7
Arga dan Nita saling menatap dan melirik ke arah Abigail dan Zia yang sama -sama diam menikmati sarapan pagi.
Sejak kemarin Abigail memilih tidur di kamar tamu, tepat disamping kamar Arga dan Nita. Kamarnya yang ada di atas di biarkan terbuka lebar tanpa pintu. Abigail tidak mau pintunya di perbaiki dan di biarkan seperti itu.
"Jangan sampai kejadian kemarin terulang lagi. Untuk meminimalisir efek buruk kejadian yang berulang. Papa dan Mama sepakat untuk memberikan kalian dua pilihan. Pilihan ini cukup sulit kami pilih demi jalan terbaik. Tapi ... sebelum pilihan ini Papa lontarkan. Mungkin ada yang ingin kalian sampaikan? Atau sesuatu hal yang ingin kalian ucapkan untuk kebenaran soal kemarin?" ucap Arga tegas.
Abigail menghentikan kunyahan roti di dalam mulutnya dan menatap lekat ke arah Arga. Abigail tidak takut sama sekali.
"Pilihan apa Pah? Abi gak salah soal ini," tegas Abi dengan suara lantang penuh keyakinan.
"Papa dan Mama gak tahu siapa yang salah dan siapa yang benar. Nanti juga terlihat siapa yang salah, siapa yang benar. Sekarang kalian berdua harus terima konsekuensinya," ucap Arga tegas tanpa bisa di ganggu gugat.
Zia hanya melirik sekilas ke arah Arga dan melempar pandangannya ke arah Abigail yang menatap Arga dengan kesal. Nita menangkap sorot mata Zia yang terlihat tenang. Biar bagaimana pun juga, Nita lebih percaya pada ucapan Abigail, putra kandungnya di bandingkan Zia.
"Hah ... Abi mau berangkat sekarang," ucap Abigail langsung berdiri tanpa mencium pipi kedua orang tuanya. Hatinya masih kesal di tuduh trelah melakukan hal yang tidak baik pada Zia. Padahal Zia yang telah berhasil merusak kepercayaan orang tua Abigail.
"Abi ... Abi ... Ini bekal untuk kamu, Nak. Hari ini kamu ada pelajaran olah raga, kan?" ucap Nita langsung berlari sambil memberikan tas bekal kepada Abigail.
Abigail menoleh dan menatap kedua mata Nita yang begitu sendu. Abigail hanya menerima tas bekal itu dan berbicara sangat pelan sekali, "Abi tidak bersalah, Ma."
Nita hanya mengangguk kecil dan memberikan senyuman penuh arti kalau Nita mempercayai ucapan Abigail "Mama percaya."
Abigail ikut mengangguk dan pergi begitu saja meninggalkan Nita yang terus menatap putra semata wayangnya sampai menjauh pergi.
"Tante, Zia berangkat dulu," ucap Zia tiba -tiba berpamitan dan seperti sedang terburu -buru.
"Ekhemmm ... Iya, Zia ... Hati -hati," ucap Nita ramah.
Zia berlari dengan cepat dan senagja mengejar Abigail yang sudah jauh berada di depan. Nita menatap semua itu dengan heran. Kalau benar, Abigail ingin melakukan hal tak baik pada Zia, seharusnya ada rasa suka yang di tunjukkan atau paling tidak rasa penasaran dan perhatian yang agak berbeda. Bisa melalui kontak mata, atau tindakan juga. Tapi semua tanda -tanda itu tidak sama sekali ada pada Abigail, malah yang terkesan mengejar -ngejar adalah Zia.
Nita kembali masuk ke dalam rumah menuju ruang makan untuk menemani suaminya menyelesaiakan sarapan paginya.
Dengan hembusan napas yang kasar dan duduk dengan sikap tak biasa, Arga paham kegelisahan apa yang sedang di rasakan oleh istrinya itu.
"Kenapa? Hemm? Kamu mau menolak keputusan yang sudah aku buat, Nita?" tanya Arga pelan mencari kejujuran dimata Nita.
"Apa salah? Jika seorang Ibu lebih mempercayai ucapan anak kandung sendiri? Apa salah? Kalau seorang Ibu membela anak kandungnya sendiri?" tanya Nitaa denagan suara memohon agar Arga lebih bisa bijak lagi mengambil dua keputusan yang sangat sulit itu.
"Sayang ... Posisiku saat ini berat sekali. Kamu tahu? Martin tadi malam sudah menghubungiku, dan ternyata Zia sudah lebih dulu bercerita pada Martin. Bukan aku tidak mau membela putraku sendiri. Aku pun sebagai Ayah lebih mempercayai Abigail di banding orang lain. Aku tahu, Abigail selalu jujur dan bertindak baik. Dulu, sewaktu dekat dengan Dara, amsalah seperti ini tak pernah terjadi. Mereka sering main bersama dan tidur dalam kamar yang sama, tapi semua aman -aman saja," ucap Arga juga merasa dilema.
"Lalu? Keputusan Mas Arga, gimana?" tanya Nita penasaran. Apakah ucapannya ini mampu merubah keputusan Arga atau malah sebaliknya, Arga semakin tidak peduli dan tetap mengambil keputusan itu.
"Beri aku waktu untuk memikirkan ini," ucap Arga lirih sambil memijat kepalanya yang terasa pening memikirkan masalah ini.
"Ingat, beberapa hari lagi Martin akan datang ke rumah ini. Itu tandanya, Mas Arga harus siap dengan jawaban keputusan yang Mas Arga ambil," ucap Nita pelan.
"Iya sayang, aku ngerti. Aku akan bersikap adil, tidak merugikan anakku dan tidak membuat kecewa sahabatku," ucap Arga pelan lalu berpamitan untuk berangkat ke Kampus.
***
"Abi ... Abi ...," panggil Zia dengan suara keras sambil berlari mengejar Abigail. Namun, Abigail tetap tak peduli dan berpura pura tak mendengar sama sekali.
Abigail berhenti di halte bis untuk menunggu bis sekolah yang akan mengantarkan keduanya ke sekolah khusus itu.
"Bi ... Jangan diam saja dong. Kenapa sih? Kamu masih belum bisa nerima aku, Bi? Apa kurangnya aku?" ucap Zia sambil menatap Abigail yang sama sekali tak merespon Zia.
"Bi! Kamu denger Zia ngomong kan? Kamu kenapa sih?" tanya Zia masih merasa tak bersalah.
Sampai bus sekolah itu datang, abigail tetap mendiamkan Zia dan memilih duduk di samping orang lain. Zia pun malah memilih berdiri di dekat Abigail, padahal bis sekolah itu kosong.
Abigail memasukkan tas bekal yang dari Nita dan kembali fokus menatap jalan yang di lalui bis itu hingga akhirnya sampai tepat di depan halte bus sekolah mereka.
"Bi!! Kamu gak budek kan!!" teriak Zia semakin kesal dan emosi dengan diamnya Abgail. Tapi Abigail tetap tidak peduli sama sekali.
"Kenapa Zi?" tanya Keanu pada Zia yang menatap nanar ke arah Abigail.
Zia melirik ke arah Keanu dan menatap kesal pada lelaki yang selama ini ia mintai pendapat.
"Ini semua gara -gara lo, Nu!!" ucap Zia kesal.
"Hah? Kok gue jadi di bawa -bawa? Pakai di salahin juga lagi," ucap Keanu tak suka dan harus cuci tangan soal ini. Jangan sampai, Abigail, sahabatnya itu tahu kalau smeua itu adalah rencana yang di buat Keanu untuk membantu Zia.
"Iyalah. Gue udah bayar lo banyak. Secara lo itu temen Abi, jadi lo tahu soal Abi. Tapi apa? Gue ikutin saran lo, malah gue yang sekarang di diemin sama Abi," ucap Zia kesal.
"Emang lo lakuin apa?" tanya Keanu penasaran sambil menatap ke arah Abigail yang telah menjauh pergi.
"Ya sesuai saran lo aja. Lo nyaranin gue apa?" ucap Zia penuh emosi.
"Gue cuma nyaranin lo untuk gercep. Mumpung Abi itu masih free. Emang lo lakuin apa?" ucap Keanu tertawa.
"Hiss ... Udahlah. Lo sekarang cari cara, biar Abi bisa jatuh cinta sama gue!! Kalau perlu buat dia amnesia biar gak inget sama yang namanya Dara. Atau ...," ucap Zia sambil menggemerutukkan giginya dengan geram.
Keanu hanya tersenyum melihat obsebsi Zia.