Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8. Menjemput Ibu Di Desa

Mobil Roni melaju meninggalkan hiruk pikuk kota Surabaya, menuju pedesaan yang tenang dan asri. Di dalam mobil, Mira, Roni, dan Rendy, anak mereka yang masih berusia dua tahun, duduk dengan nyaman. Mira tampak sedikit tegang, namun juga penuh semangat. Hari ini, mereka akan menjemput Ibu Mira, yang tinggal seorang diri di desa. Mira telah menghubungi ibunya beberapa hari sebelumnya, menyampaikan rencana untuk membawa ibunya tinggal bersama mereka di Surabaya.

Ibu Mira, seorang wanita tua yang ramah dan penyayang, hidup sendiri di sebuah rumah sederhana di desa. Ia sudah lama ditinggal suaminya, dan anak-anaknya telah merantau ke kota. Ia merasa kesepian, meskipun selalu dikunjungi oleh tetangga dan kerabat. Namun, ia tetap merindukan anak dan cucunya.

Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, mobil Roni akhirnya sampai di desa. Mereka disambut oleh pemandangan sawah yang luas dan hijau, serta udara yang segar dan bersih. Rumah Ibu Mira tampak sederhana namun terawat dengan baik. Halaman rumah ditumbuhi berbagai tanaman, menambah keindahan suasana.

Sesampainya di depan rumah Ibu Mira, Roni segera memarkir mobilnya. Mira, Roni, dan Rendy turun dari mobil. Rendy, yang masih kecil, tampak penasaran dengan lingkungan sekitarnya. Ia melihat-lihat sekeliling dengan mata yang berbinar-binar.

Mereka mengetuk pintu rumah Ibu Mira. Tidak lama kemudian, pintu terbuka, memperlihatkan Ibu Mira yang tampak terkejut namun senang melihat kedatangan anak dan cucunya.

"Mira, Roni, Rendy!" seru Ibu Mira, sambil memeluk Mira dengan erat. Ia tampak sangat gembira melihat kedatangan anak dan cucunya.

Mira juga memeluk ibunya dengan erat. "Ibu," kata Mira, suaranya bergetar. "Kami rindu Ibu."

Roni juga ikut menyapa Ibu Mira. "Selamat siang, Bu. Kami membawa Rendy untuk menemani Ibu."

Ibu Mira tersenyum. Ia sangat senang melihat Rendy, cucunya yang lucu dan menggemaskan. Ia memeluk Rendy dengan lembut. "Rendy, Nak. Kamu sudah besar, ya?"

Rendy tertawa, dan meraih tangan Ibu Mira. Ia tampak senang berada di dekat neneknya.

Mereka masuk ke dalam rumah. Rumah Ibu Mira sederhana namun bersih dan nyaman. Suasana rumah terasa hangat dan penuh kasih sayang. Mereka duduk bersama di ruang tamu, menikmati minuman dan camilan ringan.

Mira menceritakan rencana untuk membawa ibunya tinggal di Surabaya. Ia menjelaskan bahwa ia ingin ibunya menjaga Rendy, karena ia dan Roni sangat sibuk dengan pekerjaan mereka. Ia juga ingin ibunya tidak kesepian lagi.

"Bu, kami ingin Ibu tinggal bersama kami di Surabaya," kata Mira. "Kami ingin Ibu menjaga Rendy. Kami juga ingin Ibu tidak kesepian lagi."

Ibu Mira terharu mendengar penjelasan Mira. Ia merasa sangat senang karena anak dan cucunya sangat menyayanginya. Namun, ia juga merasa ragu untuk meninggalkan rumahnya dan desanya.

"Mira, Nak," kata Ibu Mira, suaranya sedikit bergetar. "Aku merasa ragu untuk meninggalkan rumah ini. Aku sudah terbiasa hidup di sini."

Mira mengerti keraguan ibunya. Ia mencoba untuk meyakinkan ibunya.

"Bu, kami mengerti keraguan Ibu. Tapi, kami sangat ingin Ibu tinggal bersama kami. Kami akan membuat Ibu merasa nyaman di Surabaya. Kami akan selalu ada untuk Ibu," kata Mira. "Ibu tidak perlu khawatir tentang apa pun. Kami akan selalu menjaga Ibu."

Roni juga ikut meyakinkan Ibu Mira. "Bu, kami sangat membutuhkan bantuan Ibu. Mira dan saya sangat sibuk dengan pekerjaan kami. Kami ingin Ibu menjaga Rendy, agar kami bisa fokus bekerja."

Setelah beberapa saat berpikir, Ibu Mira akhirnya setuju. Ia merasa sangat terharu dengan kasih sayang anak dan cucunya. Ia yakin bahwa ia akan merasa nyaman tinggal bersama mereka di Surabaya.

"Baiklah, Nak," kata Ibu Mira, sambil tersenyum. "Aku akan ikut kalian ke Surabaya."

Mira dan Roni merasa sangat lega dan senang. Mereka memeluk Ibu Mira dengan erat. Mereka tahu bahwa keputusan ini akan membawa kebahagiaan bagi seluruh keluarga. Mereka bersiap untuk kembali ke Surabaya, membawa Ibu Mira dan Rendy. Perjalanan pulang terasa lebih menyenangkan, diiringi canda tawa dan kebahagiaan. Mereka semua merasa sangat bersyukur atas kebersamaan yang terjalin.

***

Mobil Roni memasuki kompleks perumahan di Surabaya. Ibu Mira, yang duduk di samping Mira, tampak takjub melihat lingkungan sekitar. Rumah-rumah mewah dan tertata rapi berjajar di sepanjang jalan. Udara kota terasa berbeda dengan udara desa yang segar, namun Ibu Mira tetap merasa nyaman berada di dalam mobil yang nyaman dan bersih.

Sesampainya di rumah Mira dan Roni, Ibu Mira semakin takjub. Rumah tersebut jauh lebih besar dan megah daripada yang ia bayangkan. Rumah dua lantai dengan halaman yang luas dan tertata rapi. Interior rumah terlihat modern dan nyaman. Semua peralatan rumah tangga tampak lengkap dan berkualitas tinggi.

"Mira, rumahmu... sangat besar dan bagus," kata Ibu Mira, suaranya bergetar karena takjub. "Aku tidak menyangka."

Mira tersenyum. "Iya, Bu. Rumah ini memang cukup luas. Semoga Ibu merasa nyaman tinggal di sini."

Roni turun dari mobil dan membantu Ibu Mira turun. Rendy, yang masih kecil, tampak senang melihat rumah mereka. Ia berlarian kecil di halaman rumah, sambil tertawa riang.

Mereka masuk ke dalam rumah. Mira menunjukkan setiap ruangan kepada ibunya. Ibu Mira tampak sangat senang melihat setiap ruangan yang bersih, rapi, dan nyaman. Ia sangat terkesan dengan dapur yang luas dan lengkap dengan peralatan modern.

"Mira, kamu sudah masak, ya?" tanya Ibu Mira, sambil melihat beberapa masakan yang sudah siap saji di meja makan.

Mira mengangguk. "Iya, Bu. Saya sudah masak beberapa menu kesukaan Ibu. Jadi, Ibu tidak perlu repot-repot memasak."

Ibu Mira merasa sangat terharu dengan perhatian Mira. Ia merasa sangat dihargai dan dicintai oleh anaknya.

"Mira, kamu terlalu baik padaku," kata Ibu Mira, sambil memeluk Mira. "Aku tidak tahu bagaimana membalas kebaikanmu."

"Sama-sama, Bu," jawab Mira. "Ini kewajiban saya sebagai anak."

Roni juga ikut membantu Ibu Mira beradaptasi dengan lingkungan baru. Ia menunjukkan kamar tidur yang telah disiapkan untuk Ibu Mira. Kamar tersebut nyaman dan bersih, dengan pemandangan yang indah.

"Bu, ini kamar tidur Ibu. Semoga Ibu merasa nyaman tidur di sini," kata Roni.

Ibu Mira mengangguk. Ia merasa sangat senang dengan kamar tidurnya yang nyaman.

Setelah Ibu Mira beres-beres, Mira pamit untuk berangkat kerja. Ia akan membantu Joe di Studio Joe. Ia sudah berjanji kepada Joe untuk membantu mengelola studio. Ia tahu bahwa Joe sangat membutuhkan bantuannya.

"Bu, saya berangkat kerja dulu, ya," kata Mira. "Roni akan menjaga Rendy. Ibu tidak perlu khawatir."

Ibu Mira mengangguk. "Iya, Nak. Kamu kerja yang rajin, ya."

Mira mencium pipi ibunya, dan kemudian berangkat kerja. Roni, yang masih ada waktu luang karena baru pulang kerja, membantu menjaga Rendy. Ia bermain bersama Rendy, sambil sesekali membantu Ibu Mira mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Sore hari, Mira pulang kerja. Ia merasa lelah, namun senang karena pekerjaannya berjalan lancar. Ia langsung menyapa ibunya dan Rendy. Ia melihat ibunya sedang bermain bersama Rendy, dan mereka tampak sangat bahagia.

"Bu, Rendy sudah makan, ya?" tanya Mira.

Ibu Mira mengangguk. "Iya, Nak. Rendy makannya banyak sekali."

Mira merasa lega karena ibunya telah menjaga Rendy dengan baik. Ia merasa sangat beruntung memiliki ibu yang penyayang dan perhatian. Ia juga merasa bersyukur karena memiliki suami dan anak yang selalu mendukungnya. Ia tahu bahwa ia harus bekerja keras untuk membalas kebaikan mereka semua. Ia akan terus berusaha untuk menjadi anak, istri, dan ibu yang baik. Ia akan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk keluarganya.

*****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel