Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3 || Mulutnya Menjadi Sepedas Cabai.

Ketidaktenangan menuntun Selir Nian ke kediaman Hao Yang! 

Pemilik kediaman sendiri tengah berdiri santai di balkon lantai dua kediamannya. Dengan mata menyipit, dia berkata disertai helaan nafas. "Wanita itu mau kesini," 

Perasaan Yu Li mendadak tak enak. "Nyonya harus hati-hati. Wanita itu selalu melibatkan Nyonya ke sesuatu yang membahayakan. Dan terakhir, dia dan Pelayannya yang membuat Nyonya jatuh ke Danau. Danau seolah tidak berujung. Nyonya tidak bisa berenang. Jika saja Adipati Feng tidak datang, Nyonya mungkin sudah mati."

Hao Yang menoleh. Wajahnya tampak tak percaya. "Adipati Feng yang menolong?"

Pelayan pribadi Hao Yang mengiyakan. "Iya."

Di kehidupan sebelumnya, bukan Adipati Feng yang menolong, melainkan seorang Kepala Pelayan yang melemparkan tali lalu digapai Hao Yang. Perbedaan ini tentu meninggalkan tanda tanya besar di wajah cantik wanita itu.

"Sejak kapan Adipati Feng punya hati untuk menolongku. Bukankah … selama ini hanya aku yang memberi hati sementara dia membalasnya dengan kekejaman?"

Yu Li menggeleng samar. "Aku tidak paham hubungan kalian. Harusnya Nyonya yang lebih paham."

Dagu Hao Yang sedikit diangkat. Embusan nafas panjang menyusul perlahan bersama tekad besar membalas setiap perbuatan kejam mereka, termasuk Selir Mu Fei si paling berpengaruh.

Di waktu yang sama, Selir Nian dan Pelayannya tiba di halaman kediaman Hao Yang. Wanita itu mengangkat pandangan, dan pandangan mereka secara otomatis bersitemu.

Keduanya bermusuhan sejak dulu, tetapi di mata orang lain mereka terlihat seperti dua Selir Adipati yang saling menghargai dan menyayangi. 

"Adik Hao." Seperti etiket biasanya, Selir Nian memberi salam sapa pada Hao Yang dengan sedikit menundukkan kepala secara anggun.

Di kehidupan sebelumnya, Hao Yang sangat menghargai wanita itu karena selain merupakan Selir pertama, juga karena usianya jauh lebih tua dari Hao Yang sendiri. Namun, berbeda sekarang.

Tatapan Hao Yang pada Selir Nian seolah-olah menganggap wanita itu tak berbeda jauh dari debu di ujung sepatunya. Jangankan membalas penghormatan Selir Nian, tersenyum atau berekspresi hangat pun tidak sama sekali.

Pelayan pribadi Selir Nian melirik lalu berbisik setengah kesal. "Tatapan Nyonya Hao sangat tidak bersahabat, Nyonya!"

Selir Nian melirik pelan lalu segera menegakkan punggung sambil membatin, 'Rasanya aku ingin mencabik wajahnya yang suka pamer kecantikan.'

Kecantikan Hao Yang memang tidak bisa disangkal. Rambut coklat pekat yang dimilikinya sedari lahir berbeda dari semua rambut orang di kota ini, sementara kulitnya putih nyaris seperti salju.

"Selir Hao! Selir pertama bermurah hati menjenguk anda! Lucu sekali anda tidak punya sopan santun menyambut!" lontar Pelayan pribadi Selir Nian yang tidak tahan pada kesombongan Hao Yang.

Hao Yang tersenyum satu sisi seraya menyipitkan matanya sekali lagi. "Aku telah siuman sejak beberapa hari lalu. Lucu sekali Selir Nian yang terhormat baru sempat menjenguk, padahal jarak kediaman kita tidak sampai ribuan li dan Selir Nian bukan Selir Mu Fei yang punya kesibukan membersihkan kotoran Permaisuri!"

Selir Nian tercengang! 

Seorang wanita pecundang yang biasa pasrah saat dirundung dan menerima hukuman apapun demi mematuhi Adipati Feng, baru saja berbicara lancang secara terang-terangan.

Sejenak Selir Nian berpikir jika dirinya salah dengar. Jadi dia mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Adik Hao, jangan berbicara sembarangan. Kediaman ini memiliki telinga yang tajam."

Hao Yang meluruskan wajahnya tepat menuju rimbunnya pohon, yang menutup sebagian atap.

Tidak ada angin, tidak ada hujan, daun-daun bergerak tidak biasa! 

Sudut bibir Hao Yang terangkat. Tanpa rasa bersalah, dia menambahkan, "Oh, jadi dimana letak perkataan sembarang ku?"

Selir Nian menekan volume suaranya. "Wanita ini cari mati!"

"Apakah soal menyinggung kesibukan Selir Nian atau soal penjilat kotoran Permaisuri?" lanjut Hao Yang.

"Kamu!" Selir Nian tidak pandai mengendalikan emosinya. Tertinggal jauh dari Hao Yang!

Pertanyaan menohok Hao Yang memuaskan perasaan Yu Li. Pelayan muda wanita itu terkekeh seraya menutup mulutnya dengan sebelah tangan. 

Hanya saja, Selir Nian mengatur nafas lalu tersenyum terpaksa guna mengendalikan emosinya.

"Ucapan Selir Hao benar. Sayang sekali aku baru sempat datang tapi tentunya bukan karena disengaja. Acap kali Adipati Feng pergi berperang, aku selalu berdoa di kelenteng untuk keselamatannya. Tentu kabar kesembuhan Selir Hao tidak sampai ke telingaku."

Hao Yang tidak menyangkal. Faktanya, sejak dulu Selir Nian rajin pergi ke kelenteng untuk berdoa. Entah ketika Adipati pergi berperang atau untuk meminta peruntungan.

"Aku tahu itu. Dan seharusnya saat Selir Nian berada di kelenteng, jangan hanya mendoakan Adipati Feng tapi juga mendoakan diri sendiri yang tak kunjung hamil padahal setiap malam Selir Nian dan Adipati Feng selalu bercinta," cibir Hao Yang.

Selir Nian kembali dibuat jengkel, karena dia seringkali disinggung soal kehamilan, baik oleh teman-temannya ataupun oleh kenalan Adipati Feng. Dan sekarang oleh wanita yang biasanya selalu bertutur kata lembut! 

Hao Yang menambahkan, "Tidak perlu malu. Aku tahu, termasuk saat Adipati Feng enggan, Selir Nian tak akan ragu mencampuri minuman Adipati Feng menggunakan bubuk cinta."

"Kamu!" Karena tidak tahan, Selir Nian menunjuk wajah Hao Yang penuh kebencian.

"Berani sekali kamu menunjuk Nyonya rumah di kediamannya sendiri!" tegur Hao Yang.

"Aku selalu bersikap baik padamu tapi kamu lagi dan lagi menorehkan luka di hatiku!" Marah Selir Nian tapi dipadu kesedihan palsu.

Hao Yang menguap malas. "Benarkah biasa bersikap baik? Lantas, kejadian tercebur danau itu perbuatan siapa yah," sindir Hao Yang. 

Wajah Selir Nian langsung pucat pasi!

Pelayan wanita itu juga memperlihatkan gelagat takut dengan menautkan jari-jarinya satu sama lain.

Ekspresi mereka bagai hiburan di mata Hao Yang. Dia tersenyum senang, sekaligus merasa lebih bersemangat mengolok-olok lebih jauh.

Hao Yang setengah membungkuk. "Jika aku mau, aku bisa membuat laporan kejadian itu pada Adipati Feng. Lagipula, Adipati Feng sendiri yang telah menolongku."

Senyum smirk Selir Nian terukir. "Dan kamu berpikir Adipati Feng tidak tahu jika aku pelakunya?"

Segera Hao Yang berpikir kalau Adipati Feng mungkin saja tahu dalang kejahatan itu, tetapi dia memilih bungkam. 

"Kamu sangat bangga bisa berada disini." Selir Nian mengalihkan pembicaraan. "Dasar tidak tahu malu. Lihat saja! Adipati Feng sendiri yang akan mengusirmu dari sini lalu membuangmu ke kandang babi!"

Hao Yang pura-pura takut. "Ahh, takut sekali. Bagaimana ini?"

Selir Nian merasa Hao Yang sangat mengejeknya. Dia menghentakkan kaki lantas melenggang pergi membawa kemarahan. Sedang Hao Yang balik badan lalu duduk menikmati secawan arak seraya mengambil Pipa yang biasanya dimainkan saat sepi.

Daun yang sebelumnya dilihat Hao Yang bergerak, kini kembali bergoyang samar. Wanita itu tahu seseorang baru saja menguping di sana. Akan tetapi, dia bersikap biasa seakan dia si bodoh yang tidak mengetahui apapun.

Dugaan Hao Yang benar. Seseorang yang ternyata adalah Pengawal pribadi Adipati Feng diam-diam mendengar keributan sesaat barusan.

Sekarang pria itu melaporkan keseluruhannya pada Adipati Feng.

Adipati Feng yang fokus membaca pun seketika berdiri tegak. "Apa? Hao Yang menyebut Selir Mu Fei sebagai penjilat kotoran Permaisuri?"

"Bukan hanya itu, Adipati. Selir Hao juga berkata, selama ini Adipati Feng telah banyak bermalam dengan Selir Nian sampai menggunakan trik jahat tapi tidak juga menghasilkan keturunan."

"Keterlaluan! Dia tidak bisa dibiarkan!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel