Bab 4 | Saling Mengenal
Kedua pasangan suami istri itu berjalan saling beriringan menuju Cafe yang ada di lantai tiga di kapal pesiar ini. Begitu banyak ornamen dari bambu dan bunga sakura yang menjadi dekorasi Ginza Cafe. Begitu banyak tamu yang berkunjung untuk menikmati music atau hanya sekedar makan malam. Rata- rata pengunjung berasal dari negeri Sakura ini.
Valerie, Marc, Dylan dan Laura mengambil salah satu sudut meja yang memuat untuk empat orang. Mencari spot yang sedikit lengang dari orang lain.
"Aku tidak menyangka akan bertemu dengan orang yang berasal dari Paris disini," ujar Marc memulai percakapan diantara mereka.
"Yah aku juga, ini seperti kita berempat sedang janjian untuk berlibur di sini, hahahha!" Dylan tertawa sambil melirik ke arah Valerie.
"Ini perayaan pernikahan yang ke berapa tahun untuk kalian?" tanya Dylan.
"Ini tahun ketiga kami,"jawab Marc dan tertawa kecil.
"Bagaimana dengan kalian?” Marc bertanya balik.
"Hahahha... Kebetulan yang luar biasa, kami juga merayakan anniversary pernikahan kami yang ke tiga," tawa Dylan renyah.
"Dia sangat ceria," gumam Valerie dalam hati melihat ke arah Dylan. Wajah tegas dan macho Dylan membuat Valerie sulit mengalihkan perhatiannya.
"Wah benarkah? Kalau begitu kita harus merayakannya!" seru Marc semangat.
Dylan dan Marc memanggil pelayan untuk memesan minuman beralkohol dan beberapa cemilan. Sambil menunggu pesanan, mereka kembali berbincang.
"Berapa lama kalian akan berada di Jepang?" tanya Valerie melihat ke arah Laura yang duduk di hadapannya.
"Hmm, mungkin masih tiga harian lagi," jawab Laura.
Valerie menatap kagum kepada Laura, "Pasti sangat menyenangkan,”
"Kalau kalian ?" Laura bertanya balik.
"Dua hari lagi, kami harus langsung kembali ke Prancis, karena Marc sudah harus kembali bekerja," ucap Valerie dengan nada sedikit kecewa.
Marc tersenyum, "Iya sayang, next time kita atur jadwalku kembali, jadi kita bisa berlibur lebih lama lagi," ucap pria tersebut sambil mengusap kepala Valerie dengan manja.
Valerie menoleh ke arah Marc dan tersenyum manis, "Janji?"
"Janji sweety," jawab Marc mencubit gemas istrinya yang manja.
"Hah! Senangnya kalau menjadi pasangan suami istri dengan seusia mereka, mereka terlihat begitu semangat! Benar- benar membuatku iri! Hahahhaha," gumam Laura lalu meneguk minuman yang memiliki busa tebal di atasnya.
Dylan menoleh ke arah istrinya dan merangkul sang istri, "Hey, apa yang kamu bilang sayang? Bukankah kita selalu bersemangat? Tidak kalah dengan mereka?" protes pria bertubuh atletis itu kepada sang istri.
"Ck! Meskipun begitu, tidak bisa di bandingkan dengan mereka!" jawab Laura santai.
"Kak Laura jangan cemburu, aku dan Marc juga sudah pacaran selama dua tahun, jadi kalau dihitung-hitung kami sudah bersama selama lima tahun! Jadi, tidak sesemangat yang Kak Laura pikirkan!" ujar Valerie tanpa maksud apa-apa, karena melihat wajah sedih dari Laura dia berniat hanya ingin menghibur wanita tersebut.
Tapi Marc yang mendengar hal itu, melirik ke arah istrinya dan ingin menggodanya, "Benarkah? Tidak sesemangat dulu? Padahal kau terus membuat suara lengkingan bagai lumba-lumba semalam suntuk!"
Blush
Valerie melotot ke arah Marc dengan wajah memerah, "Marc! Sejak kapan aku bersuara seperti lumba-lumba?!"
"Pffttt!" Marc tertawa kecil melihat pipi Valerie yang merona.
"Wah! Marc sungguh luar biasa! Kau pasti pandai melakukannya! Tolong ajari Dylan juga lain kali! Hahahhaha!" canda Laura.
"Astaga Kak Laura, jangan percaya kata Marc! Dia hanya mengada-ngada!" dengan wajah memerah Valerie mengatakannya.
Dylan menoleh ke arah Laura, dirinya terlihat santai tapi berkata dengan sedikit berbisik, "Lalu saat semalam, terakhir kali kita melakukannya di kamar mandi, kau membuat suara seperti keledai, sampai- sampai kita harus melanjutkannya di kamar!"
Blush
Laura sontak tersedak ketika suaminya mengatakan hal tersebut, "Sayang! Kapan aku mengeluarkan suara seperti itu?" ucap Laura malu-malu, wajahnya merona merah akibat ucapan suaminya.
Mereka berempat terdiam dan larut dengan pikiran masing-masing.
Marc melihat ke arah Laura yang menoleh ke samping, "Aku jadi penasaran dengan suara keledai yang dia keluarkan?"
Dylan pun menatap wajah Valerie, "Ugh! Apa kamu benar-benar mengeluarkan suara bagai lumba-lumba Valerie?" batinnya.
"Aku jadi penasaran?"ucap Marc dan Dylan dalam hati sambil melihat ke pasangan lawan masing- masing.
"Aku ke toilet dulu," ujar Marc memecah keheningan, dan diangguki oleh mereka bertiga.
Dan saat Marc ke toilet. Dylan bertanya kepada Valerie karena tahu di mana kamar Valerie sebelumnya. Dia hanya ingin memastikan, apa yang ia lihat semalam tidak salah.
"Kamu dan Marc di room berapa ?" tanya Dylan.
"Kami di kamar 2025," jawab Valerie.
"Eh? Bukannya itu tepat di samping kamar kita Dylan?" imbuh Laura.
"Hahh? Serius Kak Laura?" kaget Valerie.
"Hmm, room kami nomor 2024," jawab Laura sambil mengangguk kecil.
"Bagaimana kalau setelah ini kita lanjut di kamar sayang, sekalian ajak Marc dan Valerie ?" Dylan mengutarakan idenya.
"Ya tentu saja, pasti menyenangkan!" setuju Laura dengan tersenyum merekah.
Berlibur seperti ini dan menemukan teman yang sefrekuensi rasanya sungguh luar biasa.
"Hmm baiklah, kalau begitu biar aku yang memesan minuman untuk bisa di bawa ke kamar," Dylan bergegas ke bagian kasir dan bartender.
"Kamu mau ke toilet?" tanya Laura ke Valerie.
"Gak kak," jawab Valerie menggelengkan kepalanya.
"Ok! Kalau begitu, aku titip barang bawaan ya?" ucap Laura santai.
"Baik kak, sekalian kasih tahu ke Marc kalau kalian bertemu, katakan kalau kita mau ke kamar kalian," tambah Valerie.
Laura mengangkat jempolnya sebagai tanda ok.
Sedangkan di dalam toilet, Marc yang sedang asik buang air kecil, membayangkan tubuh bugil Laura dan mengeluarkan suara keledai yang melengking tinggi.
"Ughh! Itu selalu terbayang di kepalaku!" gumam Marc.
"Astaga! Apa yang sudah aku pikirkan, padahal saat ini ada suaminya saat ini, kau benar-benar gila Marc!" maki Marc dalam hati sambil menghembukan nafas dengan kasar.
Setelah menuntaskan urusannya di dalam toilet, Marc membuka pintu untuk keluar. Tepat saat ia hendak berjalan keluar, Bugh!
"Ahh maaf Marc!" ucap Laura santai.
Padahal saat ini dada besar nan sintal miliknya tengah menabrak dada bidang Marc dan begitu rapat menekan dada pria itu.
Marc terkejut. "I-i-iya," jawabnya gugup.
Laura tersenyum manis, "Oh iya, aku hanya ingin menyampaikan pesan dari Valerie, kalau habis ini kita akan lanjut dengan berkumpul dikamarku dan Dylan untuk minum.”
"Ok! Ok! Aku juga menyukai ide itu!" seru Marc dengan wajah meronanya.
"Shit! Dia sangat seksi dengan mini dress yang dia kenakan! Ough! Dadanya saat ini," gumam Marc dalam hati.
"Ok Marc, tunggu aku ya, aku hanya sebentar di dalam toilet," ujar Laura.
"Ok,” jawab Marc berusaha tenang di depan Laura.