Bab 5 Bersulang
Tepat pukul 6 sore, Elken pun pergi menuju alamat yang diberi para penjahat. Tak lupa dia membawa uang yang diminta sebagai tebusan dalam bentuk tunai. Rasa lelah hilang seketika karena bersemangat untuk bertemu dan membawa Elle pulang. Adapun lokasi pertemuan ternyata diubah mendadak dan mengacaukan anak buah yang sudah berjaga di lokasi sebelumnya tanpa alasan jelas. Dengan demikian, Elken meminta semua untuk menunggu di rumah saja dan cukup dirinya menemui para penjahat yang tentu tidak bodoh. Semua dilakukan semata-mata demi keselamatan Elle yang bisa saja terancam. Mobil yang dikendarai Elken memasuki pinggiran kota Bogor di mana jalan sepi dan banyak pepohonan terasa mencekam. Menyusuri jalan itu sekitar 500 meter, akhirnya terlihat gedung tua yang dikelilingi tembok tinggi dan minim penerangan. Tiba-tiba mobil yang dikendarai Elken dihentikan dua pria berpakaian preman dan seketika menginjak rem.
'Tok tok tok'
Salah satu pria mengetuk keras pintu mobil dan segera Elken menurunkan kaca jendela.
"Cepat keluar!" seru pria itu yang memasang raut sangar. Elken mematikan mesin mobil dan turun tanpa membawa apapun di tangannya. Dia berhadapan dengan dengan pria tersebut dengan raut berani.
"Mana adikku?" tanya Elken berpusat pada Elle karena tujuannya ke sana memang untuk menjemputnya.
"Apa kaubawa uangnya?" tanya pria itu lagi tanpa me jawab pertanyaan Elken.
"Mana adikku?" sentak Elken dengan suara dingin dan menatap nyalang padanya.
"Dia ada di dalam Bawa uangnya dan ikut kami!" Sebuah perintah terdengar tak kalah tegas. Dengan raut kesal Elken membuka pintu mobil dan membawa sebuah koper berisi uang yang dijadikan tebusan. Elken digiring memasuki gedung itu dan terasa mencekam. Bahkan, keadaan gedung sudah tak layak pakai karena banyak ditumbuhi pohon liar dan ilalang. Elken mengikuti langkah mereka hingga terhenti di sebuah ruangan besar. Tentunya di sana terdapat kursi kayu di mana ada seorang pria berkepala botak sedang menghisap rokok. Dia tak sendiri karena ada dua wanita berpakaian seksi dan ditaksir adalah gundiknya.
"Bos, dia sudah datang!" seru pria yang membawa Elken dan mengalihkan semua ke arahnya. Tatapan tajam tertuju pada Elken disertai raut tegang. Bahkan, mereka menatap saksama penampilan Elken yang datang mengenakan celana jeans dan jaket hitam sambil membawa sesuatu di tangan kanan. Malas berbasa-basi Elken pun berseru.
"Mana adikku?" tanya Elken langsung ke inti masalah. Namun, semua yang ada di ruangan itu justru tertawa hingga membuat tangan Elken mengepal. Selanjutnya salah satu wanita berjalan perlahan mendekat pada Elken dan melakukan gerakan erotis di depannya. Bahkan, wanita itu menggesekkan dadanya yang seolah ingin tumpah di punggung Elken demi membangkitkan gairah. Sayangnya, harapan berbalas tak terjadi dan Elken justru berkomentar pedas.
"Hentikan tingkahmu yang bodoh! Kau terlalu murah untuk dicicipi!" Wanita itu terkejut bukan main. Baru kali ini ada orang yang mengatakan hal itu padanya dan menunjukkan penolakan. Tanpa sungkan, wanita itu melayangkan tamparan di pipi Elken seraya menimpali.
"Kau akan membayar ucapanmu, brengsek!" Wanita itu memaki dan Elken masih bergeming di mana matanya fokus pada pria botak yang memperhatikan sejak tadi dan membiarkan wanita itu bertindak seronok.
"Hahaha ...." Pria botak itu tertawa lepas dan cukup panjang. Wanita tadi tampak merajuk dan sayangnya didorong dengan kasar olehnya hingga terhuyung ke belakang. Beruntung ada seorang anak buah yang cukup sigap membantunya berdiri tegap, meski rautnya begitu kesal diperlakukan demikian. Tiba-tiba tawa itu reda disusul pria tersebut menginjak puntung rokok yang dia buang. Kakinya menginjak puntung rokok tersebut dengan tatapan kesal pada Elken pertanda sudah berhasil menunjukkan sifat aslinya.
"Berani sekali kau anak muda. Aku tak menyangka si imut memiliki seorang Kakak yang tak kalah tampan. Kau pasti bisa jadi tambang emasku!"
"Hentikan ocehanmu dan langsung saja ke intinya. Sesuai kesepakatan aku datang membawa uang yang kauminta dan mana adikku?" Elken sudah tak sabaran ingin memastikan Elle dalam keadaan baik. Dia ingin segera membawanya pergi dan menghilangkan trauma yang pasti dimiliki.
"Tidak semudah itu anak muda. Pasalnya adikmu sudah kurang ajar karena berani menamparku siang tadi. Lihat apa yang adikmu perbuat!" serunya mematahkan harapan Elken yang membuktikan kalau transaksi pasti melenceng. Elken melihat dengan jelas ada bekas cakaran di pipi pria botak itu dan kemungkinan perlawanan dari Elle. Bersamaan dengan itu, Elken kian cemas sekiranya apa yang dilakukannya pada Elle yang berani melawan.
"Pasti kau yang memulai sehingga dia melakukan perlawanan. Dia adalah anak yang baik dan tak suka menyakiti orang lain, kecuali diganggu lebih dulu!" Pembelaan dar Elken terdengar dengan tatapan sinis yang begitu nyata. Adapun mata Elken menatap waspada pada mereka yang berjumlah 7 orang di mana 2 di antaranya adalah wanita. Pria botak itu merasa tersinggung dengan perkataan Elken karena memang dia yang lebih dulu mengganggu Elle.
"Bawa anak itu ke sini!" Perintah diberikan dan segera dituruti oleh seorang pria yang pergi entah kemana. Elken berharap kalau Elle baik-baik saja tanpa ada luka sedikitpun hingga pria tadi kembali bersama rekannya membawa Elle dengan tangan terikat.
"Elle!"
"Kakak!" Elken dan Elle akhirnya bertemu. Ada rasa lega dan bahagia karena mereka masih bisa dipertemukan, meski keadaannya tidak baik. Tangan Elle dipegang kuat pria itu dan tampak meringis.
"Lepaskan dia dan ambil uangnya!" seru Elken seraya mengangkat koper di tangan kanan. Semua mata tertuju ke arah koper berisi uang tebusan yang amat banyak. Pria botak itu memberi isyarat agar melepas Elle bersamaan koper itu diserahkan. Elken segera memeluk Elle yang terlihat lusuh dan melepas ikatan pada tangan. Betapa kesal hati Elken melihat bekas ikatan di pergelangan tangannya yang kecil karena kemerahan juga ada lecet. Elken lebih dulu memeluk erat Elle dan bersyukur bisa melihatnya dalam keadaan utuh. Penjahat itu membuka koper dan memastikan uang dalam bentuk dollar tersebut adalah uang asli.
"Manis sekali uang ini anak muda. Apa kau ada uang lebih yang bisa dibagi pada kami, huh?" celoteh pria botak dengan seringaian yang membuat Elken muak.
"Tak ada pelanggaran dalam kesepakatan dan biarkan kami pergi dari sini!" balas Elken dengan tangan menggenggam erat Elle seolah takut lepas. Dia bisa merasakan tangan Elle yang dingin pertanda dia sedang ketakutan. Elken malas meladeni dan segera berbalik badan untuk meninggalkan ruangan itu, tapi terdengar teriakan bersamaan dua pria menghadang laku mereka.
"Siapa yang mengijinkamu pergi, huh? Urusan kita belum selesai," seru pria itu dengan tajam hingga mau tak mau Elken memutar tubuhnya lagi. Dalam hati, Elken merasa dipermainkan karena mereka tak membiarkan untuk pergi, sedangkan tak ada lagi urusan dengan mereka. Elken berdiri dengan tatapan tajam hingga kalimat janggal diutarakan pria bernama Markus tersebut.
"Kau boleh pergi setelah kita bersulang!"