Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 2

Chen yang ketakutan dia berusaha lari menjauh, sedangkan Paman Wu segera menyadari adanya ancaman dan bersiap untuk menghadapi Yen Liao. Namun, ketika Yen Liao muncul dari kegelapan, dengan mata merah menyala dan taring tajam, keberanian Chen runtuh. Ia berlari ketakutan meninggalkan gurunya seorang diri.

Pertarungan pun dimulai. Paman Wu menggunakan seluruh kekuatan dan ilmu yang ia miliki, namun Yen Liao bukanlah lawan yang mudah. Setiap serangan yang dilancarkan Paman Wu berhasil dihindari oleh Yen Liao dengan gerakan yang cepat dan lihai. Yen Liao menyerang balik dengan kecepatan luar biasa, membuat Paman Wu terdesak dan terluka.

Sementara itu, di desa Sowan, suara-suara pertarungan membuat penduduk terbangun dan panik. Mereka tahu bahwa Yen Liao telah bangkit, dan mereka harus bertindak cepat. Beberapa orang desa, dipimpin oleh kepala desa, segera berkumpul untuk melindungi Tuan Jimin Yu, seorang tokoh penting yang sedang tidur lelap dan tak menyadari bahaya yang mengintai.

Dengan alat seadanya, penduduk desa berusaha melawan dan melindungi rumah Tuan Jimin Yu. Mereka menyalakan obor, membuat barikade, dan bersiap menghadapi ancaman. Tuan Jimin Yu akhirnya terbangun karena keributan itu dan segera bergabung dengan penduduk desa dalam upaya mempertahankan desa mereka.

Sementara itu, Paman Wu semakin kelelahan. Yen Liao melihat celah dalam pertahanan Paman Wu dan bersiap memberikan serangan mematikan. Namun, sebelum Yen Liao sempat menyerang, penduduk desa yang telah mengetahui keberanian Paman Wu dan pentingnya melindungi desa, datang membantu dengan membawa senjata dan obor.

Melihat penduduk desa datang dengan semangat dan tekad untuk melawan, Paman Wu mendapatkan kembali semangatnya. Dengan satu teriakan keras, ia mengerahkan seluruh kekuatannya dan melancarkan serangan pamungkas yang berhasil mengenai Yen Liao pun menghilang dan melarikan diri dalam kegelapan malam.

Desa Sowan kembali tenang, meski dengan beberapa luka dan kelelahan. Paman Wu berterima kasih kepada penduduk desa atas bantuan mereka, dan Chen yang merasa bersalah berjanji untuk tidak pernah meninggalkan paman Wu lagi. Mereka semua tahu bahwa ancaman Yen Liao belum berakhir, namun mereka juga tahu bahwa dengan persatuan dan keberanian, mereka bisa menghadapi apa pun yang datang di masa depan.

Di desa Sowan yang kembali tenang setelah pertempuran sengit, Tuan Jimin Yu terbangun dengan napas tersengal-sengal. Gemuruh dari pertempuran antara Paman Wu dan Vampir Yen Liao membangunkannya dari tidur lelapnya. Dengan mata terbelalak, ia merasakan kepanikan menyelimuti dirinya.

"Tuan Jimin Yu, tenanglah," kata Paman Wu dengan suara lembut namun tegas, meskipun wajahnya menunjukkan kelelahan dan luka-luka dari pertempuran.

"Tapi, apa yang terjadi? Apakah dia datang lagi?" Tuan Jimin Yu bertanya dengan cemas, matanya melirik ke arah penduduk desa yang masih berkumpul di luar rumahnya dengan obor di tangan.

"Paman Wu baru saja melawan Vampir Yen Liao," kata kepala desa sambil mendekat, "Tapi berkat bantuan penduduk, kami berhasil mengusirnya."

Tuan Jimin Yu menatap Paman Wu dengan kekaguman dan syukur. "Paman Wu, saya sangat berterima kasih. Anda telah menyelamatkan kami semua."

Paman Wu mengangguk dengan rendah hati. "Kita semua telah berjuang bersama. Ini adalah kemenangan kita bersama, bukan hanya milikku. Dan yang terpenting, kita harus tetap waspada. Yen Liao mungkin akan kembali, dan kita harus siap."

Chen, yang masih merasa bersalah atas pelariannya, mendekat dengan kepala tertunduk. "Maafkan saya, Paman Wu. Saya telah meninggalkan Anda saat Anda paling membutuhkanku."

Paman Wu menepuk pundak Chen dengan lembut. "Keberanian bukan berarti tidak pernah takut, Chen. Keberanian adalah bertindak meski kita merasa takut. Kau sudah kembali, dan itu yang terpenting."

Tuan Jimin Yu, yang mulai tenang, berdiri tegak dan berbicara kepada penduduk desa yang berkumpul. "Malam ini kita telah belajar betapa kuatnya kita saat bersatu. Mari kita jaga semangat ini dan terus waspada untuk melindungi desa kita."

Penduduk desa mengangguk setuju. Mereka mulai membubarkan diri, kembali ke rumah masing-masing dengan perasaan lega dan semangat baru. Paman Wu dan Tuan Jimin Yu berjalan berdampingan, merasakan kedamaian yang kembali menghampiri desa Sowan.

Di bawah langit malam yang tenang, Paman Wu menatap bulan yang bersinar terang. Ia tahu bahwa tantangan masih akan datang, tetapi dengan keberanian dan persatuan, desa Sowan akan selalu siap menghadapinya.

***

Di suatu malam yang penuh kabut, berita mengejutkan menyebar ke perbukitan tempat para penduduk mengungsi. Yen Liao, gadis cantik dari desa Goangnam yang diyakini telah mati, kini bangkit sebagai vampir. Kematian tragis Yen Liao beberapa bulan yang lalu meninggalkan luka mendalam bagi penduduk desa, terutama bagi Feng, seorang pemuda yang pernah diam-diam menyimpan perasaan padanya.

Yen Liao ditemukan tewas di hutan dengan luka yang mencurigakan, dan sejak itu, desas-desus tentang kegelapan yang menguasai desa semakin kuat. Penduduk terpaksa mengungsi ke perbukitan karena ketakutan dan tekanan dari tuan tanah Jimin Yu, yang kini menguasai ladang-ladang mereka.

Feng tidak bisa melupakan mata Yen Liao yang bersinar penuh kehidupan. Kabar bahwa Yen Liao telah bangkit sebagai vampir membangkitkan kemarahan dan tekad dalam hatinya. Feng merasa bertanggung jawab untuk membebaskan roh Yen Liao dari kutukan mengerikan ini dan mengembalikan kedamaian kepada desanya.

Dengan membawa pedang warisan keluarga dan keberanian yang membara, Feng memulai perjalanan turun dari perbukitan menuju desa yang kini dikuasai oleh kegelapan. Dalam perjalanannya, Feng mengumpulkan sekutu dari kalangan penduduk yang tersisa. Mereka terdiri dari orang-orang yang kehilangan rumah dan harapan, namun kini menemukan semangat baru dalam perjuangan mereka bersama Feng.

"Kita harus mengajak masyarakat yang masih tinggal di sana agar mereka mau melakukan perlawanan terhadap tuan Jimin Yu. Biar bagaimanapun caranya kita harus bisa merebut kembali ladang-ladang kita," ucap Feng mencoba membangkitkan semangat teman-temannya.

"Benar, Feng. Aku setuju, itu sudah seharusnya kita lakukan," sahut Wugi.

Dari dataran tinggi mereka yang berjalan di tengah sinar rembulan bisa melihat cahaya-cahaya lampu minyak dari rumah-rumah penduduk desa goangnam. Namun ketika melewati hutan, Feng dan beberapa orang temannya dikagetkan dengan kehadiran suara yang terdengar menyeramkan.

"Perasaanku jadi tidak enak melewati hutan ini," ucap Wugi. Dia terlihat mulai ketakutan.

Yang lain pun mengatakan hal yang sama, sehingga akhirnya Feng berkata,"Kalian tenang, tidak ada yang harus ditakuti, kita harus cepat sampai sebelum mata hati terbit"

"Tapi, Feng. Bagaimana dengan kabr tentang kebangkitan Yen Liao? Aku takut jika kita semua bertemu dia yang sudah menjadi vampir," ucap Wugi dengan nada bergetar.

Feng menghentikan langkahnya, dia terdiam karena perkataan Wugi.

"Aku belum yakin dengan berita itu. Tetapi kita juga tidak perlu takut dengan Yen Liao. Dia adalah orang baik, dan tidak mungkin menyakiti kita tanpa alasan," ucap Feng mencoba menenangkan semua temannya.

Mereka mengangguk pelan meski dengan raut muka yang masih diselimuti ketakutan. Suasana semakin terasa mencekam ketika mereka harus lewat di kawasan makan kuno dengan pepohonan yang rimbun. Feng yang berjalan di depan, dia tampak waspada dengan keadaan.

"Feng. Apa sebaiknya kita cari jalan lain saja? Di depan sana itu makan kuno," ucap Wugi pelan.

"Aku tahu kalian takut. Tapi tidak ada jalur lain yang lebih cepat selain harus lewat sini, ayok jalan!" tegas Feng penuh keberanian.

Wugi dan beberapa temannya saling tatap, mereka tampak tidak yakin jika harus melewati makam kuno. Namun dari dapan Feng kembali mengeraskan suaranya,"Ayok cepat jalan! Waktu kita tidak banyak!"

"Baiklah, Feng," sahut Wugi penuh keraguan. Dia kemudian mengajak beberapa temannya untuk segera menyusul Feng yang ada di depan.

"Ayok, Cepat!"

*****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel