Phoenix dan Kapal Roh
Kiran melongo. Jantungnya berdebar kencang tatkala dia memandang ke langit malam. Di atas Hutan Berbisik, tempat mistis dan terlarang itu, pertunjukan tak terlupakan terpampang di depan mata.
"Apakah itu nyata?" Bisiknya tak percaya. Tapi semua di langit sana jelas terlihat.
Cakrawala tampak dua makhluk bear yang saling kejar. Phoenix dan kapal roh, kapal yang penuh dengan Ahli sihir - Pyromancer dan Hydromancer.
“Aku tak percaya.” Mata Kira terbelalak, tak mau berkedip barang sedetikpun.
Perlu dicatat disini.
Kemampuan terbang, seperti mengendarai makhluk legendaris seperti Phoenix diatas sana, itu adalah sesuatu hal yang sangat mewah di Benua Ayax. Orang dengan status kecil seperti Kiran tak akan bermimpi mengendarai kapal roh, apalagi Phoenix. Hanya Sang Sage Putih dan Kaisar Warlock Hitam lah, sepengetahuan Kiran, yang pernah menikmati kemewahan, terbang bersama makhluk legendaris - ini ada dalam Kisah mistis Kekaisaran Qingchang, tentang pertarungan sang Sage Klan Phoenix melawan Kaisar Hersen.
Kembali ke Hutan Berbisik dengan Kiran yang terpukau akan pertempuran di langit.
Kiran adalah seorang anak yang sangat gemar mendengar dongeng legenda. Di rumah arak -tempat orang berdagang minuman alkohol bernama Brimm The Liquidator, Kiran selalu menanti penampilan Tuan Niraj Singh, pendongeng dengan kisah-kisah legendarisnya tampil di pentas.
Kisah legendaris tentang pertempuran di langit antara Sage Putih melawan Warlock Hitam, kejadian lama, itu adalah kisah favorit Kiran.
Sedemikian kagumnya Kiran akan Tuan Niraj Singh, sampai-sampai ia tahu. Pria itu bukan berasal dari Kekaisaran Qingchang mereka. Niraj Singh adalah pria keturunan Zolia, Negeri di Barat Benua Ayax. Kabar angin berhembus orang berspekulasi, Niraj Singh adalah seorang ahli sihir. Dia agen rahasia dan mata-mata Klan Phoenix Merah.
Tapi semua itu belum terbukti kebenarannya.
Di Langit Hutan Terlarang..
Dua sosok itu berpijar, silau, mereka semakin mendekat ke tanah.
Rooaar!
Tanah bergetar, bau benda terbakar, menyengat, keras tercium Kiran. Dua sosok itu terbang melintas, menyambar di atas kepala Kiran. Sesudahnya mendaki curam ke langit, saling kejar-kejaran dengan kecepatan luar biasa.
“Benar itu adalah Phoenix dan Kapal Roh. Ini perbuatan terlarang.” Batin Kiran ketakutan !
Pantang bagi seorang rakyat jelata di Kekaisaran Qingchang untuk menyaksikan langsung praktik-praktik sihir. Semua itu tertuang jelas di peraturan pemerintah Qingchang nomor 50. Jika melanggar, hukuman cambuk 100 kali adalah hukuman paling ringan.
Tapi rasa takut di hati Kiran menguap cepat, pudar bersama hawa panas yang dimuntahkan, saat sekelompok Pyromancer di kapal itu menembak api dari tangan. Ini luar biasa!
“Pertunjukan semacam ini jarang terlihat. Aku beruntung.” Kiran sangat gembira. Euforia penuh di dada. Lupa segala-galanya. Lupa larangan pemerintah, dan lupa akan hukuman cambuk.
Roar!
Saat kapal roh itu melakukan manuver, dan jaraknya mendekat ke arah tanah, suara desiran angin terdengar mirip badai topan. Daun-daun kering terbang tak keruan. Kiran melongo.
"Itu Kapal yang penuh Pyromancer, bahkan ahli air Hydromancer.” Ia berdecak kagum.
Demikian antusiasnya, sampai-sampai Kiran hampir keluar dari persembunyiannya, mempertontonkan dirinya di lapangan terbuka.
“Jangan lancang Kiran. Kendalikan dirimu!” Ia memberi tahu diri sendiri.
Kembali menyaksikan pertarungan yang serius, Kiran menyimpan detail pertempuran di. "Kapan-kapan aku akan mencoba mempraktekkan semua ini, berpura-pura menjadi satu Pyromancer!" Kiran bangga. Diantara Avena, Kai, dan Ming, dia satu-satunya anak yang melihat pertarungan sihir secara langsung! Rasa takut bercampur geram karena tersesat di Hutan Berbisik, kini berubah menjadi rasa syukur.
Mendadak...
Wush..
Langit menjadi merah.
Api di cakrawala tampak menyala, panjangnya kira-kira mencapai 100 meter
"Phoenix itu marah! Dia menyemburkan api!"
Tampak sesudahnya kelam setelah nyala api menghilang.
Sang Phoenix bergerak dengan Anggun. Dia meliuk, melebarkan sayapnya dan menjauh dari kapal roh. Menjauh dari kapal roh, kemudian berputar dengan serangan yang lebih mematikan. Setiap kali Phoenix bergerak, mahkota di kepala dan tiap helai bulunya di badannya meninggalkan jejak api - menyala-nyala mengerikan. Kuku dan cakar Phoenix tajam mirip seperti pedang pendek!
Kembali di langit. Phoenix terbang cepat menantang kapal roh siap bertabrakan. Semua telah waspada, tapi tiba-tiba Sang Phoenix menyemburkan api besar, sasarannya adalah layar besar di kapal roh.
“Kebakaran!”
Suara Pyromancer itu berteriak memecah sepi.
"Air ! Kutukan Air..
Saatnya giliran Hydromancer beraksi!” Suara itu terdengar panik. Api menyala makin besar. Setengah layer telah terlalap api.
Suara Pyromancer itu Kembali terdengar. Kali ini telah marah.
“Cepat bertindak atau kita semua akan mati. Mengapa pengendali air terlalu lama?”
Lalu ada tiga orang muncul di dek kapal. Sepertinya mereka adalah Hydromancer. Semua menyemprot dengan air yang keluar dari tangannya. Langit menjadi buram. Asap hitam dan bau hangus menguar kemana-mana.
Kiran menjadi marah melihat pengeroyokan itu.
"Ah... Curang. Kalian mengeroyok Phoenix!" Kiran tak dapat menahan diri.
Dari kapal roh tampak semburan air mancur, makin lama makin keras, sesudahnya hujan melanda. Hydromancer memanfaatkan air hujan, kemudian air hujan menjadi semburan air terjun. Semua mengarah ke Phoenix.
Phoenix kelabakan. Ketika air banyak membasahi tubuhnya. Nyala api di sekujur tubuhnya memudar.
Tiba-tiba Kiran dilanda rasa iba. Dia bersimpati pada Phoenix yang dikeroyok itu. Sementara itu, pertarungan di langit terlihat semakin gencar.
Sang Phoenix semakin marah, setelah tubuhnya basah kuyup, semprotan air hydromancer tak kunjung reda.
Sang Phoenix memekik! Muncullah tameng api yang menutupi tubuhnya.
“Itu adalah sihir. Air dan hujan tak dapat menyentuh Phoenix.” Kiran berseru gembira.
Kini Phoenix memekik, terdengar pecah di langit Hutan Berbisik. Dia meliuk di udara, tubuhnya terbang melambung tinggi sembilan puluh derajat lurus ke arah langit.
Kiran menatap terpesona akan jejak api dan kabut kemerahan – air siraman Hydromancer menguap dengan cepat. Phoenix kini menghilang di langit.
Pyromancer, pemimpin kapal roh terdengar senang. Ia mengira Phoenix menjadi. Sang Prymancer terdengar memberi instruksi.
"Kejar! Jangan biarkan makhluk itu lolos." Kapal malju, mengincar langit dimana Phoenix itu menghilang.
"Perhatian – perhatian. Semua Pengendali angin tolong kerahkan kemampuanmu. Dorong kapal ini lebih cepat lagi, menyusul monster itu.
Aku berani bertaruh. Phoenix itu akan menukik dan membantai kita."
Jantung Kiran berdebar.
"Ternyata bukan hanya pengendali air dan api saja di atas kapal itu. Pengendali angin pun mengambil bagian dalam pengeroyokan ini. Siapa sesungguh nya Phoenix itu? Sepertinya makhluk itu memiliki status istimewa!”
Kiran mulai curiga. Pikirannya mengarah pada cerita-cerita dongeng di Brimm The Liquidator. “Apakah Phoenix ini adalah mahluk yang erat hubungannya dengan kisah legendaris itu?” Kiran bertanya-tanya.
Sementara itu. Di cakrawala tampak demonstrasi baru yang membuat Kiran ternganga.
Pengendali angin - Aeromancer itu keluar dan berdiri di geladak kapal. Jumlahnya tiga orang. Seketika tiga Aeromancer itu lalu melayang, mereka tterbang dan mengapung di udara. Jaraknya dua tombak di atas geladak kapal roh.
"Mustahil! Adakah kemampuan terbang semacam itu?" Kiran tak percaya.
Tiga Aeromancer melambaikan tangan. Suasana berubah membeku ketika angin taufan tercipta. Munculnya tiba-tiba.
Kiran menatap kejadian itu dengan tatapan gusar.
"Curang ! tiga belas orang sudah yang bertarung dan menyerang Phoenix itu seorang diri!
Kalian penyihir-penyihir yang tak tahu malu !" Kiran mengumpat.
Dia lupa kalau kejadian di depan mata bukanlah pertunjukan sulap. Itu adalah pertarungan hidup dan mati.
Roarrr! Kiran mendongak ke langit, ia berdebar.
Tampak Phoenix itu sekarang menukik tajam. Cepat seperti cambukan angin pantai. Di lain pihak Kapal roh tak kalah cepatnya, terbang secepat peluru membelah langit. Kapal roh memanfaatkan dorongan angin sihir dari tiga Aeromancer.
Tabrakan akan terjadi!
Kiran menutup mata, tak sanggup melihat benturan nanti.
"Aku tak sanggup membayangkan apa yang bakal terjadi!"
Wussh!
Suara gemeretak api terdengar kencang, ketika Phoenix membuka mulut. Api sihir menyembur.
Sayang air dan angin para penyihir membelokkan serangan sang Phoenix.
Phoenix itu meliuk!
Api besar lagi. Semua disemprot Phoenix sambil menukik tajam. Sasarannya kini berubah. Sang Phoenix mengunci badan kapal, dengan kukunya setajam pedang. Ia berniat menghanguskan kapal roh serta segala isinya.
"Mati !" kutuk Kiran dari pinggiran lapangan.
Tameng raksasa terbentuk, ketika itu Hydromancer mengubah air hujan menjadi buff shield - bentuknya membulat melindungi bagian depan kapal. Tapi…
Kraak !
Sayangnya Phoenix itu meliuk lincah. Dalam gerakan menikung, sepasang cakar setajam pedang pendek merobek badan Kapal Roh.
Duar!
Badan kapal tercabik, goresan kuku Phoenix membelah badan kapal. Kapal Roh seketika kehilangan keseimbangan. Kapal roh terlihat terbang dengan oleng. Berputar-putar di udara kemudian menukik.
Seakan tak puas, Phoenix itu melakukan manuver di udara sekali lagi. Tahu-tahu dia telah berada dekat pada layar kapal roh. Api menyembur dari mulut Phoenix. Melalap habis layar kapal. Membuatnya bertambah.
"Bahaya ! Kapal dalam keadaan bahaya !" Suara instruksi terdengar.
Suara jerit teror dan ketakutan terdengar dari kalap roh di cakrawala.
"Perhatian – perhatian. Dalam hitungan ke-10, benturan keras akan terjadi."
Kiran terpaku dari tempatnya menonton. “Ini adalah bagian klimaksnya. Kapal roh akan hancur membentur tanah.” Kiran senang.
Tapi tak disangka-sangka seorang pria yang berdiri di buritan kapal mulai merapal mantra. Sesudahnya ia melambai ke arah Sang Phoenix. Kiran menatap tak percaya.
Pria itu melempar benda seukuran kepalan tangan anak kecil. Itu adalah logam.
“Dia pengendali logam?” Kiran baru ini mendengar ada seorang penyihir berkemampuan itu.
Kejadian di langit tampak mengejutkan. Logam kecil itu berubah menjadi satu Pedang raksasa. Pedang terbesar yang pernah dilihat Kiran.
Di langit Pedang itu menusuk dada Sang Phoenix. Phoenix memekik kesakitan, limbung jatuh ke tanah.
Sesudahnya hanya suara benturan keras yang terdengar. menyusul ledakan dan nyala api ketika kapal roh itu menyentuh dibalik tembok ilusi.
Duar!
"Kapal itu meledak !" Kiran panik.
“Saatnya lari, sebelum tentara datang menyisir tempat kejadian.” Batin Kiran didalam hati.
Sayangnya sesuatu yang besar ikut terjadi. Sang Phoenix tampak melayang, makin dekat ke tempat di mana Kiran berdiri menonton.
Terkejut!
"Phoenix itu akan menabrakku. Aku akan mati jika tak menghindar."
Kiran lari sejauh-jauhnya. Ia mencoba mencapai tempat teraman untuk menghindari benturan.
“Dewa Tempestia selamatkan aku.” Doa Kiran di dalam hati.
BERSAMBUNG.