Bab 4 Terlalu Sayang
Bab 4 Terlalu Sayang
Andra membiarkan sang mama menangis sembari memeluknya, Anda paham benar kenapa sang mama sampai menangis sesenggukan, namun ia tidak punya pilihan lain selain membiarkanya begitu saja, berkali kali Andra sudah membuat keluarganya bersedih, bahkan sempat beberapa kali sang mama bersikap demikian.
"Sudah?" Ucap Andra lagi setelah beberapa saat lamanya sang mama terisak isak disana.
"Sayang...yang sabar ya...mereka tidak tahu putera mama ini luar biasa, mereka bahkan meninggalkanmu sendirian." Ucap sang mama yang hanya dibalas anggukan saja oleh Andra.
"Akh...sudah lah mah...biarkan saja! Anda bahagia menjalani kehidupan Andra, dan Andra tidak ambil pusing semua itu. Mereka yang memilihnya, dan Andra hanya berpikir memang bukan jodoh, mau bagaimana lagi sih mah..." Ucap Andra yang masih sempat menyunggingkan senyumanya di bibir.
"Baiklah sayang! sekarang mama akan cari wanita yang benar benar pantas untuk kamu, tenang...satu minggu lagi mama akan atur kencan kamu dengan dia, pasti kamu akan langsung jatuh hati padanya." Ucap sang mama yang sudah sangat mantap kala itu, dengan kedua tangan yang menekan kuat kedua bahu Andra dan tatapan tajam menatap wajah tampan puteranya.
"Mama sayang...Andra cuma tiga hari cutinya kenapa bisa mama atur kencannya satu minggu lagi ya?" Ucap Andra yang baru menyadarkan sang mama.
"Aduh...kamu ini pulang pulang setelah dua tahun lamanya! dua tahun sayang...bukan dua hari atau dua minggu! bahkan dua bulan! kenapa juga ambil cutinya cuma tiga hari? mama kan masih kangen sama kamu! dan lagi...puteri teman mama juga sedang kerja di luar kota...tidak mungkin kan untuk ambil cuti mendadak sayang..." Ucap sang mama yang membuat Andra mengangkat kedua bahunya dengan senyuman di bibirnya.
"Baiklah mama sayang...Andra akan ambil cuti satu hari lagi! dan jika memang Andra tidak bisa bertemu dengan puteri teman mama itu, berarti dia bukan jodoh Andra mah...begitu saja ya..." Ucap Andra dengan senyumanya lagi, namun malah membuat sang mama manyun di depanya, seakan akan otaknya berpikir, bagaimana bisa secepatnya mempertemukan sang putera dengan puteri temanya itu.
"Baiklah sayang kalau begitu...aku kabari dulu mamanya, biar bisa di atur ya sayang...benar ya...cutinya di tambah satu hari lagi sayang..." Ucap sang mama yang mendapat anggukan dari sang putera.
Seketika mamanya pergi dari sana, meninggalkan Andra sendiri menatap keindahan taman kecil samping rumahnya, di tepian kolam panjang yang membentang di depan matanya.
Tiba tiba...
"Sayang...dua hari lagi gadis baik itu akan mamanya pertemukan denganmu sayang..." Ucap sang mama yang berhambur mendekat kearahnya dan tiba tiba memeluknya dengan pelukan bahagia.
"Oh...baiklah mama, Andra akan lakukan seperti yang mama inginkan, sungguh..." Ucap Rafandra seketika saat itu juga yang membuat sang mama senang bukan main. Mama pernah sekali bertemu dengan puteri teman lama nya itu, saat itu sang mama tidak tahu bahwa gadis itu adalah puteri temanya, namun tanpa pandang bulu sang gadis membantunya, membawakan semua belanjaanya sampai ke mobil sang mama, dari situlah mama tahu, bahwa gadis itu adalah gadis baik baik, terlebih lagi, teman lamanya itu datang karena mencari sang gadis, dari situlah mama dan temanya itu bertemu kembali setelah sekian lama, karena gadis itu telah membantunya, hingga kini sang mama dan teman baiknya itu pula berusaha untuk menjodohkan sang puteri dan sang putera.
Meski mama gadis tersebut mengetahui status putera temanya itu, namun tidak menutup kemungkinan keduanya untuk saling berbesanan.
"Yasudah ya sayang...mama ke kamar dulu, mau memberi tahu papa, kalau kita akan punya calon menantu cantik serta baik sayang..." Ucap sang mama dengan antusiasnya.
Hingga beberapa saat Andra melamun sendirian disana, di tempat duduknya, di tepian kolam samping teras rumahnya, dan tiba tiba sang bibi asisten rumah tangganya membawa ponsel Andra yang tadi tertinggal di meja makan kearahnya dengan tergesa gesa.
"Tuan muda...ponsel anda dari tadi berbunyi...silahkan!" Ucap si bibi sembari memberikan ponsel Andra padanya, dan Andra pun dengan ucapan terimakasihnya serta senyum yang tersungging di bibirnya, hanya bisa mengambil kembali ponselnya dari uluran tangan si bibi.
"Natasya! ada apa dia tiba tiba menghubungiku?" Ucap dalam hati Rafandra, dan segera mengangkat panggilannya tersebut.
"Halo Sya...ada apa?" Tanya Andra setelah ia mengangkat panggilanya.
"Ndra...kapan kamu balik? kamu kenapa tega sekali padaku!" Ucap Natasya tiba tiba yang tidak Andra mengerti.
"Sya...kamu yakin berkata begitu padaku? apa salahku padamu?" Ucap Andra dengan egoisnya, meski saat itu Andra tahu apa kesalahanya, karena Andra mengabaikan perasaan Natasya dan memilih terus menghindar dari Dokter tersebut. Bukan Andra tidak suka, dua tahun sudah ia dekat dan berada satu atap dengan gadis itu di tempat kerja, bagaimana kebiasaan itu tidak menumbuhkan rasa suka di hatinya. Namun karena statusnya, lagi lagi statusnya yang menghalanginya untuk dekat dengan Dokter Natasya, Andra pikir Natasya bisa mendapatkan pendamping yang lebih baik dibanding dirinya.
"Ndra kamu jahat!" Ucap Natasya lagi, dan kini jelas terdengar suara isakanya yang benar benar membuat Andra kacau seketika.
"Ada apa Sya? siapa yang menjahatimu?" Tanya Andra yang benar benar ingin tahu.
"Kamu!" Ucap Natasya dengan suara paraunya.
"Aku? apa salahku? dari tadi Sya kamu bicara seperti itu, sedangkan aku tidak mengerti apa yang kamu maksudkan barusan." Ucap Andra yang benar benar makin penasaran di buatnya.
Lalu Natasya segera mematikan panggilan ponselnya, saat Andra masih bicara disana.
"Apa apaan ini! kenapa dia mematikan ponselnya begitu saja!" Ucap dalam hati Andra, dan saat itu Andra pun tidak terima, maka ia sekali lagi mencoba menghubungi Natasya. Namun, sekali, dua kali, tiga kali, Natasya kukuh tidak mengangkat panggilanya, ia mengabaikannya saja.
Hingga pas panggilan yang ke tujuh, Natasya mengangkatnya.
"Ada apa Ndra? mau apa lagi? aku mau tahu Ndra kepastian kamu saat ini juga! di panggilan ini sekarang! Aku menyukaimu Ndra...apa kamu juga menyukaiku?" Ucap Natasya yang sudah tidak membuat Andra kaget, namu saat gadis itu berucap, jantung Andra tidak bisa menyembunyikan dentumanya, sangat kuat dan keras, bahkan ditambah hatinya yang berbunga bunga. Namun, lagi lagi Andra harus membuka matanya, bahwa ia tidak boleh egois begitu saja, dan lagi ia sudah menyetujui keinginan sang mama untuk berkencan dengan puteri teman baik mamanya, bagi Natasya, ucapan jawaban yang Andra lontarkan nanti akan menjadi penentu, apakah ia akan bertahan dengan perasaanya atau akan melepaskannya.
"Maaf Sya..." Ucap dalam hati Andra.
"Aku tahu Ndra apa jawaban kamu! aku tahu!" Ucap Natasya seketika saat Andra hanya diam saja.
"Aku minta maaf Ndra...mungkin untuk detik ini dan seterusnya, aku harus menyerah padamu, menyerah untuk menyukaimu, karena tadi sebelum aku menghubungimu, mama aku bilang akan menjodohkan aku pada putera temannya, dan apa kamu tahu apa jawaban aku? aku bilang pada mama, bahwa aku akan memastikanya sekali lagi sebelum aku memberi jawaban pada mama. Dan ternyata...jawaban aku sudah aku pastikan aku menyetujuinya, aku tidak ingin bertemu lagi denganmu Andra, tidak! aku benci kamu. Hari ini juga aku keluar dari Rumah sakit dan dari Klinik kamu, maaf Andra...hati aku terlalu sakit dan aku pun terlalu malu untuk semua ini, aku mengejarmu...menunggu hatimu terbuka untukku, namun akhirnya aku harus menyerah dan menerima lelaki pilihan mama, yang aku tidak tahu bagaimana wajah serta perilakunya. Terimakasih banyak Andra." Ucap Natasya lalu mematikan panggilanya. Saat itu Andra hanya bisa terbengong mendengarkan apa yang Natasya ucapkan barusan tanpa ia bisa berbuat apa apa pada gadis yang ia sukai tersebut. Ia tidak bisa mencegahnya, ia ingin sekali saat itu memeluk Natasya, namun tidak bisa, hatinya bertolak belakang dengan apa yang ada di pikirannya. Sampai...tanganya lemas lunglai seketika sembari menggenggam ponsel di genggamannya.