Bab 2 Kampus
Bab 2 Kampus
Sesampainya di depan kampus, Aisyah langsung keluar dari dalam mobil dan berpamitan dengan lelaki tercintanya.
"Abang, aku masuk dulu, abang hati-hati di jalan. Jangan ngebut, ingat!!" Ucap Aisyah sambil menunjuk ke arah Adam, seperti orang yang memerintah bawahannya.
"Haha.. Siap laksanakan komandan cantikku," balas Adam sambil mengangkat tangannya seperti orang hormat pada bendera.
"Ya sudah, pergi sana masuk. Ingat, jangan keganjenan," Ujar Adam kembali memperingati Aisyah, adik kesayangannya.
"Heheh iya, siap laksanakan yang mulia,"balas Aisyah sambil membungkukkan badannya.
"Assalamualaikum," Salam Adam sebelum melajukan mobilnya.
"Walaikumsalam," Jawab Aisyah. Setelah kepergian Adam, baru di sadari oleh Aisyah, bawah sedari tadi tingkahnya di perhatikan oleh banyak pasang mata. Namun Aisyah memilih angkat bahu dan cuek, acuh tak acuh pada semua orang. Toh, semua yang dia lakukan, tidak merugikan siapa pun kan, fikirnya.
Sampai di kelas, Aisyah langsung berhambur ke dalam pelukan sahabatnya yaitu Tika.
Aisyah begitu merindukan sahabatnya tersebut, bukan gak bisa berjumpa saat libur semester. Namun, saat libur semester Aisyah selalu sibuk dengan kegiatan di dalam pesantren miliknya yang berada tepat di samping rumahnya.
Oh ya kenalkan sahabatnya Aisyah yang bernama Tika. Mereka bersahabat sudah sejak di bangku SMP. Saat itu, ada teman yang sedang mengerjai Aisyah, lalu Tika datang dan menolong Aisyah. Tika adalah anak yang tomboy. Setelan baju kaos, di luarnya kemeja yang terbuka, celana jins dan juga rambut yang di kuncir lurus. Cantik sih anaknya tapi tomboy. Badannya sedikit berisi, namun tidak gemuk. Lalu manik mata yang sedikit agak coklat, kulit yang berwarna kuning langsat, bibir yang sedikit lebih tebal, serta hidung yang mancung namun kecil.
Sebelum libur semester, Tika sempat berhijrah menjadi wanita muslimah seutuhnya. Dia kini sudah menggunakan hijab, sama dengan Aisyah.
Namun walau begitu, dialah yang selalu paham dengan keadaan Aisyah, situasi Aisyah dan perasaan Aisyah juga. Mereka berdua sudah seperti saudara kembar.
Bahkan kata teman-teman yang lainnya, wajah mereka mirip. Yang membedakan hanyalah penampilannya.
---***---***---
"Tikaaaaaaa....," pekik Aisyah sambil berlari dalam pelukannya.
"Hy Aisyah..," Tika pun membalas pelukan itu.
"Emm rindunya..," ucap Aisyah sambil memeluk dan menggoyang-goyangkan tubuhnya.
"Isss kau ini, masih saja berprilaku seperti anak kecil. Sudah cocok jadi ibu anak-anak juga, masih saja manja,"cibir Tika sambil mencubit pipi Aisyah.
"Perilakumu seperti ini ingin nikah muda? Manja, cengeng, macam anak-anak," tanya Tika lagi.
"Hmmm.. apa hubungannya. Perilakuku dan keinginanku. Perasaan keduanya berbeda jauh," ucap Aisyah kembali bertanya dan sambil jari telunjuk menempel di dagunya.
"Jelas saja ada hubungannya. Seseorang yang ingin menikah harus mempunyai sikap dewasa dan gak manja sepertimu. Terus nih ya, kalau kamu cengeng seperti ini, bagaimana nanti kalau kamu punya masalah dan harus menyikapinya.." Tukas Tika dengan tersenyum.
"Aku rasa gak seperti itu deh. Nikah itu bukan di lihat dari sifat dan prilakunya. Melainkan kesiapan lahir batin dan juga kedewasaan yang timbul dari hati. Bukan karena sifat atau prilakunya," sangkal Aisyah merasa tidak terima dengan apa yang di katakan Tika padanya.
"Yaa baiklah bu ustadzah. Maaf saya salah saya," ucapnya seraya sedikit membungkuk.
"Hahha kamu ini. Sudahlah ayo masuk kelas, dosen sudah masuk,"ajak Aisyah dengan menunjuk dosen yang berjalan menuju ruangan.
Aisyah kuliah di jurusan PAI. Walaupun awalnya Tika itu bergaya seperti itu, namun hatinya tetap dekat dengan agama. Buktinya, saat ini dia sudah bisa memantapkan hatinya untuk berhijrah.
---***---***---
Selesai jam mata kuliah, Aisyah tidak langsung pulang. Aisyah dan Tika duduk di warung kopi samping kampus.
"Sudah lama gak ketemu, gimana dengan keinginanmu untuk nikah muda Syah? Apa sudah menemukan tambatan hatimu?" tanya Tika di sela mereka makan sambil berbincang.
"Uhukk.. uhukk.., Kau ini membuatku tersedak saja. Lagian kenapa juga tiba-tiba bertanya tentang itu?" ketus Aisyah bertanya kembali pada Tika.
"Oh tidak ada apa-apa, hanya ada yang ingin kenalan denganmu, dan katanya sedang mencari istri juga," ucap Tika dengan santai.
"Ah, aku merasa tidak enak saja kalau harus dikenalkan seperti ini, Tik. Aku ingin seseorang yang memang datang sendiri ingin aku. Seseorang yang siap menerima setiap tingkahku, kelebihan dan bahkan keburukanku. Aku hanya takut dia hanya main-main denganku. Ditambah lagi, kamu tahu aku belum pernah jatuh cinta pada siapa pun. Aku takut jika cinta pertamaku nanti malah membuatku kecewa dan sakit. Itu yang membuatku masih ragu," Ujar Aisyah mengungkapkan perasaannya.
"Tapi setidaknya kenalanlah Syah, untuk menjadi teman kan tidak masalah, aku rasa dia anak yang baik," Tika merayu Aisyah.
"Tapi bagaimana, kalau nanti dia hanya ingin bermain-main padaku. Bisa saja kan?"Aisyah masih terlihat ragu akan menerima tawaran Tika, untuk berkenalan dengan seseorang itu.
"Jangan menaruh perasaan atau harapan apa pun pada orang yang baru kita kenal. Jadi kita tidak akan merasakan yang namanya sakit hati," Ujar Tika, kembali meyakinkan.
"Baiklah, siapa namanya, tinggal dimana, dan.." Pertanyaan tanpa henti terus Aisyah tanyakan pada Tika.
"Cukup sudah. Bisa ditanyakan sendiri ya nona Aisyah pada orangnya langsung nanti. Yang jelas, ia anak fakultas kesehatan. Sudah lama dia memperhatikanmu, tapi dia tak punya nyali untuk berkenalan langsung denganmu.
"Besok kita akan bertemu dengannya. Jadi, kau bisa tanyakan langsung padanya. Yang aku tahu, dia anak yang baik, sopan, tidak pernah bersentuhan dengan wanita juga. Sama seperti dirimu," jelas Tika.
"Dan ini nomor ponselnya," sambung Tika lagi sembari mengirim nomor ponsel lelaki itu ke wa Aisyah.
"Ternyata aku punya fans yang tak di ketahui selama ini, hehe..." bisik Aisyah geli dalam hati sambil tersenyum.
"Ya ilahi, ini anak baru dikasih tahu untuk kenalan sudah senyum-senyum saja. Bagaimana lagi nanti kalau dah kenal neng?" Goda Tika.
"Ahh kau ini, aku bukan senyum salah tingkah. Tetapi aku tersenyum karena geli. Ternyata aku punya fans secara tersembunyi." Geli Aisyah sambil tertawa. Ternyata ada sepasang bola mata yang memperhatikan mereka saat ini.
"Lalu, bagaimana sekarang. Aku yang akan menghubunginya dulu?" tanya Aisyah merasa tak suka.
"Ya mau bagaimana lagi, dia tidak punya nomor ponselmu kan. Kan kamu sendiri yang pesan padaku, jangan beri tahu ke siapa pun nomor ponselku tanpa seizin dariku. Begitu kan?" Ujar Tika mengingatkan.
"Lalu itu artinya, aku yang harus menghubunginya dulu? Tidak mau ah," ucapan Aisyah membuat seseorang itu merasa sedih.
"Ya jadi bagaimana dong... Keputusan ada di tanganmu," Ujar Tika.
"Baiklah, kamu beri nomor ponselku ke dia dan ini..." Sejenak Aisyah memberikan suatu kertas yang di tulis sebelumnya.
"Apa ini?" Tanya Tika.
"Jangan bawel, berikan saja," Tukas Aisyah.
"Belum lagi kenal, aku sudah dijadikan tukang pos oleh kalian. Ya tuhan, betapa sedih nasib hambamu yang jomblo ini..." Ujar Tika seolah merasa dia paling sedih dan tersiksa.
"Heee, Paijo.. Aku juga jomblo. Kita bernasib nasib," canda Aisyah.
---***---***---