Bab 7
Renaldo menatap gadis di hadapannya tanpa berkedip. Bella yang merasa diperhatikan itu langsung mendongak seraya menatap balik Renaldo dengan alis terangkat satu.
"Apa?" tanyanya dengan nada dingin.
Renaldo menggelengkan kepalanya. "Eng-gak papa, lanjut aja."
"Aku nggak suka dilihatin, berhenti natap begitu," ucap Bella yang membuat Renaldo membuang wajahnya.
Lelaki itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sungguh, ucapan pelayan tadi membuatnya kepikiran.
Sebenarnya, Rabella Tazqia ini sosok gadis yang seperti apa? Ia begitu mengejutkan Renaldo hari ini.
Meski memang anak di sekolah Renaldo terkenal dengan anak orang kaya, namun mendengar Bella yang tidak memiliki marga belakang tapi mempunyai aset mahal seperti ini, sungguh membuat Renaldo penasaran.
Kalau penasaran, tandanya Renaldo harus mencari tahu, kan?
Dengan satu gerakan, Renaldo mengambil alih laptop Bella hingga benda itu kini mengarah padanya.
Bella langsung mendongak, menatap Renaldo kesal sekaligus bingung. Apa sih mau lelaki ini?
"Kamu ngapain, sih!" kesal Bella seraya berusaha merebut kembali laptopnya.
"Biar gue yang ngerjain sisanya, lo udah ngerjain ini daritadi. Giliran gue," ujar Renaldo seraya menatap layar.
"Itu udah selesai, balikin!"
"Belom, ini masih ada yang kurang. Tuh, pengertiannya masih belum jelas."
"Yang namanya power point ya gitu, nggak dimasukin semua. Cuman point penting," Bella menatap Renaldo tajam, "makanya, kalau ada tugas jangan cuman nyontek atau numpang nama."
Senyum tipis terukir di bibir Renaldo. Lelaki itu mendongak, seraya mendekatkan wajahnya ke arah Bella.
"Bukannya tadi, lo nyuruh gue buat numpang nama doang?"
Bella terdiam.
"Bu Maya itu tau gue, kalau sekali lagi gue macem-macem di pelajaran dia, gue bisa nggak lulus." Renaldo menatap Bella dengan alis terangkat satu, "kalau gue nggak lulus, lo mau tanggung jawab?"
"Bukan urusanku." Bella menarik laptopnya dari tangan Renaldo.
"Jelas urusan lo, kan lo yang bikin gue nggak lulus." Renaldo menarik senyum khas-nya, "bantuin gue belajar."
"Belajar sendiri, aku bukan guru."
"Tapi, gue mau diajarin sama lo. Keliatannya lo mampu ngajarin gue," lelaki itu menatap Bella. "Dan gue lebih tertarik belajar dengan guru kayak lo."
"Aku bukan guru dan aku nggak mau ngajarin kamu," balas Bella dengan nada dingin. "Tugas udah selesai, silakan kamu pulang."
"Lo risih karena dekat sama gue, kan?" ujar Renaldo seraya mendekati gadis itu.
"Nyadar?" Bella menatap Renaldo datar, "kalau begitu, jauh-jauh dari aku."
"Nggak segampang itu." Renaldo terkekeh pelan, "lo itu kayak magnet. Narik gue terus."
Bella masih diam. Gadis itu seakan menulikan telinganya dari rayuan receh Renaldo. Baginya, tidak ada waktu untuk melayani lelaki macam ini.
Saat sudah selesai bersiap, Bella beranjak dari posisinya. Gadis itu hendak pulang setelah selesai mengirim pesan pada supir pribadi untuk menjemputnya di cafe.
Namun, baru ia melangkah, tangannya tertarik. Pelakunya adalah Renaldo. Gadis itu menatap tidak suka ke arah pergelangannya yang dicengkram erat oleh lelaki itu.
"Lepas!" Kesal Bella seraya menghempaskan tangannya, namun seakan percuma karena Renaldo terlampau kuat.
"Udah gue bilang," Renaldo menarik Bella hingga gadis itu mendekat ke tubuhnya, "untuk lepas dari gue, nggak semudah itu."
Mata tajam Bella bertemu dengan mata Renaldo. Keduanya terdiam, seperti sedang menghipnotis diri masing-masing melalui tatapan. Mengalirkan perasaan aneh yang muncul di dalam perut, seperti ribuan kupu-kupu yang bersiap hendak keluar.
Renaldo yang terlebih dahulu tersadar, menarik senyumnya. "Ada satu cara untuk lo lepas dari gue."
"Apa?" Refleks Bella berucap.
"Bantu gue lulus dengan nilai bagus," bisik Renaldo. "Kalau lo nolak, gue jamin setiap detik lo nggak akan pernah lepas dari gue."
Renaldo menatap gadis di hadapannya tanpa berkedip. Bella yang merasa diperhatikan itu langsung mendongak seraya menatap balik Renaldo dengan alis terangkat satu.
"Apa?" tanyanya dengan nada dingin.
Renaldo menggelengkan kepalanya. "Eng-gak papa, lanjut aja."
"Aku nggak suka dilihatin, berhenti natap begitu," ucap Bella yang membuat Renaldo membuang wajahnya.
Lelaki itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sungguh, ucapan pelayan tadi membuatnya kepikiran.
Sebenarnya, Rabella Tazqia ini sosok gadis yang seperti apa? Ia begitu mengejutkan Renaldo hari ini.
Meski memang anak di sekolah Renaldo terkenal dengan anak orang kaya, namun mendengar Bella yang tidak memiliki marga belakang tapi mempunyai aset mahal seperti ini, sungguh membuat Renaldo penasaran.
Kalau penasaran, tandanya Renaldo harus mencari tahu, kan?
Dengan satu gerakan, Renaldo mengambil alih laptop Bella hingga benda itu kini mengarah padanya.
Bella langsung mendongak, menatap Renaldo kesal sekaligus bingung. Apa sih mau lelaki ini?
"Kamu ngapain, sih!" kesal Bella seraya berusaha merebut kembali laptopnya.
"Biar gue yang ngerjain sisanya, lo udah ngerjain ini daritadi. Giliran gue," ujar Renaldo seraya menatap layar.
"Itu udah selesai, balikin!"
"Belom, ini masih ada yang kurang. Tuh, pengertiannya masih belum jelas."
"Yang namanya power point ya gitu, nggak dimasukin semua. Cuman point penting," Bella menatap Renaldo tajam, "makanya, kalau ada tugas jangan cuman nyontek atau numpang nama."
Senyum tipis terukir di bibir Renaldo. Lelaki itu mendongak, seraya mendekatkan wajahnya ke arah Bella.
"Bukannya tadi, lo nyuruh gue buat numpang nama doang?"
Bella terdiam.
"Bu Maya itu tau gue, kalau sekali lagi gue macem-macem di pelajaran dia, gue bisa nggak lulus." Renaldo menatap Bella dengan alis terangkat satu, "kalau gue nggak lulus, lo mau tanggung jawab?"
"Bukan urusanku." Bella menarik laptopnya dari tangan Renaldo.
"Jelas urusan lo, kan lo yang bikin gue nggak lulus." Renaldo menarik senyum khas-nya, "bantuin gue belajar."
"Belajar sendiri, aku bukan guru."
"Tapi, gue mau diajarin sama lo. Keliatannya lo mampu ngajarin gue," lelaki itu menatap Bella. "Dan gue lebih tertarik belajar dengan guru kayak lo."
"Aku bukan guru dan aku nggak mau ngajarin kamu," balas Bella dengan nada dingin. "Tugas udah selesai, silakan kamu pulang."
"Lo risih karena dekat sama gue, kan?" ujar Renaldo seraya mendekati gadis itu.
"Nyadar?" Bella menatap Renaldo datar, "kalau begitu, jauh-jauh dari aku."
"Nggak segampang itu." Renaldo terkekeh pelan, "lo itu kayak magnet. Narik gue terus."
Bella masih diam. Gadis itu seakan menulikan telinganya dari rayuan receh Renaldo. Baginya, tidak ada waktu untuk melayani lelaki macam ini.
Saat sudah selesai bersiap, Bella beranjak dari posisinya. Gadis itu hendak pulang setelah selesai mengirim pesan pada supir pribadi untuk menjemputnya di cafe.
Namun, baru ia melangkah, tangannya tertarik. Pelakunya adalah Renaldo. Gadis itu menatap tidak suka ke arah pergelangannya yang dicengkram erat oleh lelaki itu.
"Lepas!" Kesal Bella seraya menghempaskan tangannya, namun seakan percuma karena Renaldo terlampau kuat.
"Udah gue bilang," Renaldo menarik Bella hingga gadis itu mendekat ke tubuhnya, "untuk lepas dari gue, nggak semudah itu."
Mata tajam Bella bertemu dengan mata Renaldo. Keduanya terdiam, seperti sedang menghipnotis diri masing-masing melalui tatapan. Mengalirkan perasaan aneh yang muncul di dalam perut, seperti ribuan kupu-kupu yang bersiap hendak keluar.
Renaldo yang terlebih dahulu tersadar, menarik senyumnya. "Ada satu cara untuk lo lepas dari gue."
"Apa?" Refleks Bella berucap.
"Bantu gue lulus dengan nilai bagus," bisik Renaldo. "Kalau lo nolak, gue jamin setiap detik lo nggak akan pernah lepas dari gue."
*CINDERBELLA*