Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Berkorban

“Mas Reno, ahh shh uumm aku kan tidak memaksamu untuk membantu. Kenapa sekarang kau seperti ini, Mas,” Maya mencoba bernegosiasi barangkal ucapannya barusan bisa membuat hatinya tergerak.

Maya mulai hilang kendali saat sesuatu yang hangat bermain di dua bongkahan kenyal miliknya. Bergerak secara bergantian seperti seseorang yang sedang menikmati kenyotan.

“Ahh umm shh, aku suka sekali Maya. Ini benar benar nikmat,” Reno menyahut dengan erangan saat dia menikmati dua bongkahan kenyal milik Maya.

“Aku tahu, kamu memang tidak meminta bantuanku. Awalnya, aku memang hanya membutuhkan jasamu sebagai istri kontrakku saja. Meskipun kontrak, bawahanku membuatnya semua legal dan pesta tadi adalah resepsi kita, Maya. Jadi, terimalah kontraknya. Selama kau terikat kontrak denganku, kau juga punya kewajiban memberikanku kehangatan seperti ini.

Tidak ada penolakan, kecuali kau sanggup mengembalikan uang jaminan yang kuberikan. Sebagai gantinya, kau harus membayarku lima kali lipat.”

Reno memberikan tekanan yang tak mungkin gadis itu menolaknya.

Kita lihat, apa kau masih mempertahankan ini semua? Atau kau akan menyerahkan dirimu sendiri padaku. Didalam kamusku, tidak ada yang bisa aku miliki.

Maya hanya terdiam. Air matanya terus berlinang tanpa suara. Dia memalingkan wajahnya.

“Karena ini yang pertama bagimu, aku akan melakukannya perlahan, uhm,” Maya masih saja terdiam. Kata kata Reno tadi cukup jelas untuknya. Sekalipun dia sekuat tenaga menolaknya, dia tidak akan bisa menghindari malam ini.

“Tolong kamu tepati kata katamu, Mas. Biarkan aku pergi setelah ini. Aku tidak mau disini. Aku hanya ingin pulang.”

Reno cukup terkejut dengan kata kata yang Maya lontarkan. Seumur hidup, tidak ada seorang wanita pun yang menolak pesonanya. Apalagi jika sudah dibagian ranjang, mereka akan dengan senang hati menyerahkan diri tanpa dia minta.

Reno perlahan mendorong tubuh Maya. Membuatnya terbaring di ranjangnya. Sesaat Reno mengangum semua yang ada pada tubuh gadis kontraknya. Lalu tepat pada bagian bawah perut dengan cepat Reno merobek dan membuang kain penghalang itu. Sekarang tubuh Maya benar benar sudah polos dihadapannya.

“Luar biasa sayang, ini benar benar indah dan umm shhh,” Reno mulai mendekatkan wajahnya. Mengendus bagian leher dan Reno melirik wajah Maya masih berpaling padanya.

“Meski kamu tidak menyukainya, jangan pernah ragu untuk mengeluarkan suara indahmu sayang. Aku sangat suka saat namaku disebut. Lakukan dengan benar, kalau tidak jangan salahkan aku yang tidak akan melepaskanmu dengan mudah,” ancaman dari Reno berhasil membuat gadis yang sedang tidak ingin menatap wajahnya mengalihkan pandangan.

“Aku tidak berbohong. Coba sendiri saja kalau kau tidak percaya.” Tatapan dingin dari Maya dibalas dengan lumatan kembali dibibirnya.

Kali ini lumatannya tidak lembut lagi seperti tadi. Lumatannya menuntut dan penuh dengan hasrat.

“Ump.” Maya mecengkram kedua lengan kekar itu dengan kuat saat dia merasakan sesuatu yang membakar dalam lumatan bibir Reno yang menuntut.

“Hah hah hah,” jelas terdengar desahan nafas hangat Maya saat Reno melepaskan pagutannya. Maya sedang menghirup dalam dalam udaranya yang hilang beberapa saat lalu.

“Aku sangat menyukai ini sejak awal pertemuan kita, sayang dan umm ternyata ini—mu juga lebih indah.” Reno mengangkat jarinya dari inti milik Maya. Sesaat tadi dia mainkan saat melumat bibir gadis itu.

“Hmm, rasanya ternyata seperti ini. Nikmat dan aku ingin menikmatinya lebih banyak lagi,” gadis itu terkejut dan membekap mulutnya sendiri saat dia melihat Reno menjilat ujung jarinya dengan cairan bening yang keluar dari sana.

Pantas saja semua orang akan ketagihan menikmati ini. Aku pun sama. Ini yang pertama kali aku mencicipinya. Tidak berbau dan benar benar membuat nagis. Bagaimana dengan cairan kentalnya nanti ya,mmm, aku tidak sabar ingin mengisap dan menelan semuanya.

Kini kepala Reno mulai menuruni perut. Maya bahkan tidak sadar kalau Reno pun sudah polos tanpa sehelai benangpun. Entah kapan dia melepaskan celana boxernya. Reno mendorong kepalanya masuk kesana dan melebarkan kedua selangkangan milik Maya.

“Arggh umm shh hah hah hah!” Maya terkejut. Kedua matanya membulat dengan lebar. Tangan sudah meremas seprei dan tanpa sadar dia sudah mengigit bibirnya saat merasakan gerakan Reno didalam intinya.

Tubuhnya mengejang. Melenjing dan tak memerlukan waktu lama, Reno sudah merasakan cairan yang diinginkannya keluar perlahan. Hangat menyentuh bibirnya dan tanpa ragu Reno mengisapnya sampai habis.

“Ternyata ini benar benar nikmat sayang, kamu yang pertama dan aku sangat menyukai ini.” Blashh tanpa ampun lagi Reno sudah memasukkan keperkasaannya ke dalam inti Maya.

“Arrgghh sa—sa—sakit!” jerit Maya. Nafasnya tertahan. Dia merasakan sesuatu yang keras merobek intinya dengan paksa. Air matanya berlinang di pipi. Dia tahu, mahkota yang dijaganya selama dua puluh tahun ini sudah lenyap diambil oleh lelaki tampan dan bertubuh besar yang kini sedang berada diatas tubuhnya.

“Ma—maaf, tapi ini tidak akan lama, bersabar sedikit lagi ya!” entah kenapa saat melihat Maya meneteskan air mata, hati Reno merasa bersalah. Dia tak pernah merasakan ini sebelumnya pada wanita manapun yang digagahinya. Dan hampir semua wanita yang digagahinya bersama Rama, rata rata sudah tidak ada yang bersegel seperti Maya.

Sepantasnya Reno dan Rama tidak akan merasakan bersalah karena merenggut kehormatan mereka secara paksa.

Maya hanya mengangguk pelan. Dia mengerti. Dan mencoba mengatur nafasnya, baginya kalau pun dia berontak tetap sia sia. Maya merelakan semua seperti apa yang dikatakan Reno sebelumnya. Berkorban sedikit untuk kesembuhan ibunya.

“Ah—sstt sh sh ahh— to—long pelan sedikit.” Maya memejamkan matanya saat merasakan benda tumpul tadi ditarik perlahan oleh Reno dan dimasukan kembali perlahan.

“Umm shh ah,” Maya mengeratkan giginya saat gesekan perih dan nyeri mulai bergerak pada otot ototnya. Kembali Reno mengentakkannya dengan kuat beberapa kali hingga dia merasakan keperkasaannya itu benar benar ditelan hingga mentok oleh inti milik Maya.

“Ahh senikmat ini umm sempit, menjepit dan benar benar gila. Umm ini enak banget sayang, umm!” Reno mulai menaikan ritme gerakannya hingga dia merasakan sesuatu yang hangat berwarna merah mengalir di urat urat keperkasaannya. Reno menariknya keluar dan membiarkan warna merah ini membasahi seprei putihnya.

Aku tidak akan melepaskanmu, Maya. Percayalah, kau akan kujadikan langganan penghangat ranjangku. Aku sangat menyukai ini. Ini sangat berbeda dari yang lainnya. Karena kau adalah yang gadis pertama yang kugagahi sampai keperawananmu hilang bersamaku.

Kembali Reno memasukkannya kembali. Dia masih melihat reaksi Maya memalingakan wajah pasrah dengan kedua matanya terpejam.

Benar benar menggemaskan. Dia pasrah seperti ini saja sudah berhasil menggodaku, apalagi dia bersikap liar seperti Nadia.

“Umm ahh ahh shh,” kini Reno dapat merasakan ritme nafas Maya tak seperti diawal. Gadis itu sedang menikmati semua hentakan diatas tubuhnya.

“Buka matamu sayang, lihatlah aku dan rasakan semuanya,” perlahan Maya memalingkan wajahnya dan membuka matanya. Meski takut dan ragu, akhirnya dia bisa melihat dengan jelas wajah laki—laki tampan yang sedang bergerak perlahan diatas tubuhnya.

“Rasakan sayang umm dan sebut namaku kalau kau menyukainya,” ingin rasanya Maya menolak perasaan itu, tapi semakin dia menolaknya, tubuh Maya berkata lain. Dia merasakan semua deru nafasnya yang makin cepat, desirannya makin memuncak dan ….

“Ahh shh umm Reno ahh shh terus Ren ahh shh itu enak sekali,” akhirnya lolos juga kata kata yang memang diinginkan oleh Reno.

“Gadis pintar ya begitu shh sebut namaku ahh shh umm!” lengguhan panjang dari Reno kian menjadi apalagi tubuh Maya tidak memberikan penolakan lagi.

Hingga, “ah Maya aku mau sampai aghh!” hujaman Reno makin cepat dan tanpa dia sadar mengeluarkan cairannya didalam sana. Maya pun tak lama menyusul dan mengejang hebat. Pertama kali dia merasakan pelepasannya bersama orang yang dikenalnya siang tadi.

Tubuh Reno roboh diatas tubuh Maya. Ini pertama kalinya Reno berkerja sangat keras. Dan dibalik pintu, ada yang tidak pergi. Dia mendengarkan semua desahan dan erangan yang Maya keluarkan.

Sabar Rama, sebentar lagi kamu juga pasti akan merasakan apa yang sedang Reno rasakan sekarang.

Rama mengelus halus sesuatu yang terus minta dikeluarkan dari balik celananya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel