Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

9. Jatuh Cinta Lagi

***

Sudah lama Sarah bekerja dengan Kevin, mungkin hampir setahun. Tanpa disadarinya, Kevinlah yang bisa membuat bahagiannya kembali terbit. Pesona, kelembutan, kedewasaan, perhatian, dan sikap Kevin membuat tali perasaannya semakin mengikat. Namun, Sarah tidak menginginkan hal itu terjadi karena dia sadar diri, merasa tidak akan ada akhir yang indah untuk perasaannya.

Sarah menyadari bahwa dunia Kevin dan dirinya sangat bertolak belakang. Dia hanya gadis biasa, tak berani bermimpi untuk jatuh cinta pada lelaki sesempurna boss-nya.

"Ah, aku tak bisa terus terjebak dalam perasaan seperti ini. Aku tak mau terlalu berharap dan pada akhirnya aku jatuh lagi dalam perangkap kesedihan," ucap Sarah, menguatkan hatinya agar tak banyak mengharap.

Meski ia tahu, dan merasa Kevin juga mempunyai perasaan yang sama, tapi Sarah harus menepisnya dengan kuat dan percaya bahwa bosnya memang lembut dan baik kepada siapapun. Banyak perempuan hebat di luar sana yang sebanding dan pantas untuk Kevin, bukan dirinya. Iya, memang dirinya tidak layak.

Sebab ia tahu bahwa ikatan cinta itu bukan hanya menyangkut dua orang saja, tapi lebih. Sarah tak mau kejadian masa lalu terulang lagi. Dia paham, pasti keluarga yang berada tidak akan pernah mau jika mempunyai menantu seperti dirinya yang hanya gadis sebatang kara.

"Kamu kenapa ngelamun, Sar? Lagi mikirin si ganteng, ya?" tanya Nisa, mengagetkan lamunan Sarah.

"Si ganteng siapa?" Sarah bertanya sambil berpikir.

"Tadi yang mengantar kamu. Gila, ganteng banget sih," ucap Nisa bersemangat.

"Oh, Pak Kevin. Dia atasanku lah, bosku," jawab Sarah dengan santai.

"Cintaku adalah bosku ya, atau I love you, Boss," goda Dinda sambil mencolek pipi kanan Sarah.

"Apaan sih. Enggak lah, Pak Kevin baik kesemuanya kok,” kata Sarah menjelaskan.

"Tapi menurut penerawanganku, kayaknya bosmu itu ada hati deh ke kamu," Nisa berusaha meyakinkan sahabatnya.

"Kamu mau menggantikan Ki Joko Bodo bisa meramalkan hati orang? Aku panggil kamu Nisa gendeng," sungut Sarah kesal.

"Dasar, aku mah waras keless. Tapi iyalah, kalau aku lihat dari matanya lihat kamu itu beda. Mata kan enggak bisa bohong loh. Terus dari perhatiannya, cara menatap dan ngobrol juga sangat beda. Beda dong, cara yang biasa sama yang ada perasaan," Nisa mencoba menganalisnya.

"Udahlah. Jangan menduga-duga perasaan orang lain dan yang terpenting jangan mudah baper sama perhatian ataupun kebaikan orang. Lagian pun aku tahu diri aja deh. Aku enggak berharap apapun, apalagi dia itu bosku,” kata Sarah.

"Kamu ada rasa ya sama atasanmu?" Nisa menyelediki dengan tatapan curiga.

"Engg, enggak ada," Sarah menjawab tanpa berani memandang mata sahabatnya.

Sebab ia tahu jika ia memandang mata sahabatnya, sahabatnya itu dengan mudah bisa tahu kalau ia sedang berbohong.

"Bohong. Aku tuh sahabatan sama kamu itu udah lama. Aku tau kok kamu ada rasa sama bosmu,” ucap Nisa.

"Enggak, kamu jangan sok tahu deh," Sarah agak kesal dengan pernyataan Nisa yang terus menekannya.

"Nah kan kelihatan bohongnya. Kentara banget tuh, yakin seratus persen kamu juga ada rasa sama atasanmu yang ganteng itu,” ucap Nisa dengan yakin.

Sarah menghela nafasnya, iya memang ia ada rasa untuk Kevin. Akhirnya Nisa tahu, Sarah tidak pernah bisa berbohong apalagi sahabatnya selalu saja bisa membuatnya tak bisa menyembunyikan apapun.

"Meski ada juga, aku enggak akan pernah berani berharap. Aku juga bingung kenapa bersamanya membuat bahagiaku kembali bersemi," Sarah akhirnya mengakui.

"Itu namanya cinta, Sar. Itulah cinta ia tanpa diminta akan terus tumbuh,” balas Nisa.

"Aku enggak mau perasaan ini tumbuh lagi, aku enggak mau terluka terus-terusan," lirih Sarah.

"Sarah, kamu harus bisa yakini diri kamu sendiri. Kamu harus percaya kamu pantas buat bahagia. Lupakan luka masa lalumu. Sekarang sambut masa depanmu. Katamu, masa lalu biarlah dijadikan pembelajaran, nah sekarang kamu belajar bagaimana kamu harus memperjuangkan kebahagiaanmu yang dulu kamu tak perjuangkan," Nisa menyemangati sahabatnya dengan meyakininya.

"Tapi aku jadi pesimis. Makanya aku belajar dari masa lalu, aku tidak mau berharap lagi. Pada akhirnya cerita lalu akan terjadi lagi. Untuk itu, aku akan menahan perasaan ini, aku tak akan berharap banyak lagi,” lirih Sarah.

Tak tertahan, air mata Sarah mengalir di kedua sudut mata indahnya. Entah, ia harus bahagia atau sedih. Hatinya rapuh, tak tahu harus bagaimana ia menata hati untuk ke depannya.

Jatuh cinta itu sakit, ya?

***

"Kevin, nanti Lo mau ajak siapa buat datang ke pesta tunangan Andrew?" Sebastian bertanya pada Sahabatnya yang sedang sibuk dengan gadgetnya.

"Sepertinya gue enggak akan datang," Kevin menjawab tanpa menoleh pada Sebastian.

"Kenapa? Nanti gue pilihan cewek terbaik untuk jadi pasangan lo," Sebastian sedang merayu sahabatnya.

"Enggak. Gue mau ajak Sarah kencan,” balas Kevin.

Jawaban Kevin tentu saja sukses membuat kedua sahabatnya kaget dan tak percaya.

"Wah, parah nih anak. Ternyata serius woy pria kulkas," Sebastian berkata dengan nada yang tidak percaya.

"Emang gue kaya Lo, Bas. Bujang lapuk," Sindir Kevin dan membuat Sebastian sebal mendengarnya.

"Sial Lo, gue emang bujang lapuk tapi sehari gue bisa ajak sepuluh gadis untuk kencan," Sebastian menyombongkan dirinya.

"Ajak aja Sarah besok," Lanjut Sebastian.

"Enggak, nanti gue cemburu. Andrew pernah dekat dengan Sarah,” kata Kevin.

"Apa? Wah, Sarah memang hebat. bisa menaklukan 2 lelaki hebat," Christian lagi-lagi bersemangat.

Christian melanjutkan, "Eh, memang gadis kecil itu menawan dan mempesona sih. Apalagi matanya, siapapun yang melihat matanya pasti akan dibuat berdegup kencang."

Tanpa Christian sadari, Kevin memasang muka kesal padanya.

"Ingat, anak istrimu," Kevin mengancam dan Christian hanya nyengir.

"Lo serius sama dia? Luka masa lalu sudah benar-benar sembuh, kah?" tanya Bastian hati-hati.

Sebastian dan Christian tahu bahwa pernikahan Kevin sebelumnya membuat Kevin menjadi antipati pada perempuan. Luka masa lalu menjadikan Kevin laki-laki yang selalu sinis pada setiap perempuan dan perempuan yang disekitarnya diibaratkan hanya sebuah pakaian untuk Kevin.

"Saat Sarah datang, dia seperti berkat yang Tuhan kirim buat gue. Entah kenapa dia seperti obat, menyembuhkan rasa dendam, kecewa, sakit hati gue dimasa lalu. Saat gue yakin bahwa dia memang yang gue cari, gue semaksimal mungkin akan gue kejar. Entah, gue jadi melankolis gini. Seperti abege sedang jatun cinta, memalukan," Kevin merutuki dirinya sendiri.

"Kita sebagai sahabat lo akan mendukung apapun yang membuat lo bahagia. kalau lo butuh bantuan kita. Kita dengan senang hati akan membantu. Benerkan, Bro?" ucap Christian sambil bertanya pada Bastian.

"Assiapppp," jawab Bastian dengan nada kocak membuat mereka bertiga tertawa terbahak-bahak.

Meskipun mereka sudah berumur kepala tiga, tapi saat hanya mereka yang kumpul selalu bertingkah layaknya anak abege. Tak pernah berubah, kelakuan ketiga sahabat yang sejak dari bangku SMP itu akan selalu sama tak akan pernah lekang oleh usia. Semua berbeda jika dihadapan orang lain, dihadapan orang lain mereka menjelma layaknya lelaki sempurna yang seakan tak ada celah. Lelaki impian para perempuan manapun.

Kevin terdiam, hatinya memang berdebar setiap mengingat gadis itu. Benarkah ia sudah jatuh cinta lagi?

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel