penyidik tadi belum tahu arak itu mengandung obat atau tidak, mereka tidak gegabah.

"Nyonya, sebuah tragedi mengerikan terjadi di kediaman anda semalam. Oleh karena itu, kami akan membawa Nyonya dan Pelayan Nyonya ke tempat penyelidikan."

Hao Yang sempat membekap mulutnya disertai tatapan membulat. "Tragedi mengerikan seperti apa yang kalian maksud?"

Dua Penyidik saling lihat satu sama lain sebelum menghela nafas samar.

"Kami akan menjelaskannya di kantor. Silahkan Nyonya ikut kami." Ajak salah satunya tak sabar. 

Tanpa rasa takut sedikitpun, Hao Yang menyetujui. "Tentu saja, mari!"

Jawaban itu bukan yang diharapkan dua penyidik tersebut. Bukannya segera membawa Hao Yang, mereka malah saling lihat satu sama lain lagi.

"Kenapa diam saja? Apa yang kalian butuhkan akan aku jawab sejujurnya," ucap Hao Yang sembari menatap mereka bergantian.

Hening!

Kecurigaan dua penyidik tadi menjadi terombang-ambing.

"Dan sebetulnya tragedi mengerikan seperti apa yang kalian maksud? Karena … aku sendiri bahkan tidak tahu." Hao Yang sungguh terlihat kebingungan, sampai mengarahkan pandangannya pada Yu Li seperti meminta jawaban.

Yu Li menggeleng. "Aku tidak tahu, Nyonya. Bukankah semalam kita menikmati arak sambil bermain Pipa?"

Seorang Penyidik langsung bertanya. "Jadi kalian ikut meminum arak ini?"

Yu Li membenarkan. "Benar, Tuan. Kebetulan pula arak ini baru dikeluarkan dari tanah usai dikubur satu tahun lalu dekat pohon prem."

Dua penyidik tadi kembali saling lihat. Dan pada menit berikutnya salah satu Penyidik meminta Hao Yang menunjukkan tempat arak itu dikubur.

"Nyonya Hao, tolong antar kami ke lokasi penguburan arak."

Lagi dan lagi Hao Yang tidak memperlihatkan celah ketakutan. Wanita itu mempersilahkan Penyidik tersebut mengikuti dirinya lantas dia menunjuk tempat dia menggali arak semalam. 

Penyidik memperhatikan sekitar secara detail. Menyadari ucapan Hao Yang adalah kebenaran, maka mereka kembali ke halaman depan.

"Walaupun tidak ada bukti tapi kami ingin menyelidiki Nyonya lebih jauh. Silahkan Nyonya ikut hamba ke kantor penyidik." Minta Penyidik lain, sedang satunya sibuk memperhatikan setiap titik.

Hao Yang sudah bersiap mengikuti. Namun, kejadian seperti kemarin seperti terulang.

"Berhenti!" Adipati Feng mendadak masuk dengan wajah tak bersahabat.

Sementara Pengawal pribadi Adipati Feng mengikuti seraya mengerutkan kening tatkala memperhatikan para Penyidik.

Dua penyidik membungkuk hormat sebelum saling lirik satu sama lain.

"Selir Hao dan Pelayannya tidak diberikan izin meninggalkan tempat ini!" Tegas Adipati Feng.

Satu penyidik tersenyum hangat. "Maafkan hamba, Adipati Feng. Ini tugas kantor Penyidik, anda tidak punya kuasa menghentikan."

"Selain itu, Nyonya Hao adalah pemilik tempat terjadinya tragedi. Dengan alasan apapun, beliau tidak bisa menolak aturan kantor penyidik."

Adipati Feng mengangkat dagunya dengan kesan angkuh. "Apa kamu lupa pada anugerah plakat kuda emas milikku!"

Para penyidik terdiam. Mereka tahu pemilik plakat kuda emas menguasai anugrah perintah yang tidak bisa dibantah oleh siapapun.

Posisi Adipati Feng yang jelas berpengaruh kuat ini membuat pria itu sekali lagi meminta Yu Li membawa Hao Yang pergi. "Bawa Nyonya Hao masuk!"

Yu Li menuntun Hao Yang ke dalam dengan perasaan berkecamuk, sedang Hao Yang sendiri menyimpan banyak pertanyaan pada perubahan Adipati Feng yang semakin hari semakin membingungkan.

"Jika kalian ingin menyelidiki Hao Yang, silahkan lakukan disini!" Titah Adipati Feng. "Jangan lupa katakan pada Tetua keluarga Jin, sedikit saja menyinggung orangnya Adipati Feng termasuk Hao Yang … Adipati Feng tidak akan tinggal diam."

Berkat plakat kuda emas miliknya, dua penyidik tadi tidak bisa berkutik kemudian mereka mau tak mau melangkah mundur pergi.

Sembari memandang kepergian mereka, Adipati Feng mengambil secangkir arak sisa semalam di atas meja, serta menatapnya secara seksama. "Duniamu pelik, kali ini aku tidak akan membiarkanmu menjadi boneka kesenangan mereka."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel