Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 5

"Banyak hal yang kadang diluar dugaan apalagi perkiraan. Anggap saja itu sebagai Kejutan."

- Adeeva Abriana Utama -

???

Deva POV

"Dev, buruan turun, yuk? udah di tunggu Salma di bawah."

"Males jalan gue, Nad. Mau di sini aja," kataku masih sambil tiduran di kasur memeluk bantal.

"Jauh-jauh ke Bali, masa cuma mau bikin peta dibantal. Buruan, yuk, ah."

"Males gue, capek."

"Ini kita pergi ngilangin capek, Dev. Lagian kalo lo disini sendirian, gue takut Lionel datengin lo."

"Tapi gue beneran males."

"Lo tau sendiri Salma gimana orangnya, daripada lo di seret sama dia, lebih baik lo ikut gue sekarang."

Aku bangkit dari ranjang, berjalan ke kamar mandi, mematut penampilanku yang tidak terlalu tercela untuk seorang wanita yang barusan patah hati dan berniat bunuh diri.

Mau aku sedandan apapun dibanding ke dua Sahabatku, wajahku adalah yang paling tidak pantas di make up dengan model dewasa. Alhasil dari dulu hanya cream pagi dan cream malam yang menjadi skincare rutinku.

"Gue mau gini aja," kataku malas.

"Terserah, yang penting lo ikut."

Berdua bersama Nada, aku turun ke loby dan mataku membelalak ketika aku lihat Salma tidak hanya seorang diri. Ada seorang laki laki bersamanya. Seorang laki laki memakai hoodie hitam dengan celana pendek, penampilannya santai. Aku yakin usianya bahkan belum ada seperempat abad.

Tiba-tiba, aku mencekal lengan kiri Nada dan menyuruhnya berhenti berjalan ketika aku menyadari siapa laki laki itu."

"Nad...Nad...Nad, itu kenapa si Fabian ikutan nongol?" Tanyaku ketika kami barusan keluar dari lift.

Nada mengembuskan nafasnya, "Mana gue tau, mending lo tanya Salma atau langsung ke Fabian aja. Udah yuk buruan keburu malam."

Setelah kami semua bertemu kami menuju ke parkiran. Aku berjalan di belakang Salma dan Nada. Fabian berjalan di sebelahku. Asli kalo kaya gini orang yang memandang kami akan mengira kalo aku sama Fabian itu saudara, sedangkan dua sahabatku adalah kakaknya.

Tiba-tiba aku merasa tangan Fabian mencekalku dan terpaksa aku menghentikan langkah kakiku. Aku menghadap Fabian, aku melihat Fabian memaparkan senyum manisnya yang aku yakin kalo dilihat cewek-cewek ABG mereka bisa terkena diabetes karena saking manisnya senyum Fabian, sayangnya setiap dia tersenyum, bukannya perasaan dag dig dug duerr di hatiku, melainkan perasaan ingin menjadikan Fabian samsak yang timbul di diriku. Sungguh kenaehan yang nyata.

"Ada apa lagi sih?"

"Lo ikut mobil gue aja ya?" Kata Fabian yang masih belum melepaskan genggamannya dipergelangan tanganku.

"Ngapain? mobil Salma kan SUV, jadi cukup buat kita semua."

"Gue sudah bilang sama Salma kalo lo ikut sama gue."

"Sebentar- sebentar," Aku melepaskan genggaman tangan Fabian di pergelangan tanganku, kemudian aku berlari kecil menuju Salma dan Nada meninggalkan Fabian seorang diri. Setelah aku sampai di dekat mereka aku langsung menyemprot Salma.

"Sal, lo ngomong apa sama Fabian? kok dia ngajakin gue semobil? Emang mobil lo nggak cukup?"

"Bukan nggak cukup, Dev, cuma kayanya si Fabian mesti pura-pura jadi pasangan yang baik kan buat lo. Dan apa yang dilakuin pasangan pas mereka di Bali menurut lo?"

"Liburan," jawabku sekenanya.

"Kencan romantis berdua, lebih tepatnya, quality time biar makin mesra."

"Hah! Gue nggak mau, kenal Fabian juga baru tadi pagi. Lagian kita cuma pasangan jadi jadian buatan lo sama Nada."

Salma hanya memaparkan senyum tercantiknya. Memang di banding kami bertiga, Salma itu yang paling cantik. Bahkan hanya dengan tersenyum, ia bisa membuat laki-laki bertekuk lutut di hadapannya. Bukan hanya laki laki, bahkan kakek-kakek bangkotan yang sudah bau tanah saja bisa langsung jatuh hati padanya.

Tanpa aku sadari, Fabian sudah ada di sebelahku, menarikku menjauhi Salma dan Nada.

"Bi, gue titip Deva, ya?" kata Salma sedikit berteriak ketika aku sudah cukup jauh darinya bersama Fabian yang terus menggeretku mendekati mobilnya.

Akhirnya Fabian berhenti melangkah ketika kami sudah sampai di dekat sebuah mobil sport. Aku biasa saja melihatnya, kalo di kira aku bakalan percaya dengan umurnya yang masih muda dan mobilnya sebagus ini dengan hasil kerja kerasnya, dia salah besar. Aku lebih percaya kalo dia adalah boy toy alias laki-laki simpanan Tante-Tante. Tante-tante yang kesepian dan butuh belaian dedek gemes macam si Fabian ini.

"Mobil lo mana?" Tanyaku padanya.

"Ini," katanya menunjuk McLaren 570 S 2021 warna hijau di depanku.

Aku tertawa mendengarnya.

"Lo kalo lagi berkhayal jangan ketinggian, sakit kalo jatuh nantinya."

Fabian menatapku dengan kening berkerut.

Tidak lama kemudian, ia membuka pintu mobil itu. Kini giliranku yang shock menatapnya. Fabian kemudian masuk ke mobilnya, aku masih menatapnya dengan ketidakpercayaan.

"Nggak usah udik gitu ngelihat mobil McLaren gue. Bisa pingsan lo kalo lihat Bugatti Veyron sama chiron gue dirumah."

Kenapa setiap aku bisa mengejek bahkan menghina Fabian, Fabian selalu bisa membalasnya bahkan terkadang lebih telak. Aku masih menatapnya dengan ketidak percayaan.

"Buruan masuk, gue udah di tunggu sugar mommy gue di pantai Seminyak."

Aku akhirnya menuruti keinginan Fabian karena aku penasaran dengan Sugar mommy yang begitu baik, bahkan sampai memberikan sebuah mobil sport kepada boy toy-nya, seperti apa wajahnya. Aku penasaran dan aku harus melihatnya.

"Iya-iya, gue masuk," kataku melangkah masuk ke kursi penumpang di sebelah Fabian.

Kemudian Fabian tancap gas meninggalkan parkiran menuju pantai Seminyak yang tidak terlalu jauh dari hotel tempatku menginap.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel