Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Misi Pertama.

"Tolong!!!"

Teriakan perempuan bergema di pagi menjelang siang hari ini. Sekonyong-konyong para Pelayan dan Pengawal Istana pun berlarian dari tempat mereka berada menuju sumber suara tersebut.

"Ada apa ini?" Salah seorang membelah kerumunan yang entah sejak kapan terbentuk. Ia dibuat tercengang mendapati tubuh Pelayan setia milik Ratu Hongye tergeletak dalam keadaan pucat, serta tangannya berlumuran darah, yang menimpa sebuah kain brokat biru laut.

"Apa yang terjadi padanya?"

"Kenapa bisa seperti ini?"

"Ini pembunuhan!"

"Panggil penyidik! Yang Mulia Ratu juga harus tahu."

Maka pergilah satu di antara mereka dengan langkah tergesa-gesa dan nafas tersengal-sengal.

"Yang Mulia Ratu." Pelayannya tersungkur tepat di depan kaki Ratu Hongye karena terburu-buru.

Ratu Hongye menatap sinis. Dengan dingin ia bertanya, "Angin apa yang membuatmu berlari kencang demikian?"

"Yang Mulia Ratu, Pelayan pribadi anda tewas terbunuh."

Tercenganglah Ratu Hongye tersebut. Sesegera mungkin ia melebarkan langkah, diikuti dua Pelayan lain.

Begitu ia melihat jasad Pelayan setianya, dan kain brokat biru yang ditimpa tangan berlumuran darah itu, ia langsung tak sadarkan diri di tempat.

"Yang Mulia Ratu!!!"

Seluruh orang berteriak heboh. Beberapa saat kemudian datanglah para penyidik, juga seorang Tabib Istana.

Ratu Hongye dibawa ke kamarnya lalu diobati. Sementara Pelayan setianya dibawa ke rumah Penyidik, yang tidak jauh dari Istana Ratu Hongye sendiri.

Setengah shichen berlalu.

Ratu Hongye siuman. Kini ia duduk menyandarkan punggungnya pada dipan, sedang Pelayan lain tengah menyuapinya obat rebus.

"Sudah cukup!" Ratu Hongye meminta berhenti setelah tiga sendok.

Pelayan tadi tak berani membantah, karena ia takut Ratu Hongye melampiaskan kemarahannya.

"Apa yang dikatakan Penyidik?" Tanya Ratu Hongye.

"Menjawab, Yang Mulia Ratu. Pelayan pribadi anda dibunuh menggunakan teknik ahli bela diri, setelah meninggal, pembunuh sengaja memotong jari telunjuknya."

Ratu Hongye terpejam sambil berkata, "Jari telunjuk."

Di sisi lain.

Pacuan kuda Ming Yuan sudah memasuki hutan. Keduanya begitu lihai melihat kondisi medan, sehingga meski semalam hutan ini diguyur hujan, mereka tak melewati satu petak tanah basah dan licin sekalipun.

Tak kurang dari dua dupa, mereka sampai di halaman Pagoda Angle.

Kuda hitam itu Ming Yuan ikat di tepi danau, sehingga si kuda dapat makan rumput sekaligus meneguk air danaunya.

"Nona Ming kau dari mana?" Tanya Shang Que yang sedang mendayung perahu di tengah danau.

Ming Yuan balas berseru. "Mencari jari berdosa!"

Shang Que kurang maksud. Ia berpikir keras. Sementara Ming Yuan telah memasuki Pagoda Angle untuk bertemu Zhuge Yue.

"Shi Fu!" panggil Ming Yuan.

Zhuge Yue tidak merespon. Di balik punggung, pria berwajah dingin dan tenang itu mengulurkan tangan dan Ming Yuan meletakkan kotak kayu pada telapak tangannya.

Zhuge Yue membuka kotak kayu tersebut. Tampaklah jari telunjuk pucat pasi yang membuat matanya menerawang jauh pada kejadian silam. Dimana saat itu, telunjuk serupa ini menunjuk mendiang Ibu kandung Zhuge Yue atas tuduhan pelenyapan seorang anak haram dalam kandungan Ratu Hongye.

"Shi Fu!" Ming Yuan mendadak memanggil.

Ingatan Zhuge Yue seketika pudar, diikuti berbaliknya pria itu dengan memandangi Ming Yuan dari ujung ke ujung.

"Ada apa, Shi Fu?" Tanya Ming Yuan, turut memperhatikan penampilan sendiri.

Zhuge Yue belum juga menanggapi. Pria berwajah dingin itu mengayunkan langkah meninggalkan Pagoda.

Ming Yuan tak mengerti. Ming Yuan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Beberapa saat kemudian ia menyusul keluar tapi saat itu ia dikejutkan lantaran Zhuge Yue memberikan jari telunjuk yang Ming Yuan dapat pada seekor gagak.

"Apa yang kau lakukan selama satu pekan menghilang?" Tanya Shang Que tiba-tiba di samping Ming Yuan.

Ming Yuan kaget lantas menggeleng.

"Pangeran memberimu misi pertama?" Tebak Shang Que diangguki Ming Yuan.

Shang Que diam beberapa saat. Setelah itu ia berlalu ke dalam, sedang Ming Yuan menghampiri Zhuge Yue.

"Shi Fu."

"Kau pergi tanpa jejak?" Tanya Zhuge Yue usai balik badan menghadap Ming Yuan.

Ming Yuan yakin dengan semua tugas yang ia lakukan. Ia mengangguk mantap.

Zhuge Yue memperhatikan Ming Yuan lagi. Dan kali ini ia bertanya. "Kau tidak terluka?"

Mendapat pertanyaan demikian Ming Yuan agak terkejut. Beberapa detik mulutnya membisu dan kelopak matanya berkedip-kedip.

Zhuge Yue menyentuh pipi gadis itu. Jemarinya secara lembut mengusap.

Ming Yuan tambah tak karuan. Spontan gadis itu melangkah mundur sejauh satu zhang. "Aku tidak apa-apa, Shi Fu."

Zhuge Yue menyipitkan mata. "Bagus," ucapnya sebelah ia berlalu memasuki Pagoda kembali.

***

Istana dalam keadaan tidak baik-baik saja. Kaisar sampai turun tangan mengunjungi Ratu Hongye guna menenangkan wanita itu.

Dilain sisi para Penyidik mulai melakukan tugas masing-masing. Mereka mencari benang merah atas pembunuhan mendadak yang diterima Pelayan setia Ratu Hongye tersebut.

"Lapor, Paduka." Ketua penyidik melaporkan. "Ada beberapa hal yang harus dibicarakan dengan Yang Mulia Ratu, mohon Paduka memberi izin."

"Silahkan."

Penyidik dan mereka saling berhadapan. Penyidik melaporkan seluruh catatan yang ia terima selama bertugas.

"Pelayan di kediaman ini bukan hanya satu yang berkurang, melainkan dua Pelayan sekaligus dalam hari yang sama."

Kaisar seksama mendengarkan. Sedangkan Ratu Hongye mengerutkan kening.

Penyidik melanjutkan, "Pelayan yang pertama adalah Pelayan pribadi Yang Mulia Ratu, Pelayan yang kedua adalah Pelayan yang direkrut beberapa hari lalu oleh Kepala Pelayan kediaman anda, Yang Mulia."

Ratu Hongye masih mengerutkan kening. "Siapa Pelayan baru itu?"

"Berdasarkan data yang terkumpul, ia bernama Xun Er. Ia tinggal di pelosok bersama Neneknya. Namun, setelah kami datangi, Neneknya mengaku kalau Cucunya telah meninggal sekitar dua bulan yang lalu. Abu jasad nya pun masih ada."

Wajah Kaisar menegang. Ia berpikir, masalah ini jelas bukan masalah sepele. Semua pasti ada sebab dan akibatnya.

"Lalu apalagi?" Tanya Ratu Hongye tak sabar.

"Awalnya kami tidak percaya, kami hampir menyeret Nenek Pelayan itu, tetapi warga setempat ikut memberi pengakuan jikalau Xun Er cucu si Nenek telah meninggal lama. Hal itu kemudian terbukti ketika salah seorang membawa lukisan wajah Xun Er. Usai dipastikan, wajah Xun Er si cucu Nenek dan wajah Xun Er pelaku pembunuhan itu, rupanya berbeda."

Ratu Hongye mendadak menggenggam erat tangan Kaisar. Kaisar balas mengusap punggung tangannya supaya wanita tercintanya itu tidak khawatir.

"Selain fakta tadi, kami belum menemukan hasil lain, Paduka. Semua jejak terhapuskan seperti angin. Hanya saja, dapat dipastikan kalau Pembunuh itu pasti memiliki tingkat bela diri yang tinggi. Itu terbukti karena ia bisa melenyapkan nyawa seseorang hanya dengan memelintir kepalanya saja."

Kaisar membatin, "Pelayan itu sekedar orang rendahan, tetapi ia bekerja di bawah kendali Ratu Hongye, ini … kematian ini kemungkinan besar bukan tujuan sebenarnya. Apakah … tujuan pembunuh itu Ratu Hongye sendiri?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel