Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 Aksi Gagal

Bab 10 Aksi Gagal

Aksi dari Paspamres terus berulang dengan pola yang sama per sepuluh menit. Sembilan belas menit sebelum pesawat mendarat, tiga orang pembajak berhasil dilumpuhkan dengan posisi penguasaan senjata sama kuat antara pembajak dan pengawal presiden. Dengan kekuatan yang cukup seimbang, salah satu pembajak gadungan mendekati Rain dan membisikkan sesuatu padanya, “Buat kegaduhan sekarang juga!”

Meskipun bingung namun Rain merasa kalau perannya lagi ditunggu dan dibutuhkan membuatnya langsung menatap Guntur dan mengedipkan matanya satu kali. Seperti dikendalikan dari jarak jauh, Guntur dengan segera mengeluarkan segala kemampuan bermain dramanya dengan berpura-pura terserang epilepsi.

“Tolong, teman saya kumat!” teriak Rain nyaring membuat tiga orang pembajak asli spontan mengalihkan pandangan pada Guntur demikian pula dua orang pembajak gadungan.

Sang ketua memberikan perintah, “Tenangkan orang itu. Jika dalam lima menit masih belum berhasil maka buatlah dia tertidur dengan nyaman untuk selamanya.”

Para pembajak gadungan menganggukkan kepala menunjukkan kepatuhan mereka pada perintah sang ketua. Di saat semua orang teralihkan perhatiannya pada Guntur, maka staf pengawal yang lainnya segera bergerak cepat mendekati satu orang pembajak yang berdiri dekat kokpit dan melakukan adu jotos di sana.

Melihat adu jotos di kabin depan tidak terelakkan lagi, dua pembajak gadungan menodongkan senapannya pada ketua dan pembajak asli lainnya sambil Komandan Paspamres langsung menuju sang ketua dan berusaha meringkusnya dari belakang tubuhnya.

Di saat yang bersamaan, staf lainnya mengamankan Presiden. Begitu pula ajudan Ibu Negara juga menggiring atasannya dan Menteri Luar Negeri serta para pramugari untuk bergabung dengan Presiden sehingga pasangan penguasa itu akhirnya bisa berdiri berpelukan. Rombongan mereka dilindungi dengan pagar betis dari beberapa pengawal yang tersisa dengan satu orang pembajak gadungan berdiri di paling depan memegang senapan yang terarah pada siapapun yang ingin mendekati Presiden.

Perkelahian pun tak ayal lagi terjadi di antara para pembajak dan juga pasukan pengawal presiden. Guntur segera menghentikan dramanya untuk ikut meringkus para pembajak yang masih berusaha melakukan perlawanan fisik. Rain yang melihat situasi itu juga tidak tinggal diam dan segera membantu di kabin depan menyalurkan kemampuan bela dirinya untuk melumpuhkan pembajak yang masih tersisa.

Gadis itu melompati dua bangku sekaligus dan melayangkan gerakan berputar di udara sebelum kakinya menjejak lantai pesawat. Pengawal presiden yang tadi berjibaku dengan pembajak menoleh dengan senyum terima kasih pada Rain, gadis itu hanya mengangguk dan mendekati pembajak yang masih berusaha bangkit. Dengan satu tendangan menggunakan pisau kakinya, Rain membuat pembajak itu kembali terjatuh dan ia memanfaatkan kesempatan itu untuk mengambil alih senjatanya.

Anggota paspampres segera menyuntikkan serum untuk membuat sang musuh tertidur. Rain memberikan senjata di tangannya pada sang pengawal yang sekali mengucapkan terima kasih padanya. “Kau seperti dugaan kami,” ujarnya dengan suara pelan. Gadis itu melengos kesal.

“Dia hanya akan dibiarkan di sana?” ujarnya seraya menunjuk tubuh pembajak yang terlihat mengenaskan di lantai. Rain dan si pengawal bersama-sama menarik tubuh dari pembajak yang sudah tak bergerak untuk disatukan dengan empat tubuh lainnya yang dalam keadaan yang sama.

Sementara sang ketua pembajak berhasil dilumpuhkan dan dilucuti senjatanya namun tidak disuntik serum tidur, karena ia harus diinterogasi. Tangannya langsung diborgol oleh Komandan Paspampres. Lalu digiring dan dibawa ke kabin depan dengan pengawalan ketat oleh dua orang anggota Paspampres.

Hanya dalam sepuluh menit, tiga orang pembajak yang tersisa berhasil diringkus. Para penumpang lain merasa lega karena akhirnya mereka bisa bebas dari ketakutan dan ancaman para penyusup. Tiga orang anggota Paspampres yang menyamar sebagai pembajak gadungan, segera membuka semua penutup wajah mereka. Anggota yang pertama selesai merapikan diri, mengambil kantong hitam yang berisi semua alat komunikasi mereka dan disebarkan di atas salah satu kursi penumpang untuk dikenali oleh setiap pemiliknya.

Para pramugari sendiri mulai melakukan tugas mereka dan menyampaikan kalau pesawat akan mendarat dalam waktu delapan menit lagi. “Setelah pesawat mendarat, tidak ada yang boleh meninggalkan pesawat, bahkan pilot dan co-pilot,” seru Menteri Pertahanan dengan lantang kepada semua penumpang.

Komandan Paspampres memberikan komando pada anggotanya untuk sesegera mungkin berdiri siaga di pintu keluar jika roda pesawat sudah menyentuh landasan pacu. Pesawat tersebut mendarat dengan mulus. Begitu mesin pesawat sudah tidak berbunyi lagi maka Menteri Pertahanan segera merapat mendekati tempat duduk Presiden dan Ibu Negara.

Ia juga melambaikan tangan pada rekan menterinya untuk mereka bisa membuat keputusan bersama untuk langkah selanjutnya.

“Kami mohon petunjuk Anda,” ujar Pak Menteri Pertahanan, berbicara langsung pada Presiden.

“Kita kembali,” ujarnya yakin. Semua pendampingnya saling memandang. “Kita tidak bisa melanjutkan perjalanan ini.”

“Bagaimana dengan perjanjiannya?” tanya Menteri Luar Negeri.

“Jadwalkan di waktu lain. Saya tidak bisa melanjutkan ini, di luar sana berita sudah menyebar dan kelompok mereka mungkin akan segera bergerak. Saya tidak bisa membahayakan kalian lebih dari ini.”

“Ini kesalahan kami!” Komandan Paspampres menundukkan kepala di hadapan Presiden. Semua rasa bersalahnya menguar melalui matanya.

“Mungkin itu benar, tapi sebelum mencari siapa yang bersalah, lakukan sesuatu pada mereka untuk mencari tahu,” jawab Presiden.

“Kami sudah mengirim pesan pada Wakil Presiden, pembebasan sudah dibatalkan,” Presiden mengangguk pada Menteri Pertahanan. “Atase sudah dihubungi, mereka akan berkomunikasi lebih lanjut nanti,” sambung sang Menteri.

“Kita akan membawa mereka kembali, interogasi mendalam sangat dibutuhkan pada mereka,” ujar Komandan Paspampres. Pemimpin pembajak menyeringai mendengar kalimat itu.

“Kalian tidak akan mendapatkan apapun dari kami. Informasi sudah tersebar dan kelompok kami tidak akan tinggal diam,” ujarnya dengan seringai yang membuat semua orang ingin menimpuknya dengan sepatu.

“Jangan terlalu percaya diri, Bung,” seringai Komandan Paspampres. “Kita akan bertemu lagi nanti,” ujarnya seraya menarik pria itu ke tempat di mana seluruh temannya terkapar.

“Berapa lama mereka akan tertidur?” pertanyaan itu membuat semua orang menoleh pada Presiden.

“Dua belas jam,” jawab Komandan Presiden.

“Dan selama itu, semua ini sudah tersebar ke seluruh dunia. Beijing akan tahu apa yang terjadi hari ini,” pemimpin pembajak tiba-tiba tertawa keras. “Dan jika itu terjadi, kalian tidak akan pernah tahu apa yang sesungguhnya menjadi tujuan kami.”

“Diam!” Komandan Paspampres hampir saja melayangkan pukulan demi menahan rasa geram dalam hatinya. Tapi pemimpin pembajak lagi-lagi tertawa.

“Kau bisa menyuruhku diam sekarang, tapi orang-orang kami di luar sana tidak akan pernah diam!” teriaknya kasar.

Presiden menyentuh pundak Komandan Paspampres ketika prajuritnya itu ingin kembali maju. “Dia hanya berusaha membuatmu marah. Jangan dengarkan,” ujarnya lembut. “Hubungkan aku dengan Wakil Presiden,” pintanya kemudian.

Presiden sendiri langsung berbicara dengan wakilnya dan menceritakan secara garis besar akan keadaan mereka. Juga Prabu mengatakan kalau mereka akan segera pulang kembali ke tanah air karena situasi yang kurang kondusif untuk melanjutkan agenda yang sudah ditetapkan. Mereka akan mengatur jadwal baru untuk kembali melanjutkan agenda yang terpaksa harus ditunda.

Semua perundingan yang dilakukan oleh tim kepresidenan didengar oleh Rain walaupun ia duduk cukup jauh melewati empat deret kursi penumpang yang kosong. Ia berkutat dengan gawainya tapi ia bisa menangkap perbincangan mereka dengan telinga tajamnya. Biar bagaimanapun rencana pribadinya harus tetap ia lakukan.

Ia sudah gagal menjalankan rencana itu saat ini yang artinya ia harus mencari momen yang lain. Rain tidak akan menyerah namun butuh kesabaran untuk bisa mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Hari ini ia baru saja menyelamatkan pasangan penguasa sebagai warna negara yang baik yang sangat bertolak belakang dengan misi pribadinya.

“Kau luar biasa,” Guntur yang kembali duduk di sisinya tersenyum. Rain menaikkan salah satu alisnya dan menatap sang teman dengan heran.

“Apanya?”

“Hei, jangan berpikir aku tidak melihat bagaimana kau melompati dua kursi untuk menghantam salah satu pembajak itu,” kekeh Guntur. Rain meringis.

“Kalau ada yang lain mengetahui itu, kau satu-satunya tersangka,” ujarnya ketus.

*Bersambung*

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel