Bab 3
"Jika ingin diingat selamanya, maka kita harus membuat sesuatu yang berkesan. Sekarang katakan padaku, apa yang harus aku lakukan agar kau terkesan?"
-cantikazhr-
Pipi Shakira merah padam menahan malu, tanpa berkata apapun lagi, ia memasangkan dengan benar kemeja Daniel yang sebenarnya cukup besar melekat di tubuh mungilnya.
Kesialan Shakira sepertinya terus berlanjut, dan ia berharap hari ini cepat usai karena Shakira sudah tidak dapat bertahan lagi jika setelah ini masih ada hal memalukan yang akan terjadi padanya.
Daniel memahami situasi gadis itu, pasti Shakira malu. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung harus bersikap seperti apa karena Daniel sendiripun sebenarnya sudah salah tingkah karena tali surga yang ia saksikan tadi.
"Yaudah, kita ke kantin aja," ucap Daniel seolah melupakan hal memalukan barusan. Lelaki itu merangkul bahu Shakira dengan santai, namun Shakira segera melesat, menghindari rangkulan Daniel.
Daniel menatap Shakira dengan alis terangkat satu. "Apaan lagi?"
Shakira bergeming di tempatnya.
"Yaampun, gue udah lupain pemandangan tali surga tadi, kok. Walaupun warna hitam itu masih jelas terputar di otak gue," ucap Daniel dengan nada santai. Namun, Daniel tidak sadar bahwa ucapannya barusan semakin membuat Shakira merasa malu di hadapannya.
Shakira mengambil tas ranselnya yang tadi sempat terjatuh, kemudian berlari entah ke mana. Meninggalkan Daniel yang berdiri di tempatnya seraya menatap gadis itu heran.
"Itu cewek hoby lari, ya?" heran Daniel mengingat Shakira baru saja berlari 5 putaran di lapangan basket.
***
"Adel, gue malu, malu, malu!" Shakira mengeluarkan ingusnya ke dalam tisu, kemudian melemparnya asal.
"Sha, bisa nggak jadi cewek tuh nggak jorok?!" Omel Adelia yang sejak tadi beralih pekerjaan menjadi tukang ambil tisu. Bayangkan saja, jika ia tidak memunguti tisu yang dilempar Shakira dengan sembarang, maka kamarnya akan menjadi lautan tisu yang dipenuhi ingus.
"Gue tuh malu, Adellll!" Shakira menutup wajahnya dengan bantal berbulu bentuk kepala hello kitty milik Adelia.
"Yaudah sih, Sha. Daniel cuman liat pembungkusnya doang 'kan, kaga liat isinya?" celetuk Anna, sahabat Shakira yang lainnya.
Tangis Shakira makin pecah, membuat Adelia menepuk jidatnya kemudian memijit pelipisnya yang terasa pening. Adelia mengalihkan pandangannya pada Anna yang tengah asik memakan kripik pisang, seakan tidak sadar kalau ia baru saja menyiram minyak tanah pada bara api yang hampir padam.
"Na, lo jangan makan aja dong, bantuin bikin Shasha diem, kek! Gue capek hampir 3 jam mungutin tisu, tisu gue udah abis sekotak!" geran Adelia pada Anna.
Anna menoleh kemudian mengibaskan tangannya. "Udah, Del. Shasha tinggal dikasih foto abs oppa oppa ntar juga mingkem."
"Itu mah elo, Na!" Adelia menoyor jidat Anna. "Sejak kapan Shakira suka Korea?!"
Anna nyengir kuda. "Panggilin Daniel aja, gimana? Kali aja langsung diem."
Adelia menepuk jidatnya sekali lagi. "Anna, lo bego apa tolol 'sih?! Lo tau kan penyebab sahabat kita nangis itu gara-gara Daniel Manggala Wdyatmaja si Troublemaker Boy itu?!"
"Emang Shasha nangis gara-gara dia, Del?" tanya Anna menampilkan wajah bloonnya.
"Kapan sih, Adel dikasih sahabat yang waras?" Adelia menatap nanar ke plafon kamarnya.
Satu sahabat keras kepala seperti Shakira, ditambah satu sahabat yang kemampuan cerna otaknya di bawah rata-rata seperti Anna sudah cukup untuk membuat Adelia setres naik darah setiap harinya.
***
Daniel berjalan santai memasuki ruangan dengan penerangan remang-remang itu. Di dalam, sudah banyak teman Daniel yang menunggu, termasuk Dito, sahabat sekaligus manager yang Daniel angkat sepihak tanpa menunggu persetujuan yang bersangkutan.
Ingat, ia anak Sultan, ia bebas melakukan apapun. Ditambah lagi ia seorang Wdyatmaja, apapun bisa kau dapatkan saat kau menyandang nama belakang itu. Maka, kehidupan kurang sempurna apalagi yang tidak Daniel miliki?
"Lo nggak race malam ini, Dan?" tanya Arka, salah satu teman Daniel yang ia kenal dari sirkuit balap.
"Lagi males," sahut Daniel, tidak lupa menampilkan cengirannya.
"Gue baru denger untuk pertama kalinya, seorang Daniel Manggala Wdyatmaja 'males' ikut race. Tadi pagi matahari masih terbit dari barat, kan?" celetuk Mika, salah seorang teman Daniel yang ia kenal di bar ini.
Daniel hanya terkekeh sebagai jawaban. "Eh, mana temen lo yang satu itu? Siapa namanya, Duren?"
"Darren, sialan." Mika tertawa geli. "Hoby lo ngeganti nama orang masih nggak berubah ya, Niel."
Daniel ikut tertawa, "Nah iya tuh, si Dirran. Mana dia?"
"Darren, astaga. Sahabat gue yang satu itu bisa panas kupingnya disebut-sebut mulu," ujar Mika. "Ada lah dia, sekarang udah nggak main ke sini lagi."
"Terus, napa lo masih main ke sini?" tanya Daniel.
"Biasalah, gue lagi ada problem sama cewek gue," jawab Mika yang membuat Daniel mengangguk paham.
"Yah, terkadang kita para cowok juga butuh pelampiasan. Setelah capek menghadapi makhluk ribet bernama perempuan, sekali-kali otak cowok perlu di-refresh." celetuk Arka yang membuat mereka semua mengangguk setuju.
"Nah, bener tuh kata Raka." Daniel mengacungi jempolnya.
"Nama gue Arka, kampret. Bukan Raka."
"Eh, iya, Rega. Sorry-sorry, Reg. Gue lupa," Daniel terkekeh.
"Bodo amat." Arka memilih untuk menyesap minumannya.
"Udah ah, gue cabut duluan." Mika bangkit dari duduknya, kemudian ber high five dengan mereka yang ada di sekitarnya.
"Yo, tiati, Dika!" Daniel melambai pada Mika yang mulai menghilang di tengah kerumuman.
"Lo lama-lama kudu ngadain syukuran ganti nama buat semua orang yang lo panggil deh, Niel." Dito menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Buat apaan?" tanya Daniel seraya menaikkan sebelah alisnya.
"Dalam 1 hari, lo bisa ganti nama orang sampe lima kali, Coy. Untung yang punya ikhlas-ikhlas aja, coba kalo engga? Bisa dituntut pasal pergantian nama secara sepihak," omel Dito. Ia sangat heran, sepertinya seluruh keluarga Wdyatmaja sangat menyukai keputusan sepihak.
Daniel tertawa meremehkan, "Memangnya siapa yang berani menuntut seorang Wdyatmaja dengan darah Bramasta di dirinya?"
Mulai dah anak Sultan songongnya, batin Dito.
Nama Dito sebenarnya bukan nama asli. Nama asli Dito adalah Adit Mulia, panggilannya pun bukan Dito melainkan Adit. Ini ulah Daniel yang terus-terusan memanggilnya Dito, entah dapat darimana nama itu. Setiap kali Dito mencoba protes karena panggilan namanya yang tidak sesuai, maka jawaban Daniel selalu sama.
"Masih mending gue panggil Dito, bukan Dita."
"Bodo amat, dah. Btw, malam ini lo ada job, jangan lupa," peringat Dito mengingat lupa adalah nama tengah Daniel.
Daniel nampak berpikir sebentar, kemudian menoleh pada Dito.
"Kosongin semua jadwal gue malam ini," ucapnya yang membuat Dito mengernyitkan dahi.
"Kenapa?"
"Ada lah, urusan." Daniel mengibaskan tangannya, memberi kode agar Dito tidak bertanya lagi.
Dito mengangguk-angguk saja, beruntung ia belum melakukan deal dengan sang bos untuk pekerjaan malam ini. Hingga tidak perlu pusing untuk mencari alasan membatalkan karena kebiasaan Daniel selain pelupa, ia juga hoby membatalkan sesuatu secara mendadak dan sepihak.
Mata Dito tidak sengaja menangkap sosok Alex, salah satu murid SMA Golden yang cukup dikenal dengan tingkah nakalnya, apalagi lelaki itu ketua geng Alardo yang kerap membuat onar dan merusak nama baik SMA Golden.
Dito menyikut pelan Daniel, hingga lelaki itu menoleh dengan alisnya yang terangkat satu.
"Apaan?"
"Tuh," Dito menunjuk ke arah Alex dengan dagunya.
Daniel mengikuti arah yang ditunjukkan Dito, kemudian memasang seringaian khas-nya.
Alex tiba di hadapan Daniel, lelaki itu memasang ekspresi datar. Daniel tahu penyebab perubahan raut wajah lelaki itu, sebab kekalahan yang baru saja Daniel berikan padanya.
"Jadi, lo mau nantang apa kali ini?" tanya Daniel.
"Kalau sampai gue denger dia sakit gara-gara lo," Alex menatap Daniel tajam. "Gue habisin lo!"
Setelahnya lelaki itu pergi, meninggalkan Daniel yang bersidekap seraya tertawa penuh kemenangan.
"Coba aja, Felix."
"Namanya Alex, bego." Dito menoyor kepala Daniel.
To be continued
Bagaimana sejauh ini Troublemaker Boy 3 ??