Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 10

BAB 10

"Ngapain Oma bawa pembantu ini," ucap Kean sinis.

Lelaki itu menatap sinis lewat kaca, saat kendaraan tengah melaju. Amara langsung menunduk sambil meremas pakaian. Ia kesal bercampur tahu diri, akhirnya memilih untuk diam tak bersuara.

"Husss ... jangan ngomong gitu, terserah Oma dong. Mau ngajakin siapa," tegur Oma Ica.

Mendengar teguran wanita kesayangannya membuat lelaki itu langsung memutarkan bola mata malas.

"Oh iya, pokoknya habis masa iddah, Amara. Kalian akan segera menikah," lontar wanita tersebut.

Karena ucapan sang Oma yang mendadak dan membuat kaget, Kean sampai menghentikan kendaraan membuat terdengar decitan.

"Kamu gimana sih bawa mobil! kaya lagi belajar aja," omel Ica.

Kean tidak mengindahkan omelan sang Oma, ia langsung memandang wanita tersebut begitupun Amara.

"Kenapa kalian ngeliatin Oma sampe segitunya, Oma tau kok kalau Oma cantik," ucapnya genit seraya menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.

Kean mendelik ia bahkan mengembuskan napas kasar.

"Oma apaan sih, main nikah-nikahin aja. Kean kan udah nolak," ucap lelaki itu kesal.

"Oma ... lagian Amara juga gak bilang kalau setuju menikah sama Tuan Kean."

Amara segera mengeluarkan isi hatinya, karena tak ingin dianggap mengambil keuntungan. Mendengar perkataan wanita tersebut, Oma Ica segera mendengkus dan bersidekap.

"Pokoknya kalian akan tetap menikah, setuju atau tanap persetujuan kalian!"

Wanita itu berkata sambil menatap kedua manusia berbeda jenis kelamin tersebut. Suara klakson terdengar berkali-kali. Tetapi Kean seperti tidak mengindahkan dan terus menatap sang Oma.

"Oma gak bisa begitu," seru Kean.

Selena yang sudah kesal, apalagi ada yang menggedor jendela menyuruh mereka berjalan membuat ia segera bersuara.

"Kean jalankan mobilnya, banyak kendaraan di belakangmu," perintah perempuan itu.

Kean hanya menyahuti dengan satu kata yaitu iya, membuat Selena hanya mengembuskan napas. Di dalam kendaraan ini, sekarang tidak ada yang bersuara. Bahkan saat sampai di tempat tujuan.

"Ayo cepat turun! aku gak sabar beli ini itu, kangen banget belanja bareng gini," seru Selena.

Semua yang berada di kendaraan segeea keluar, Amara ditarik oleh Oma menuju penjual palaian. Pegawai di sana saat melihat kedatangan mereka segera menawarkan.

"Oma, kayanya pakaian ini pas buat Amara," kata Selena.

Ia menunjukan dress berwarna kalem, membuat Oma Ica segera menoleh dan mengambil pakaian tersebut dari pegangan sang anak lalu segera diberikan pada Amara.

"Ayo cepat kamu cobain deh!" perintah wanita tersebut.

Amara yang sejak tadi terdiam karena terus memandangi sekeliling terkejut mendengar tepukan tangan di bahunya lalu segera menggepeng setelah Ica mengulangi ucapan lagi.

"Enggak, Oma. Kalian aja yang belanja, aku cuma bantu bawa-bawa aja," tolaknya.

Ica mendengkus wanita itu dengan gerakan cepat menarik lengan Amara dan memberikan pakaian itu ke tangan perempuan tersebut.

"Amara, nurut aja bisa gak sih! kamu kok banyak banget ngebantah," tegur Ica.

Wanita tersebut langsung menunduk karena merasa serba salah, sedangkan Kean hanya menatap sinis perempuan itu.

"Tinggal nurut aja apa susahnya sih! sok banget, padahal kamu mau kan. Pasti di dalam otakmu itu lagi jingkrak-jingkrak, tau banget isi kepala wanita kaya kamu ini," sindir lelaki tersebut.

Oma Ica segera berkacak pinggang, lalu mengibaskan tangan memerintahkan agar sang cucu segera pergi dari tempat ini.

"Mulutmu ini kayanya harus dikasih gula deh, biar ada manisnya, gak cuma pedes aja."

Amara berusaha menahan tawa dengan membekam mulutnya, Kean yang melihat hal tersebut mendengkus. Ia segera pergi meninggalkan mereka dan lebih memilih memesan espresoo.

"Mara, kenapa kamu malah diam aja. Ayo cepet cobain!" seru Selena.

Dia kini memberikan satu dress lagi yang baru ditemukan, lalu mendorong Amara agar cepat masuk ke ruangan ganti untuk mencoba pakaian.

"Iya Tan," sahut Amara lemah.

Ia pasrah dan melangkah masuk ke ruang ganti, ia mulai melepaskan pakaian dan memakai yang diberikan Ica terlebih dahulu.

"Haduh ... harganya mahal banget," ucap Amara mengigit bibirnya.

Wanita itu melihat bandrol harga yang ada di pakaian.

"Duh, aku jadi cak enak nyobainnya. Ini mah biwa kebeli beras tiga puluh liter," gumam Amara lagi.

Panggilan Selena membuat ia akhirnya keluar dari ruangan. kedua perempuan yang kini memandang Amara sampai tak berkedip sama sekali.

"Lihat Oma, bener kan pilihanku, dia sangat cocok dan cantik memakai dress ini," tutur Selena.

Dengan luwes Selena membuat Amara berputar membuat wanita itu memekik meminta berhenti. Perempuan tersebut langsung menghentikan aksi dan memamerkan seringai saja.

"Maaf."

Hanya kata itu yang keluar dari bibir Selena ia segera menjauh lalu mengambil beberapa pakaian lagi dan menunjukannya pada Amara.

"Ini cobain lagi, oh iya cobain juga yang Tante tadi kasih. kita ambil yang kamu pakai, itu sangat pas ditubuhmu," kata Selena.

Dia segera memberikan beberapa pakaian kepada Amara yang membulatkan matanya.

"Tante, jangan ah. Mara gak mau gini," keluh Amara.

Wanita itu segera menyerahkan lagi pakaian tersebut.

"Lihat, Tante. Dress ini aja harganya mahal banget," ucap Amara pelan.

Ia menunjukan lebel harga yang bertengger di pakaian.

"Jangan lihat harganya Mara, lihat kwalitasnya. Tenang saja, nanti Tante yang bayarin," ucap Selena menepuk bahu Amara.

Amara menggeleng kembali tanda menolak, membuat Selena mengembuskan napas. Sedangkan Oma Ica ia sedang duduk di kursi sambil menatap intraksi kedua perempuan di hadapannya.

"Itu yang aku gak mau, Tan."

"Kamu kan bakal jadi menantu, Tante. Jadi gak ada alasan buat nolak, pokoknya harus terima ya," pinta Selena.

Dia memasang puppy eyes, membuat Amara memandang dengan tatapan lembut agar wanita dihadapannya mengerti.

"Tante ... Amara sama Tuan Kean gak mau dipaksa. Kami gak ingin menjalani rumah tangga yang kalian inginkan," ujar Amara.

Oma memandang Amara dengan pandangan sulit di tebak. Ia menghelan napas dan bersandar.

"Oma cuma pengen Kean nikah dengan wanita yang baik Amara, dan kamu yang menurut Oma cocok jadi cucu menantu Oma.

Akhirnya perempuan yang sejak tadi diam, kini bersuara. Membuat Amara terdiam dan Selena segera memegang lengan wanita tersebut.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel