Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

PROLOG

Mentari pagi bersinar cerah, secerah wajah cantik Viona Teresa.

"Viona!" panggil Aldi Pranata, sekilas Viona menoleh ke sumber suara itu.

"Aldi, kapan kau pulang? Kenapa tak mengabariku terlebih dulu," balas Viona antusias.

"Aku pulang baru kemarin, dan sengaja tidak memberitahumu, biar surprise," jawab Aldi saat itu dengan senyuman.

"Hemmm ... dasar kamu, o ya gimana kerjaan kamu di sana? Aman terkendali, kan?" ujar Viona berjalan beriringan dengan Aldi.

"Alhamdulillah kerjaanku sudah selesai, dan semuanya aman terkendali. Aku sudah tidak tahan menahan rasa kangen padamu," goda Aldi terhadap calon istri tercinta.

"Syukurlah, jika pekerjaan kamu sudah selesai dan semuanya baik-baik saja. Aku juga ikut senang mendengarnya ..., " ucap Viona menautkan tangannya ke leher Aldi.

"Aku juga sangat merindukanmu Al," sambung Viona mengulang kalimatnya.

Kini mereka saling bertatapan, kedua bola mata itu saling menatap. Tanpa rasa canggung mereka saling berpelukan diantara banyaknya karyawan yang menyaksikan.

'Wajahmu yang selalu aku rindukan, Vi ... aku tak sanggup bila harus kehilanganmu,' batin Aldi, menatap wajah cantik Viona yang sendu.

"Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu, jika ada masalah kamu bisa berbagi denganku," ucap Viona menyadarkan lamunannya.

"Eum ... tidak, tidak ada apa-apa," elaknya, Aldi menelan ludah sebelum berbicara kembali.

"Masalah apa ... tidak ada masalah apapun sayang, kamu percaya deh!" ujar Aldi.

"Oh ... aku kira kamu sedang ada masalah, ya sudah. kalau begitu kita kembali ke ruangan yuk," ajak Viona tanpa rasa curiga sedikitpun.

"Huhhhh," Aldi menghela nafasnya, berat untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi.

Namun, Viona sedikit heran dengan gerak-gerik Aldi. lantaran tak biasanya Aldi bersikap demikian di hadapannya.

Perlahan Viona melanggkah, ia berniat kembali keruang kerja, akan tetapi Aldi menahannya.

"Kau mau kemana? Tetaplah bersamaku, aku masih merindukanmu, aku membutuhkanmu Viona," ucap Aldi menarik tangan Viona dan membawa ke pelukannya.

Buliran air mata terjatuh membasahi pipi Aldi, ia semakin merekatkan pelukan terhadap Viona. di situlah Viona tersadar bahwa Kekasihnya sedang tidak baik-baik saja.

Sekilas Viona merenggangkan pelukan itu, ia menangkup wajah tampan calon suaminya.

"Kamu kenapa menangis Al?" tanya Viona menyeka air mata Aldi.

"Tolong ceritakan padaku, ada apa?" tanya Viona mengulangi kalimatnya. Namun Aldi tetap terdiam.

"Tidak mungkin, jika tidak ada apa-apa, mengapa kau menangis?" ucap Viona lagi.

"Sungguh ... tidak ada yang perlu aku ceritakan, aku hanya ingin memelukmu," balas Adli semakin merekatkan pelukannya.

"Tidak mungkin tidak ada apa-apa, ayo cerita padaku. Jika ada yang mengganggu pikiranmu," ujar Viona.

Akan tetapi, Aldi tetap tak mau membagi cerita pada kekasihnya itu. Lantaran ia takut Viona hancur. Saat mengetahui bahwa dirinya telah di jodohkan dengan Veronica, Oleh orang tuanya.

"Sungguh tidak ada apa-apa vi, aku hanya merasa tak menyangka saja. Jika hubungan kita ini sudah berjalan lima tahun, dan semakin hari aku semakin takut kehilanganmu," ucap Aldi dengan raut wajah tak bahagia.

"Lalu kenapa wajah kamu murung seperti itu, apa kau tak bahagia menjalin hubungan denganku selama ini."

Viona menangkup wajah Aldi dan menatap mata milik Aldi, Lekat. Viona meneliti kebohongan yang sedang ia cari di mata biru itu.

Kemudian Aldi menghindari tatapan Viona, yang sedang berusaha mencari kebohongannya.

"Ahhhh, sudahlah! Ngapain kita bahas ini terus. Muachhh ... terima kasih sayang, kamu selalu menjadi sumber bahagiaku. Kalau begitu aku mau keruanganku dulu, yah!" ucap Aldi mengecup pucuk kepala Viona, Kemudian ia bergegas pergi.

"Baiklah, semangat kerjanya sayang! Aku selalu mendukungmu." Viona menyemangati kekasihnya itu.

Kemudian Aldi bergegas menuju ruangannya, Hatinya sangat sedih. Namun, tak bisa menceritakan kenyataan yang sebenarnya pada Viona Kekasihnya.

'Maafkan aku Vi, aku tak sanggup melihatmu hancur. Jika aku menceritakan yang sebenarnya padamu,' batin Aldi, sejenak memejamkan matanya menyender pada kursi kebesarannya.

Sedangkan Veronica sangat bahagia, karena pada akhirnya ia akan menikah bersama Aldi Pranata. Laki-laki yang selama ini dia taksir, bahkan sejak SMA pun dia selalu ingin merebut Aldi dari Viona sahabatnya.

Kini Veronica telah sampai di sebuah boutique, Ia memesan kebaya untuk hari pernikahannya dengan sengaja ia memesan kebaya di boutique milik keluarga Viona.

Tanpa sepengetahuan Viona, ternyata Veronica diam-diam menusuk sahabatnya itu dari belakang.

Veronica berjalan gontai memasuki boutique, dan mencoba memakai kebaya yang sederhana namun terlihat mewah, Veronica sengaja berniat menikah dengan Aldi secara rahasia.

"Vero, apa kabar? Lama sekali kamu tidak main ke rumah."

Veronica menoleh ke sumber suara wanita paruh baya yang menyapanya.

"Eh ... Tante Pinkan, ya ampun! Kabar baik Tante! Tante juga apa kabar? Nanti lain waktu Vero pasti akan main ke rumah Tante kok."

"Kamu bersama siapa kemari, Oh ya ... pasti kamu mau membuat baju, yah?" tebak Pinkan ibunya Viona.

"Ah Tante ... Vero kesini sendirian kok! Vero mau memesan baju kebaya untuk hari pernikahan nanti."

Pinkan terkejut lantaran ia tak pernah tahu jika Veronica akan lebih dulu menikah dari Viona anaknya, Pinkan ikut berbahagia setelah mendengar penuturan Veronica. Sahabat dari Viona anaknya.

"O yah ... kapan itu? Kenapa Viona tak pernah bercerita pada Tante yah, apa Viona belum tahu soal pernikahan kamu, Ver?" tanya Pinkan terhadap Veronica.

Seketika Veronica terdiam, mulutnya tak sanggup berkata-kata. Bahwa pria yang akan dinikahinya adalah pacar sahabatnya sendiri.

"Secepatnya, iya secepatnya! Kami akan menikah Tante. Tapi calon suami Vero tak mau acaranya di meriahkan dengan pesta yang megah. Makannya Vero hanya akan menggelar pesta sederhana saja," ucap Veronica.

"Ah ya, semoga acaranya berjalan lancar ya sayang. Duhhhh ... Viona pasti seneng ini, jika dia tahu sahabatnya akan menikah dalam waktu dekat."

"Tante, tapi jangan kasih tahu Viona dulu ya! Biarkan Vero yang memberitahunya."

"Ah iya, kalau begitu," sahut Pinkan kegirangan.

Veronica sangat khawatir pernikahannya akan batal, jika Viona diberitahu lebih awal terkait pernikahannya. Karena Veronica tahu sahabatnya itu, pasti akan mencari tahu siapa calon suaminya.

"Hukhhh. Hampir saja!" gumam Veronica memijat keningnya.

Sedangkan Aldi masih bungkam seribu bahasa, ia masih enggan menceritakan perjodohannya dengan Veronica.

Sesekali ia menatap langit-langit ruang kerjanya, Aldi menghela nafasnya, berat rasanya jika ia harus menyakiti hati kekasihnya, wanita yang sudah menemaninya selama lima tahun.

Bahkan saat perusahaannya merintis dari nol, Ayahnya Viona lah yang membantu, memberikan pinjaman pada Aldi. Tapi sekarang, ia sama sekali tak bisa membalas semua kebaikan orang tuanya Viona, lantaran Ia harus menerima perjodohan dari orang tuanya.

Aldi sangat terpaksa, menerima Veronica untuk dijadikan Istrinya, karena permohonan neneknya sebelum meninggal.

'Ya Tuhan! Apa yang harus aku lakukan. Aku tak bisa meninggalkan Viona, Begitu juga membangkang pada keinginan, Nenek! Aku harus bagaimana?' batin Aldi.

"Al, kau kenapa? Apa yang sedang mengganggu fikiranmu?" tanya Viona tiba-tiba saja masuk ke ruangan Aldi.

Kemudian Aldi menoleh, pada sumber suara Kekasihnya.

"Viona! Kau mengagetkanku, saja!" ucap Aldi terlonjak kaget.

"Al, jngan banyak melamun. Sudah cepat persiapkan dirimu, dalam lima menit kita akan ada meeting," sahut Viona,Menatap kekasihnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel