Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 5

BAB 5

Happy reading

*********

Rene mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan. Ruangan yang di dominasi warna putih, rumah ini lebih besar dari pada rumah Berta. Rene mengikuti langkah Farhan menuju dapur. Dapur tertata rapi dan sangat bersih. Ia yakin mami nya Farhan orangnya pembersih.

Rene menatap Farhan membuka chiller, laki-laki itu mengambil sebuah kotak berwarna biru. Ia yakin di dalam kotak itu adalah macarons. Farhan melirik Rene yang masih di sampingnya.

"Ini macarons untuk kamu," ucap Farhan.

"Makasih mas,"

"Kamu suka macarons?" Tanya Farhan, ia memandang Rene, wanita sederhana yang manis menurutnya. Wanita itu tidak berlebihan dalam apapun. Berbicara juga seperlunya, tanpa di buat buat.

"Suka banget malah, apalagi ini dari tempatnya langsung, rasanya pasti enak," ucap Rene, ia menatap iris mata elang Farhan, yang sedari tadi memperhatikannya.

"Mas sudah lama kerja di London?" Tanya Rene, ia memegang sisi meja pantry.

"Lumayan lama, sejak lulus kuliah,"

"Wah hebat, gimana ceritanya mas?" Tanya Rene penasaran.

"Awalnya sih ngisi apply aja lewat online, di London itu banyak sekali pusat perusahaan kelas dunia, salah satunya Rickett Benkiser. Sesuai dengan jurusan mas kuliah dulu manajemen pemasaran. Mas ikut seleksi, ya akhirnya diterima. Awalnya ya hanya jadi seles promotion. Enak sih jadi seles, bonusnya banyak dan jalan-jalan lagi ke sana kemari. Mungkin mas dari Asia, mereka memilih mas untuk bergabung bagian dari mereka. Waktu itu target pasar mereka ke Asia. Target mas masuk, ke India, Vietnam, Thailand, Filipina, termasuk Indonesia. Selang berapa tahun, mas capai target. Pencapaiannya lumayan, karena di terima dengan baik. Pernah sih enggak sampai target, dua kali malah waktu di Vietnam. Dua tahun jadi seles, mas di angkat jadi marketing pemasaran, setelah tahun ke empat kemudian mas di angkat menjadi Marketing Manager Asia, ada dua orang sih, mas sama Sardev Khan dari India, karena India pencapaian target terbesar di Asia," ucap Farhan.

"Jadi di London kantor pusat nya," tanya Rene.

"Iya di London, kamu bisa buka link resminya, di sana ada foto mas,"

"Hebat," ucap Rene berdecak kagum.

"Yang penting mau berusaha aja, jangan pantang menyerah. Kalau enggak tahan, karena tekanan kerja, ya jangan harap bisa seperti ini. Apapun kerjaanya, kalau di kerja kan dengan bersungguh-sungguh maka akan menuai hasil yang tidak di sangka sangka," ucap Farhan.

"Dulu mas kuliahnya di London?" Tanya Rene lagi.

"Iya, mas kuliah di Universitas Brunel,"

"Jadi sekarang mas tinggal di London,"

"Iya dong, kan mas kerjanya di sana," ucap Farhan.

"Terus di rumah ini siapa yang diamin, kayaknya sepi banget," ucap Rene dari tadi ia memperhatikan ruangan, tidak ada satu orang pun yang berlalu lalang.

"Kan orang tua mas di rumah Berta. Yang tinggal di sini orang tua mas dan Nela adik mas yang ke dua. Nela sekarang lagi ke koas di Harapan Bunda, jadi enggak bisa hadir di acara pertunangan Berta. Lagian masih tunangan juga. Yang paling bungsu masih kuliah di Sydney,"

Rene melirik Farhan yang kini di hadapannya. Laki-laki itu memperhatikannya dengan intens. Rene tidak tahu apa yang ia lakukan, saling terdiam satu sama lain. Rene mengusap tengkuknya yang tidak gatal.

Jantung Rene berdegup kencang, ketika Farhan mengurung tubuhnya.

"Mas Farhan mau apa," ucap Rene gugup.

"Mau lihat kamu,"

"Owh,"

"Kamu cantik," ucap Farhan lagi, ia memeberanikan diri memegang dagu Rene.

"Makasih," ucap Rene pelan, ia menelan ludah, menatap wajah Farhan dari jarak dekat seperti ini.

"Jadi ...,"

Rene merasakan bibir Farhan mendarat di bibirnya. Ia tidak tahu sejak kapan Farhan melumat bibirnya. Ia sama sekali tidak menolak atau menghindar, karena posisi tubuhnya terkurung di sisi meja. Ini kali ke dua, di pertemuan awal ia sudah melakukan kecupan bersama seorang laki-laki. Ia sempat berpikir, apakah laki-laki semua melakukan seperti ini. Ia sudah lama tidak pacaran, jadi bingung akan berbuat apa, entahlah ia harus senang atau bersedih ada laki-laki tampan menciumnya.

Rene menyeimbangi lumatan Farhan. Farhan mengangkat tubuh Rene, duduk di meja pantry. Sekarang Rene tahu, bahwa lumatan Farhan lebih tenang, dibanding Tatang yang menggebu-nggebu kemarin. Rene memegang erat sudut meja dengan erat, agar tubuhnya tidak ambruk.

Beberapa menit kemudian, Farhan melepas pangutannya. Rene memandang Farhan, laki-laki itu mengatur nafasnya. Gila, ini ke dua kalinya, ia di cium laki-laki secara bersamaan di awal pertemuan. Sumpah sekarang ia seperti wanita yang haus belaian laki-laki. Kemarin ia melakukan sama Tatang, sekarang bersama Farhan. Oh Tidak, ia hampir gila memikirkan ini.

Farhan memandang Rene, ia menyunggingkan senyum.

"Maaf terbawa suasana," ucap Farhan.

Rene mengibaskan tangannya suasana mendadak gerah,

"Enggak apa-apa kok," ucap Rene, lalu turun dari meja pantry, ia menjauhi Farhan.

Sumpah ia tidak tahu apa harus ia lakukan. Rene mengibaskan rambutnya ke belakang. Suasana semakin gerah, efek ciuman itu. Sementara Farhan hanya bisa tersenyum, atas apa yang baru saja ia lakukan.

"Kayaknya Rene langsung pulang mas, udah malam," ucap Rene memberi alasan, ia menghilangkan rasa groginya terhadap Farhan.

Farhan tersenyum menatap Rene, wajah cantik itu bersemu merah, ia lalu merangkul bahu Rene, berjalan menuju arah pintu utama.

"Pamit dulu sama mami," ucap Farhan.

"Iya,"

Rene memegang pegangan tas nya, ia melirik tangan hangat Farhan di bahu. Ia sebenarnya bingung ingin ngapain, maunya sih menolak, tapi ia tidak sampai hati. Ah, sudahlah memikirkan itu membuatnya pusing tujuh keliling.

**********

"Rene pulang dulu ya tante," ucap Rene, memeluk tubuh mami Farhan.

"Haduh, tante jadi takut kamu pulang malam gini," ucap mami Farhan, karena ini sudah hampir jam sebelas.

"Enggak apa-apa kok tante, lagian enggak terlalu jauh,"

"Tapi kamu pulang sendiri loh, tante takut kenapa-kenapa di jalan," ucap mami Farhan cemas.

Biasa ia sama Berta pulang subuh dari equinox biasa aja. Jam segini sih, ia baru keluar sama Berta. Maminya Farhan aja yang terlalu berlebih-lebihan.

"Enggak apa-apa kok tante, tenang aja. Di jalan masih rame," ucap Rene lagi.

"Rame dari mana, ini sudah larut malam loh Ren,"

"Tapi Rene udah biasa kok tante pulang sendiri,"

"Atau Farhan aja yang antar," ucap beliau memberi solusi.

Farhan hanya bisa tersenyum mendengar itu. "Yaudah aku antar kamu," ucap Farhan lagi.

"Tapi mas ...,"

Rene menarik nafas panjang, ia menatap iris mata itu, memohon pengertiannya. Ia tahu bahwa Farhan tidak ingin berdebat terlalu lama kepada ibunya.

"Tapi Rene bawa mobil loh mas, mas pakek apa?" Ucap Rene.

"Mobil juga, Mas akan ikuti kamu dari belakang," ucap Farhan lagi.

"Yaudah deh, kalau begitu," ucap Rene, ia tersenyum kepada wanita separuh baya itu, dan lalu mengecup pipi kiri beliau.

"Rene pulang sekarang ya tante," ucap Rene.

"Yaudah hati-hati di jalan," ucap mami Farhan.

*******

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel