Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 16 Tidak Hadir

Ebrahim membujuk: "Keluarga Soehadi sangat menghargai kekuatan pribadi, jika kamu memiliki status seperti Farrel, atau Mirex Tech masih milik keluarga Willys kalian, tanpa kamu memberitahu kepada mereka, pasti akan ada sekelompok orang yang meneleponmu bilang akan hadir dalam acara kegiatan berdoa itu."

"Sekarang kamu miskin, tidak akan ada orang yang mau memedulikanmu, jadi lupakan saja."

Alvin tersenyum kecut, "Mereka mau mempedulikan atau tidak itu urusan mereka, tapi mau memberitahu atau tidak itu urusanku. Lagipula, aku ingin melihat bagaimana sikap Keluarga Soehadi terhadapku."

"Aduh, terserah kamu kalau kamu ingin telepon mereka."

Pertama-tama Alvin menelepon Kepala Keluarga Soehadi, Jamar Soehadi.

"Halo? Siapa ini?"

"Kakek, ini aku, Alvin."

Jamar ragu-ragu sejenak, "Alvin? Kenapa kamu meneleponku?"

"Aku ingin memberitahu Kakek kalau lima hari lagi adalah hari ulang tahun almarhum Adikku, Alvan, aku ingin mengadakan acara kegiatan berdoa dan mengundang Kakek untuk hadir."

Ada beberapa detik keheningan di ujung telepon.

"Alvin, Kakek bukan orang yang tidak berperikemanusian, tetapi aku benar-benar tidak bisa hadir dalam acara kegiatan berdoa ini."

"Kenapa?"

"Sangat sederhana, kamu harus tahu bagaimana Adikmu meninggal. Dia membawa hutang besar dan bunuh diri dengan melompat dari gedung, ini adalah kesan yang sangat negatif. Sedangkan Keluarga Soehadi kami sedang dalam tahap perkembangan yang kuat dan kemajuan yang positif, bagaimana bisa kami berhubungan dengan kesan negatif seperti itu? Apakah kamu tahu seberapa besar dampaknya bagi Keluarga Soehadi jika media berita mendapatkan laporan seperti ini ?"

Penghinaan.

Alvin menggelengkan kepalanya, alasan ini sungguh luar biasa.

Alvin berkata dengan ringan: "Kakek, jika Kakek tidak hadir, kedepannya Keluarga Willys kami tidak akan ada hubungannya lagi dengan Keluarga besar Soehadi Kakek."

"Hah? Apakah kamu sedang mengancamku?"

"Tidak, aku hanya ingin tahu sikap Kakek terhadap Keluarga Willys."

"Sikap? Baik, kalau begitu aku akan memberitahumu dengan jelas kalau Keluarga Soehadi kami sama sekali tidak mengharapkan Keluarga Willys-mu! Lebih baik segera mengakhiri hubungan kita, agar kedepannya kamu tidak meminta Keluarga Soehadi kami untuk membantumu membayar hutang. "

Setelah selesai berbicara, Jamar langsung menutup telepon dengan tegas.

Ebrahim menggelengkan kepalanya, "Aku sudah bilang, jadi buat apa kamu menyusahkan diri sendiri?"

Alvin tersenyum kecut, "Tidak apa-apa, aku akan menelepon Kakak Pertama dan kakak ipar untuk bertanya."

Elisa menghampirinya dan berkata, "Biar aku saja yang meneleponnya, kamu tidak akrab dengan mereka, jika aku yang bicara, mungkin mereka akan bersedia untuk hadir."

Alvin tersenyum dan mengangguk.

Elisa memutar nomor telepon Ariska.

"Halo, Elisa, ada apa?"

"Kakak, begini, lima hari lagi ..."

Setelah mendengarkan kata-kata Elisa, Ariska mencibir, "Elisa, apakah kamu sedang bercanda? Kamu ingin aku menghadiri acara kegiatan berdoa untuk Adiknya orang aneh itu? Jangan bercanda lagi. Lagipula, apakah kamu tidak tahu lima hari lagi semua Jusarik akan dibongkar dan rekonstruksi? Saat itu, tempat disana akan ditutup, mau mendekati tepi sungai saja tidak bisa, apalagi mau pergi berdoa."

"Dengarkan nasihat Kakak, segeralah bercerai dengan pembawa sial itu, aku banyak kenalan yang berkualitas tinggi dan bisa memperkenalkan kepadamu kapan saja, jadi buat apa kamu ikut dia menderita?"

Semakin mendengarnya Elisa menjadi semakin marah, tanpa berbicara dia langsung menutup telepon.

Setelah mengambil beberapa napas, dia berkata, "Kakak Pertama bilang lima hari lagi, Jusarik akan dibongkar dan rekonstruksi, kita sama sekali tidak bisa pergi untuk berdoa."

Alvin berkata dengan ringan, "Tidak apa-apa, aku sudah mengatur semuanya."

"Kamu sudah mengatur semuanya?" Ebrahim mencibir, "Alvin, meskipun dalam dua hari ini penampilanmu bagus, dan pandanganku terhadapmu juga sudah berubah, tetapi jadi orang harus bertindak sesuai situasi yang nyata, tidak boleh berbicara sembarangan. Pembongkaran dan rekonstruksi ditentukan oleh Biro Konstruksi Perkotaan, apa kemampuanmu untuk mengatur ini semua? Sudahlah, dalam situasi saat ini, lima hari kedepannya aku juga tidak pergi lagi, jangan sampai mempermalukan diri sendiri."

"Ayah, tidak bisakah kamu mendukung Alvin?" Elisa cemas.

"Aku sudah sangat mendukungnya, kalau aku tidak mendukungnya, aku sudah mengusirnya dari rumah!" Ebrahim menghela nafas, "Sebenarnya aku juga ingin hadir, tetapi situasinya seperti ini kamu mau aku bagaimana hadir? Nantinya mau mendekati tepi sungai pun sudah tidak bisa, jika tidak hati-hati mungkin akan kena ditangkap, aku tidak sanggup mempermakukan diri sendiri. Alvin, kali ini aku tidak bisa hadir."

Setelah selesai berbicara, Ebrahim berdiri dan langsung pergi ke kamar.

Elisa memandang Alvin dan menghibur: "Jangan sedih, Ayahku bukan ingin menentangmu."

"Aku tahu."

Alvin mengangkat ponselnya dan terus menelepon, "Aku akan menelepon yang lainnya untuk bertanya."

"Halo, Kakak Kedua..."

"Apakah ini Paman kecil?"

"Ruru, ini aku, Alvin."

"Hei, apakah Paman Hermawan ada di rumah?"

...

Setelah melakukan lebih dari empat puluh panggilan telepon berturut-turut, Alvin mendapatkan jawaban yang sama: Tidak bisa hadir.

Sama sekali tidak ada yang tertarik terhadap Alvin yang miskin sekarang, dan tidak ada yang mau mempedulikannya.

Alvin menghela nafas.

"Sekarang aku sudah mengerti sikap semua orang."

Elisa berjalan mendekat, "Alvin, kamu tidak perlu terlalu bersedih, setidaknya aku masih tetap akan hadir, kamu jangan khawatir, lima hari lagi aku pasti akan menghadiri acara kegiatan berdoa untuk Alvan. Meskipun jika tempat itu akan dibongkar dan ditutup, kita masih bisa berdoa dari kejauhan untuk menunjukkan niat baik kita."

Alvin merasa sedikit terhibur.

Dia memandang Elisa dan berkata dengan ringan: "Elisa, kamu adalah satu-satunya alasan aku untuk tinggal di Keluarga Soehadi. Mulai hari ini, selain kamu, semua orang di Keluarga Soehadi tidak ada hubungannya denganku."

Elisa tersenyum dan dengan sengaja bertanya: "Lalu bagimana dengan Ayah dan Ibuku?"

Alvin berpikir sejenak, "Demi kamu, masalah Ayah, aku akan mengurusnya, tetapi ini sudah menjadi batasanku."

Elisa mengira ini kemarahan sesaat Alvin.

Namun hanya Alvin yang tahu di dalam hati bahwa dia benar-benar telah membuat sebuah keputusan.

Hari ini dia sudah mengetahui sikap semua orang, dan ke depannya, dia tidak perlu bersikap baik terhadap Keluarga besar Soehadi.

Kecuali Elisa.

...

Keluarga Soehadi, gedung kantor, kantor di lantai empat.

Jordy sedang sibuk di depan komputer, Kakak Pertamanya, Ariska masuk, "Yo, orang malas sepertimu juga bisa bekerja?"

Jordy tersenyum, "Ini persiapan untuk masalah Jusarik pada lima hari kedepan."

Lima hari kedepan? Jusarik?

Ariska berkata dengan bingung: "Yang benar saja, kamu ingin hadir dalam acara kegiatan berdoa untuk almarhum Adik Alvin?"

"Pehh!!! Siapa yang mau melihat almarhum itu?" Jordy memberinya tatapan kesal, "Yang aku lakukan adalah demi proyek pembongkaran dan rekonstruksi dalam lima hari ke depan!"

"Oh?"

Jordy menjelaskan: "Tidak tahu kenapa, belakangan ini proyek pembongkaran dan rekonstruksi di Jusarik sudah dilakukan dengan sangat cepat, tetapi proyek konstruksi agak terhambat."

"Lima hari kedepan, setelah pembongkaran akan ada penawaran tempat, jika Keluarga Soehadi kita mendapatkan keuntungan ini, kita pasti akan menghasilkan banyak uang!"

"Kakak Pertama, terus terang, lima hari ke depan, bukan hanya aku saja yang akan hadir dalam penawaran ini, bahkan Kakek pun juga ikut serta."

Ariska mengedipkan matanya, "Ckck, Jika kakek akan bertindak, pasti membawa dampak besar."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel