Kehadiran Coldy
Diruang keluarga yang luas, berhiaskan lampu hias dan aquarium besar nan indah, Cleo membawa Coldy duduk menikmati secangkir teh hangat buatan pelayan. Mereka bersahabat lama, tapi memilih berpisah, karena orang tua Coldy tidak menyukai Cleo.
Coldy merupakan mahasiswa kedokteran, yang tengah menyelesaikan tugas akhir. Mereka saling bercerita, berpelukan manja, saling menggoda, bahkan lebih akrab dari biasanya.
Samuel keluar dari kamar, menuruni anak tangga mendengar celotehan putrinya sangat menggoda dengan nada yang mendesssah. Seketika matanya melirik tajam kearah Coldy karena telah berani mengusap lembut bahu dan punggung Cleo putrinya.
"Eheeem...!" Samuel memecah kebahagiaan dua insan yang bisa dikatakan dewasa.
"Daddy..." Cleo berdiri, memeluk tubuh Samuel tanpa rasa malu ataupun bersalah.
Sontak pemandangan itu, kembali menyulut api amarah Vika yang melihat putrinya kembali memeluk Samuel dari lantai dua.
Coldy menunduk hormat pada Samuel, merasa sungkan, karena mereka sudah lama tidak bertemu.
"Apa kabar Uncle?" Coldy menunduk hormat.
"Hmm, jika kamu tidak memiliki kepentingan, lebih baik pergi dari kediaman kami. Karena saya tidak ingin Cleo menjadi bahan hinaan keluarga mu," tatapan Samuel sangat tajam kearah pria blesteran Jawa Jerman itu.
Coldy terdiam, wajahnya memerah, namun dia tidak ingin berdebat dan mengambil keputusan yang tidak masuk akal.
"Saya kesini ingin bertemu Uncle dan Aunty. Saya ingin menikah dengan Cleo..." Coldy melirik ke lantai dua, melihat Vika dan Samuel bergantian.
Cleo tampak bingung, mengalihkan pandangannya kelantai dua, kemudian menatap Samuel dan berakhir kearah Coldy.
Matanya mengisyaratkan pada Samuel, bahwa dia tidak ingin menikah dengan pria manapun selain Samuel.
"Jangan lakukan ini padaku, Dad!" Cleo memohon membulatkan kedua bola matanya.
Vika bersuara sangat keras, dari atas, "Baik Coldy, saya menerima lamaran mu untuk Cleo. Secara hukum kami sah menjadi orang tua Cleopatra. Jadi, kami berhak menjawab semua permintaanmu."
Wajah manja Cleo berubah menjadi memerah, tampak seperti monster yang akan menyerang Vika diatas sana. Dalam hatinya dia tidak pernah menyukai Coldy, bahkan hanya menganggap pria itu sebagai sahabat, orang yang paling mengerti dirinya setelah Samuel.
"Ini tidak mungkin Daddy, jangan lakukan ini padaku," mohonnya menatap mata Samuel.
Kenalkan, namaku Cleopatra Brother, putri satu-satunya dari pasangan pengusaha sukses nan terkenal dengan kerendahan hatinya, Avicii Brother dan Keyla Brother.
Kedua orang tuaku telah meninggalkan aku sejak usia sembilan tahun. Setelah kepergian mereka secara mendadak, tanpa diketahui penyebab pastinya, aku diasuh oleh panti asuhan didaerah terpencil Kota Melbourne hingga usiaku 12 tahun.
Awalnya aku berfikir tidak seorangpun keluarga akan mengasuh dan menyayangi aku. Kehidupan yang serba kekurangan, membuat aku selalu melakukan hal gila selama menjadi anak asuh disalah satu panti asuhan yang memiliki banyak aturan, bahkan semua larangan yang sepatutnya dilanggar karena tidak masuk akal.
Aku tumbuh dalam hukuman yang kejam, bahkan sangat menyakitkan jika ketahuan mencuri sepotong paha ayam untuk makan malam, jika perut terasa lapar. Anak seusiaku pasti selalu merasakan kelaparan, apalagi saat masa pertumbuhan yang membutuhkan asupan gizi dan nutrisi yang cukup.
Aku mengirimkan sebuah surat kepada Samuel Van Dijk, karena hanya nama dia yang selalu aku ingat.
Sebelum Daddy Avicii menghembuskan nafas terakhirnya, dia sempat menyebut bahwa mereka baru bertemu dan menghabiskan banyak waktu dalam acara makan malam, untuk meluncurkan sebuah produk baru yang menjadi rebutan oleh ketiga pria dewasa itu.
Entahlah... aku tidak ingin mencari tahu, siapa yang telah tega menghancurkan kebahagiaan keluargaku yang sangat kaya, hingga menyia-nyiakan kehidupanku seperti waktu itu.
Surat ku, hanya dibalas oleh Samuel melalui panggilan telepon. Dia berjanji akan menjemput ku, membawa bersamanya kemanapun dia pergi. Itulah janjinya padaku.
Berjalannya waktu saat usiaku 12 tahun, Samuel dan istrinya datang menjemputku kepanti asuhan yang dipantau oleh pemerintah Melbourne. Betapa sakitnya hati ini, harus menerima kenyataan menerima hinaan, hujatan dari bibir seksi Vika diawal kami bertemu.
"Ciiiih... ini anak Avicii Brother? Katanya kaya raya, kenapa kamu tumbuh jelek sekali? Dekil, bau, bukankah gadis remaja seusia kamu sudah bisa membersihkan diri sendiri? Saya seusia kamu, sudah bisa merawat tubuh saya seperti ratu, karena tumbuh di keluarga kaya. Ya kan sayang?"
Kalimat hinaan itu yang selalu terngiang-ngiang ditelinga ku sepanjang perjalanan menuju kediaman kami di Melbourne.
Daddy Samuel, selalu memberikan yang terbaik untukku. Memberi fasilitas yang cukup, bahkan makanan enak, membawa ke salon, hingga kembali ke Jakarta dan bersekolah sebagai siswa terbodoh disalah satu sekolah internasional.
Aku tidak menyukai dunia pendidikan, yang aku suka hanya dunia seni, menggambar, bernyanyi dan menari. Semua tidak aku dapatkan, karena Mami Vika seorang Notaris terbaik, bahkan memiliki harta yang berlimpah.
Setiap hari aku menghabiskan waktu dikantor Daddy Samuel, menunggu beliau selesai melakukan pekerjaannya.
Pernah suatu ketika, aku melihat email masuk, tertera nama Daddy Avicii Brother sebagai orang nomor satu diperusahaan MegaCLA Group.
"Kenapa mereka memegang semua kendali perusahaan keluargaku? Kenapa aku sama sekali tidak pernah mengetahui pada siapa ahli waris kekayaan keluargaku sendiri?"
Aku menarik laci dimeja kerja Samuel, betapa terkejutnya aku, melihat sebuah botol kecil sebesar jari kelingking yang terletak rapi disana.
"Apa ini?"
Tertulis 'for Avicii Brother'.... tulisan tegak bersambung bertinta emas, dan disana juga tertera nama ibuku, 'for Keyla Brother'.
"Apakah mereka yang telah menghabisi Daddy dan Mami? Apa salah keluargaku pada Daddy Samuel? Kenapa dia tega membunuh kedua orang tuaku?"
Pantas selama aku berada dirumah, Vika sangat kasar, menganggap kehadiranku hanya sebagai seorang perusak dan tidak pantas bergabung bersama keluarga mereka.
Jantungku terasa sakit saat Vika mengatakan, "Jika kami tidak mengangkat mu menjadi anak, mungkin kamu akan menjadi wanita bainal diluar sana. Bahkan melebihi jallang...!"
Apakah ucapan itu, bisa aku maafkan sebagai wanita baik-baik? Mungkin aku memang nakal, tapi nakal aku sewajarnya, karena mengharapkan perhatian dari seorang yang mengasuhku.
Aku merasakan kebaikan Daddy Sam, saat mengajarkan aku mengganti pembalut. Pertama kali periode wanita datang bulan diusia 14 tahun. Dia dengan telaten merawatku, memberikan minyak angin pada punggung dan bagian perutku. Sungguh perhatian yang sangat besar selama Daddy Avicii pergi meninggalkan aku untuk selamanya.
Kedekatanku dan Daddy Sam, membuat rasa sayangku menjadi berlebihan. Dia selalu membawaku ketempat tempat orang dewasa berkumpul. Bahkan pernah dia meraba bagian kenyalku untuk pertama kali diusia 17 tahun.
Setelah aku menemukan bukti, entah itu akurat atau tidak, aku melihat semua dengan seksama, menyesiasati situasi, mencari keberadaan pengacara handal keluargaku Luis Suarez.
"Aku mendapatkannya... aku mendapatkannya..."
Dengan perasaan senang aku menghubungi Uncle Luis, namun dia hanya memintaku menyelesaikan sekolah, dan tidak menceritakan apapun.
Aku sebagai anak remaja yang labil, tidak ingin berdebat, apalagi mencari tau tentang ini dan itu. Aku hanya ingin menjalankan hidupku menjadi lebih baik, walau harus mencari kebenaran dengan caraku sendiri.