Bab 14 Cincin Berlian
Saat senja, Alvin kembali ke vila bertingkat di Cluster Miranti.
Begitu dia memasuki rumah, dia melihat Ibu mertua duduk di sofa sedang berbicara dan tertawa dengan seorang pria, melihat Alvin pulang, Sully memberi isyarat kepadanya.
"Alvin, kemari, perkenalkan kepadamu, ini Gaston Setiayanto, putra Bibi Wanda, tetangga sebelah."
"Beberapa tahun yang lalu, Gaston pergi ke luar negeri untuk belajar, dan dia baru pulang hari ini."
Gaston mengulurkan tangannya ke arah Alvin, "Halo."
"Halo."
Alvin berjabat tangan dengan Gaston, dia merasakan tenaga di tangan Gaston sedikit meningkat.
Orangnya tinggi dan berotot, sekilas lihat dia sering berolahraga di gym, pada saat ini, diam-diam dia mengerahkan tenaganya, jika orang biasa, tangannya pasti akan ditekan oleh Gaston dengan kesakitan tak tertahankan.
Hanya saja……
Bagi Dewa Perang yang telah bertarung selama bertahun-tahun, ini masih terlalu lembut.
Alvin juga meningkatkan tenaganya dan tangannya menjepit tangan Gaston seperti penjepit besi, dengan kekuatan tenaga yang tiba-tiba, terdengar bunyi krek, tulangnya Gaston hampir mau patah.
"Ah ~~" Gaston menahan rasa sakit dan tidak berteriak, dia menatap Alvin dengan heran, dan bertanya-tanya mengapa pria ini memiliki tenaga tangan yang begitu kuat?
Ketika melepaskan tangan, tangan Gaston sudah memerah.
Keduanya duduk terpisah.
Gaston mengerakkan tangannya dan berkata sambil tersenyum: "Kamu Alvin? Aku dengar kamu telah menjadi tentara di Perbatasan Barat selama lima tahun?"
"Iya."
"Ckck, meninggalkan istri yang begitu cantik untuk menjadi tentara, kamu benar-benar tega?"
Alvin mengerutkan kening, dan matanya memancarkan aura pembunuh.
Saat ini, Elisa sudah mengganti pakaiannya dan berjalan keluar, sekarang dia mengenakan ikat rambut dan gaun putih, dia terlihat sangat angun dan cantik, mata Gaston menatapnya lurus.
Elisa duduk di samping Alvin, Gaston mendengus, jelas dia sedang cemburu.
Dia sengaja berkata: "Sejak aku pergi belajar di luar negeri, sudah bertahun-tahun aku tidak pernah bertemu dengan Elisa."
Elisa tersenyum, "Kalau dihitung-hitung, hampir enam tahun, bukan?"
"Ya, sudah enam tahun, aku masih ingat ketika masih kecil kita sering bermain bersama, waktu itu, kamu masih bilang tunggu dewasa nanti, kamu hanya ingin menikah denganku, dan tunggu aku dewasa nanti, aku hanya boleh menikah denganmu."
Ketika kalimat ini diucapkan, suasana menjadi agak canggung.
Senyum di wajah Elisa berangsur-angsur menghilang, dia berbatuk-batuk, dan menyesap teh dengan kepala tertunduk.
Gaston tidak keberatan, dan berkata: "Hanya bercanda, jika enam tahun yang lalu aku tidak pergi belajar di luar negeri mungkin sekarang kita sudah menjadi satu keluarga, hahahaha."
Yang dianggapnya bercanda, tidak ada orang yang bisa ikut tertawa.
Sully sedikit tidak senang, Elisa sudah menjadi menikah, kenapa dia masih mengatakan hal seperti itu di depan suami orang?
Alvin berkata dengan ringan, "Kalau kamu tidak ada urusan lain lagi, kamu sudah bisa pergi."
Gaston mendengus dingin, "Kenapa kamu mendesak? Aku datang bukan untuk menemuimu, aku datang untuk menemui Bibi Sully dan Adik Elisa. Alvin, kalau kamu senggang, lebih baik kamu memperhatikan almarhum Adikmu itu."
"Gaston!" Elisa marah, pada saat yang sama dia juga menahan Alvin dan tidak membiarkan emosi Alvin meledak.
"Maaf, aku orangnya bla-blakan. Ngomong-ngomong, kali ini pulang, aku juga membawa hadiah untuk Adik Elisa. "Gaston mengulurkan tangan dan meletakkan sebuah kotak di atas meja.
"Adik Elisa, buka dan lihatlah."
Elisa menghela nafas lalu mengulurkan tangannya dengan sopan dan membukanya, isinya adalah cincin berlian brilian!
Cincin berlian?!
Ini adalah hadiah yang hanya diberikan seorang pria ketika melamar seorang wanita.
Gaston memberikan hadiah seperti ini membuat orang tahu ambisinya dengan jelas.
Sebenarnya, dia sudah mencari tahu kalau Elisa telah menjadi janda dalam beberapa tahun terakhir ini, dan dia masih perawan, Alvin adalah menantu tidak berguna yang telah kehilangan Ayahnya, lalu Adiknya meninggal melompat dari gedung, serta keluarganya telah hancur.
Dalam kognisinya, Elisa pasti sangat membenci Alvin, dan keluarga Soehadi pasti sudah tidak sabar menyuruh Elisa untuk bercerai dengan Alvin.
Oleh karena itu, Gaston tidak merasa takut.
"Apakah kamu menyukainya?" Tanya Gaston.
Kemarahan di wajah Elisa menjadi semakin ekstrem, "Hadiah ini terlalu mahal, kamu bisa mengambilnya kembali."
"Tidak mahal, Adik Elisa, selama ini adalah hadiah untukmu, aku bersedia membelinya dengan jumlah berapa pun, ini sama sekali tidak mahal."
"Tidak usah, jika aku menginginkannya, suamiku akan memberikannya kepadaku."
Elisa sudah menekankan bahwa dirinya adalah wanita yang sudah menikah, dan tidak seharusnya dia memberikan cincin berlian kepada dirinya.
Namun Gaston sama sekali tidak peduli.
Dia tersenyum dan berkata, "Suamimu?"
Dia Menghina Alvin, "Sejauh yang aku tahu, dia hanyalah seorang pensiunan tentara yang keluarganya telah runtuh. Dia bahkan tidak memiliki tempat tinggal, dan masih menghandalkan Keluarga Soehadi kalian untuk bertahan hidup. Orang yang tidak berguna seperti ini bisakah dia membeli cincin berlian? Adik Elisa, apakah kamu tahu berapa harga cincin berlian ini? "
Gaston mengulurkan empat jari, "Empat ratus juta, sebuah cincin berlian harganya empat ratus juta! Bisakah keluarga kalian menghasilkan uang sebanyak empat ratus juta dalam seumur hidup ini?"
Elisa terdiam, Alvin yang sekarang jangankan membeli cincin berlian, membeli yang imitasi saja dia tak sanggup.
Namun siapa sangka……
Alvin melirik cincin berlian dengan tenang, dan berkata, "Apakah benda ini benar-benar bernilai empat ratus juta?"
"Tentu saja! Apakah kamu kira ini palsu punya? Aku bisa mencari orang untuk segera memverifikasinya."
"Aku tidak bilang barangmu ini palsu, hanya saja aku telah melihat terlalu banyak berlian semacam ini ketika aku menjadi tentara dalam beberapa tahun ini, sejujurnya, mereka ada di sepanjang jalan, jatuh di tanah pun tidak ada yang mau mengambilnya, sangat sulit untuk di bayangkan barang ini nilainya seharga empat ratus juta."
"Sialan!" Gaston berkata dengan sinis: "Bilang saja kalau kamu tidak mampu membelinya, buat apa kamu berpura-pura sok tahu di sini? Cincin berlian yang seharga empat ratus juta ada di sepanjang jalan, bukan? Baik, kalau begitu kamu keluarkan cincin berliannya dan tunjukkan kepadaku, apakah kamu bisa mengeluarkannya?!"
Sully juga menggelengkan kepalanya.
Dia tahu Alvin mengatakan ini karena dia marah tetapi mau seberapa marahnya dia, seharusnya dia berbicara pada batasannya.
Terlalu bodoh mengatakan cincin berlian ada di sepanjang jalan.
Bukankah ini pembicaraan orang polos?
Sully membela Alvin dan berkata: "Mungkin Alvin salah melihat ..."
"Tidak, aku sangat yakin."
Sully hampir mau marah, dirinya sedang membantunya berbicara, kenapa dia semakin lebih antusias?
"Aduh..." Sully menghela nafas, dia kecewa terhadap Alvin, dia merasa menantunya ini mungkin benar-benar tidak berguna, lebih mementingkan harga diri daripaada menderita
Gaston bersandar di sofa, "Baik, ada di sepanjang jalan, bukan? Kalau begitu, kamu ambilkan dua untukku, agar aku menambah wawasan!"
"Eh, baik, aku akan menelepon kepada temanku. Seingat aku waktu itu dia merasa berlian ini bisa diambil bawa pulang untuk dijadikan sebagai bola kaca, dia banyak mengambil, sepertinya sekeranjang. Aku akan menyuruhnya bawa ke sini."
"Puhhh..." Gaston tertawa sampai mencondongkan tubuh ke depan dan ke belakang, "Sekeranjang? Masih dijadikan sebagai bola kaca? Baik, kamu sangat hebat, keterampilan membualmu ini sungguh tak tertandingi. Bibi Sully, Adik Elisa, kalian benar-benar telah membawa orang yang menarik pulang ke rumah? Hahahaha, aku sudah tidak sanggup ketawa lagi, benar-benar lucu sekali."
Alvin mengangkat bahu dan memutar telepon.
"Halo, Pisces, apakah kamu sudah sampai di Nauru? Bawakan sekeranjang 'bola kaca' yang kamu ambil dan pinjamkan aku untuk bermain selama dua hari."