Jadilah Lebih Kuat.
"Shi Fu!" panggil Ming Yuan.
Zhuge Yue yang sedang memberi pakan burung liar, yang bertengger di tangannya pun menoleh.
Ming Yuan berlari kecil mengikis jarak di antara mereka. Ia terlihat membawa anakan burung yang belum memiliki bulu.
"Shi Fu, aku menemukan ini terlantar di belakang sana!" Ming Yuan mengarahkan dagunya ke belakang Pagoda.
Burung yang bertengger pada tangan Zhuge Yue kemudian diterbangkan, dan Zhuge Yue mengambil alih burung di tangan Ming Yuan itu.
"Shi Fu, apakah ini anakan burung gagak?" Tanya Ming Yuan.
Zhuge Yue menatapnya sinis.
Ming Yuan malah terkekeh. "Habisnya rambut di kepalanya ini warna hitam."
Zhuge Yue mendengus dingin. "Ini anakan burung merpati."
"Oh." Bibir Ming Yuan membulat.
Zhuge Yue berkata dengan dingin. "Jangan hanya bermain, kecepatan berlari mu belum melampauiku!"
Ming Yuan mengangguk. Gadis 16 tahun itu lekas berlari menuju tempat latihannya, yakni hutan yang mengelilingi Pagoda, dan pada hutan itu, Zhuge Yue sudah menyiapkan beberapa serigala yang akan mengejar Ming Yuan.
Satu, dua shichen berlalu. Zhuge Yue bagai sebilah kayu yang diberi kain putih bersih mewah. Pria itu tenang tak berkutik secuil pun. Hanya jubah dan rambut hitam panjang terurainya yang menari-nari tertiup angin.
Zhuge Yue merasa cukup. Pria itu meletakkan anakkan burung tadi pada sarang burung yang ia buat sendiri.
Sedetik setelah itu ia mendengar teriakan perempuan dari dalam hutan. Teriakan itu milik siapa lagi kalau bukan milik Ming Yuan, maka Zhuge Yue gegas berlari memasuki hutan dan pada saat yang sama, ia menengadah _ menyaksikan Ming Yuan terjatuh dari ketinggian kurang lebih 20 chi.
"Shi Fu!!!" Ming Yuan seakan hendak menggapai wajah Zhuge Yue.
Zhuge Yue sendiri malah memicingkan mata, tanpa bergerak secuil pun, seolah ia ingin melihat Ming Yuan jatuh tersungkur tanah.
"Shi Fu!!!" Ming Yuan semakin dekat. Wajahnya kian jelas. Matanya membulat hampir mencuat.
Ming Yuan berteriak, "Aaaaa, Shi Fu! Jangan terlalu ke—jam!"
Tappp
"Shi … Fu …"
Ming Yuan tak menyentuh tanah. Gadis itu berhasil mendarat pada gendongan Zhuge Yue, atau tepatnya Zhuge Yue berhasil menangkapnya sebelum Ming Yuan terjatuh.
Posisi itu membuat wajah Zhuge Yue dan Ming Yuan saling berdekatan.
Nafas Ming Yuan yang tersengal-sengal pun mampu menyapu wajah dingin Zhuge Yue. Rasanya panas, Zhuge Yue terpaku, tak bisa berpikir sejenak.
"Shi … Fu …"
Ming Yuan mendadak tak sadarkan diri dengan wajah perlahan pucat.
Zhuge Yue sontak melirik kaki Ming Yuan. Gaunnya yang sedikit terangkat memperlihatkan jejak gigitan ular di pergelangan kakinya.
Menit itu juga Zhuge Yue berlari memasuki Pagoda. Ia membaringkan Zhuge Yue di tempat tidurnya, juga menyingsing gaun gadis itu sedikit lebih tinggi tanpa rasa canggung.
"Shang Que," panggil Zhuge Yue.
Pria yang usianya lima tahun lebih tua dari Ming Yuan lantas menghampiri. "Hamba, Pangeran."
"Siapkan penawar bisa ular hijau yang kemarin aku buat!"
"Baik!"
Shang Que balik badan; pergi. Sedang Zhuge Yue tanpa komando merobek jubahnya sendiri kemudian ia ikatkan pada pergelangan kaki Ming Yuan supaya bisa menekan penyebaran bisa ular tersebut.
"Shi Fu." Ming Yuan setengah sadar. Gadis itu berusaha melihat ke bawah. Ia mendapati Zhuge Yue tengah menghisap bisa di pergelangan kakinya sekuat tenaga. Hal itu bisa ia lihat selama beberapa saat, setelahnya ia tak melihat apapun karena kembali tak sadarkan diri.
Hari berganti.
Sinar jingga menelisik melalui celah-celah Pagoda. Kelopak mata Ming Yuan perlahan terbuka. Lentera di depan matanya sudah padam. Lilin di dalam lentera itu hanya menyisakan seutas tali kecil dan sedikit sekali lelehan lilin.
Ming Yuan mengalihkan pandangannya ke jendela. Meski jendela itu tertutup, ia tahu hari telah siang. Ia lalu berusaha duduk tapi niatnya terurungkan, karena lengan gaunnya terasa berat. Ming Yuan menoleh. Ia terbelalak mendapati Zhuge Yue terlelap di sampingnya.
Pandangan Ming Yuan menerawang. Ia teringat kejadian sebelum ia tak sadarkan diri. Dan itu tanpa permisi, membuat jantungnya berdegup lebih kencang, hingga ia tak sadar wajahnya telah merona.
Sama seperti Ming Yuan, Zhuge Yue juga perlahan membuka kelopak matanya. Setelah menyadari hari telah berganti, ia pelan tapi pasti menegakkan punggung.
"Shi Fu," lirih Ming Yuan, dibalas gumaman kecil.
Zhuge Yue lalu beranjak bangun. Ia melangkah tanpa suara. Ia membuka jendela, membiarkan sinar jingga menyerbu masuk.
"Shi Fu." Ming Yuan berangsur duduk. "Apa yang terjadi kemarin?"
Di tempatnya berdiri, Zhuge Yue menoleh dengan mata menyipit dan wajah khas dinginnya.
Aura Zhuge Yue seperti aura pembunuh. Ming Yuan langsung menundukkan wajah, seraya memelintir selimut yang semalaman menutupi tubuhnya itu.
"Maaf, Shi Fu."
"Apa kau tak bisa hati-hati?" Lontar Zhuge Yue ketus. "Setiap pekan selalu saja terluka!"
Ming Yuan masih memelintir selimutnya. "Maaf."
"Kau tidak akan bisa membalaskan dendammu! Lebih baik pulang ke istana harem dan menjadi gundik Kaisar."
Ming Yuan menggeleng. "Tidak, Shi Fu! Jangan usir anak yatim ini."
Zhuge Yue balik memicingkan mata. "Kau pikir, aku bukan anak yatim?"
Ming Yuan tak berani menjawab. Zhuge Yue juga tak ingin marah lebih jauh. Pria berstatus Pangeran itu kembali meluruskan pandangannya ke luar Pagoda. Ia memejamkan mata secara singkat lalu ia berbalik melenggang pergi.
"Shi Fu …" lirih Ming Yuan bak embusan angin di musim semi.
***
Setengah tahun berlalu.
Berkat pendidikan yang diberikan Zhuge Yue, Ming Yuan berhasil menjadi gadis lebih tangguh dari sebelumnya. Ia tak lagi gampang terluka walau ia menerima kejaran serigala, sekaligus menghindari binatang buas lain.
Zhuge Yue merasa inilah saat yang tepat untuk membuktikan keahlian Ming Yuan. Maka gadis yang setengah tahun lagi menginjak umur 17 tahun itu mendapat misi pertamanya, yakni membunuh Pelayan setia Ratu Hongye, atau orang yang dulunya disebut sebagai Selir kesayangan Kaisar.
Ketika matahari baru menyembul dari permukaan, Ming Yuan telah memacu kencang kudanya menuju Ibu Kota.
Melalui penyamaran yang Zhuge Yue ajari, Ming Yuan lolos di pintu penjagaan gerbang bagian Timur. Wanita itu leluasa memasuki kota, sekaligus leluasa menggunakan penyamarannya sebagai anak gadis yang melamar pekerjaan Pelayan di kediaman Ratu Hongye.
Ming Yuan tidak berpengalaman menjadi Pelayan, tetapi ilmu yang diberikan Zhuge Yue membuatnya lolos menjadi Pelayan, sehingga pada hari keempat setelah meninggalkan Pagoda, Ming Yuan resmi menjadi Pelayan di kediaman Ratu Hongye.
Pada hari keenam, Ming Yuan secara tidak sengaja berpapasan dengan Pelayan setia milik Ratu Hongye yang dimaksud Zhuge Yue.
Dalam hati, Ming Yuan bertekad, "Jarimu itu harus kubawa, Nyonya. Bersabarlah!"