Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Makasih untuk kamu

Hari menjelang sore, Alice yang sudah tidak ada rencana dia segera beres-betes untuk pulang. Keluarganya pasti sudah menunggunya di rumah.

"Kamu mau kemana?" hambusan napas kasar seorang laki-laki berjalan mendekat ke arahnya.

"Siapa?"

"Aku pegawai di sini, cantik!" ucapan laki-aki itu menggoda. Dia memeluk paksa Alice dari belakang. Dan di balas dnegan injakan kaki olehnya.

Alice mencoba pergi, tangannya di tarik di lemparnya ke tembok sangat keras.

"Kamu mau kamana? Aku akan promosikan kamu sebagai pegawai sepertiku nanti. Jika kamu mau menemani aku satu malam saja,"

"Jangan mendekat,"

"Kenapa? Tubuh kamu sangat seksi. Membuat aku tertarik." laki-laki itu menyentuh leher Alice, perlahan turun ke dadanya, Alice menepis kasar tangannya kotornya. Laki-laki itu berdengus kasar, ia memegang tangan Alice sangat erat, menguncinya tepat di atas kepalanya.

"Layani aku sekali saja,"

"Cuihh.. Jangan harap aku mau dengan kamu. Dan ingat aku gak butuh pekerjaan pegawai, lebih baik jadi karyawan rendahan. dari pada karyawan penuh pikiran kotor seperti kamu," umpat kesal Alice,

"Apa yang kamu lakukan?" Alice mencoba mendorong tubuh kekar laki-laki itu. Berbagai dorongan dari tunuhnya untuk menghindar, tetap saja tidak bisa membuat laki-laki itu pergi. Sebuah kecupan perlahan mendarat di lehernya, dengusan napasnya membuat wanita itu menutup matanya.

Tolong.... Tolong aku.." teriak Alice.

"Teriak saja sekeras-kerasnya tidak akan ada yang mendengar kamu di sini. Semua sudah pada pulang. Kamu berteriak di sini tidak akan pernah ada yang kendengarnya,"

Alice hanya menangis tersedu, meratapi nasibnya. Sebuah kecupan lembut mendarat di lehernya kembali.

Apakah aku akan ternoda di sini? Apa aku akan kehilangan kesucianku? Air mata perlahan menetes dari ke dua matanya. Di saat dia merasakan tangan kanan laki-laki itu merobek paska helaian kain menempel di tubuhnya.

Hikss.. Tolong.. Aku mohon siapa saja tolong aku. Gumam Alice dalam hatinya.

"Jangan coba-coba untuk pergi dari. Mungkin ini akan pertama. Dan aku yakin akan menjadi hari yang paling indah baut kamu,"

Braaakkkk...

Seseorang membuka paksa pintu ruangan itu. Seketika membuat laki-laki yang hampir menodai Alice itu terkejut, melepaskan tangannya.

Sedangkan Alice hanya bisa menangis, dia perlahan menarik tubuhnya ke bawah. Ke dua tangannya menarik bajunya yang hampir setengah terbuka. Tangannya mencengkeram bajunya, sembari menyesali semuanya.

"Apa yang kamu lakukan, bodoh!" umpat Adrian, mendorong kasar tubuh pegawainya, hingga terbentur kr tembok tepat di belakangnya.

"Maaf, tuan. Tadi dia yang menggodaku." ucap Ewan, menunjuk ke arah Alice yang diam mendekap tubuhnya sendiri.

Adria menarik kerah Ewan. Dia menariknya sedikit ke atas, memepetkannya tepat ke tembok tepat di belakangnya.

"Kamu masih berani mengelak, bukanya kamu yang menggodanya. Aku lihat dengan mata kepala ku sendiri. Kamu yang mau menodainya, kan?" ucap Adrian dan langsung melayangkan berbagai pukulan bertubi ke wajah Ewan.

"Mulai sekarang, kamu aku pecat. Aku tidak suka punya karyawan seperti kamu. Bikin susah karyawan lainya nantinya," tegas Adrian, menarik kemeja Ewan, keluar dari ruangan sempit u tuk ganti para karyawan cleaning servis.

"Pergi dari kantorku," bentar Adrian.

Ewan berlari terbiri-birit keluar dari kantor Adrian.

"Apa dia melukai kamu?" tanya Adrian. Dna hanya di balas dengan gelengan kepalanya pelan. Rambut Alice terlihat ke depan menutupi wajahnya.

Adrian yang melihat baju Alice terlihat berantakan. Dengan segera dia melepaskan jas hitam yang membalut tubuhnya. Memakaikan tepat di belakang punggung Alice. Lalu memegang vahunya, membantunya untuk berdiri.

"Hikksss... Hikss...."

Alice memeluk erat tubuh Adrian. "Makasih, kamu sudah menolongku," ucapnya, menyandarkan kepalanya di pundak Adrian, yang terasa sangat nyaman baginya. Hatinya perlahan mulai merasa ada hal yang berbeda dari dirinya saat memeluk Adrian. Dia merasa jantungnya berdebar sangat cepat.

"Udah sekarang kamu ke ruanganku. Aku akan suruh seseorang membawakan baju untuk kamu," ucap Adrian, memapah tubuh Alice, berjalan menuju ke ruangannya.

Meski terlihat sangat sepj, hanya beberapa pegawai yang masih di sana. Melihat tuan kudanya dekat dnegan wanita lain dari biasanya. Mereka merasa tidak suka, apalagi penampilan wanita itu yang berantakan. Dengan baju dan rambut berantakan semakin membuat para pegawai yang melihatnya sangat ilfil.

Adrian tidak perdulikan tatapan tidak suka pegawai lainya. Dia segera membawa masuk Alice ke dalam ruangannya. Dan dia segera menghubungi sekertarisnya untuk mencarikan baju.

Adrian berjalan mendekati Alice, ia beranjak duduk jongkok, menatap Alice yang tidak hentinya mendekap tubuhnya sangat erat.

"Jangan seperti ini, lagian semua sudah beres." ucap Adrian. Meraih dagu Alice, menariknya ke atas. Jemari tangan laki-laki itu menyilakan rambut panjang Alice yang menutupi wajahnya ke belakang telinganya.

"Makasih," ucapnya sekali lagi.

"Iya,"

"Adrian," panggil seseorang yang tiba-tiba masuk.

"Arya?" gumam Adrian terkejut.

"Kenapa Alice? Apa yang kamu lakukan padanya?" tanya Arya tidak menyangka.

"Jangan salah paham, dia yadi hampir saja di perkosa oleh pegawaiku,"

"Apa?" Arya beranjak duduk di sofa samping Alice, dia memegang ke dua bahunya.

"Kamu gak apa-apa, kan? Apa yang dia lakukan padamu? Apa dia menyentuh kamu? Kalau iya, aku akan menjebloskan dia ke penjara nantinya." decak kesal Arya, yang merasa sangat khawatir dengan wanita yang baru saja dia temui tadi pagi itu.

"Jangan terlalu berlebihan suka dengan wanita seperti itu? Bukanya kamu baru kenapa dengannya," sindir Adrian tidak suka, dia menyandarkan punggungnya dengan ke dua tangan di dalam saku celana hitamnya.

"Memangnya kenapa? Apa kamu gak kasihan melihat dia seperti ini,"

"Kalau aku tegas, udah aku biarkan dia di perkosa laki-laki tadi." kata Adrian tanpa menatap ke arah Arya dengan Alice sama sekali. Dia melangkahkan kakinya duduk di kursi kerjanya. Sembari bersandar menatap ke arahnya.

Tidak lama sekertaris Adrian datang membawakan satu baju untuk Alice.

"Pakailah dulu, baru kamu nanti duduk lagi di sini. Dan cerita pada kita,"

"Cerita apa? tanya Alice, mengangkat kepalanya menatap Adrian.

"Cerita awal terjadi tadi. Dan sebelumnya apa kamu kenal denganya?" tanya Ardrian.

"Sudah nanti saja. Sekarang pakai dulu baju ini," sahut Arya, mengangkat tubuh Alice berdiri. Meraih gaun di tangan serkertaris Adrian. dan memberikan padanya.

Alice segera membawa gaun yang sekarang di tangannya. Menuju kamar mandi kantor Adrian yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Semua menunggu.

"Kamu antar dia pulang sekalian, sepertinya dia masih trauma." ucap Ardrian pada Arya.

"Baiklah," jawab Arya antusias.

"Jangan sentuh dia, nanti kamu cari kesempatan." goda Adrian.

"Gak, lah. Memangnya aku laki-laki apa?"

"Laki-laki penggoda" ejek Adrian pada teman sekaligus sepupunya itu.

"Sudah," ucap Alice keluar dengan gaun indah yang membalut tubuh mungilnya.

Dua pasang mata itu memandangnya dengan tatapan terkejut. Dengan bibir sedikit menganga, tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Wanita yang begitu cantik ada di depannya. Dengan body tubuhnya yang tidak di ragukan lagi.

"Emm.. Ayo, sekarang aku antar, kan kamu pulang!" ucap Arya.

"Emm... Iya." Alice menundukkan kapalanya, dengan senyum tipis terukir di bibirnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel