Bab 17 Kau Mau Jadi Pacarku?
H A P P Y R E A D I N G
Warning ada 18+
Daniel menutup pintu kamar, ia terkejut ada seseorang didepannya.
"Apa Zara sudah tidur kak? " tanya Bara.
"Belum, kau masuk saja. Zara ingin bicara penting." ucap Daniel.
"Oke deh kak. Aku masuk dulu ya."
"Jangan buat dia kecewa, aku tau, Zara menyukaimu." ucap Daniel, Bara menghentikan langkahnya.
"Iya aku paham kak."
Daniel pun masuk ke kamarnya dipojok memang agak jauh dengan kamar Zara.
Ia duduk dibalkon kamarnya disana ada sofa kecil yang biasa ia pakai untuk duduk bersama Zara. Meraih ponsel, mencari kontak bernama Dokter shilla.
Daniel sedikit gugup, padahal ia akan menanyakan keadaaan Oma dewi saja.
"Halo dok? "
"Iya mas daniel, ada apa? "
"Gimana keadaan oma? Baik-baik saja kan?"
"Iya mas, baik-baik aja. Sudah tidur kok."
"Syukurlah, kalo gitu. Kamu istirahat ya."
"Em, iya mas. Mas juga istirahat ya."
"Selamat malam."
"Selamat malam kembali."
"Eh nanti dulu, besok kalau ada waktu kita bisa pergi sebentar gak? " tanya Daniel
"Emm bisa mas." jawab Shilla.
"Oke."
Daniel memutuskan sambungannya, ia pun berlari kecil kegirangan lalu merentangkan tangannya. Matanya terpejam, membayang wajah cantik Shilla yang selalu berada dipikirannya.
Spesial uwuw.
Bara membuka pintu, terlihat Zara sedang duduk diatas ranjang memainkan ponselnya.
"Hei ra? " panggil Bara.
"Em." balas Zara raut wajahnya masih masam. Bara pun mendekat menaiki ranjang lalu menghadap ke gadis itu.
"Maaf aku salah, bella terlalu berlebihan denganku. Dan aku jug-." Telunjuk jari Zara menempel di ujung bibir Bara hingga ia menghentikan pembicaraannya.
Zara mendorong tubuh Bara sampai terlentang diranjang, dan mencium kasar bibir itu, Bara menahan semua gairahnya.
Bertanya dalam hati, ada apa dengan Zara?apa dia mabuk? Zara geram lelaki itu tak kunjung membalas ciumannya, ketika hendak menggigit bibir bawahnya Bara.
Bara mengubah posisi mereka, Zara tertindih tubuh keduanya sangat menempel. Pagutan yang diawali Zara, kini terbalaskan bahkan lebih ganas.
Perlahan tangan Zara melepaskan kancing kemeja Bara, sontak lelaki itu melepaskan ciumannya. "Jangan membuatku lepas landas ra." dengan nafas yg belu teratur, terdengar sensual ditelinga Zara.
Dibalas dengan senyuman nakal oleh Zara, ia tetap melepaskan kancing baju Bara.
Ciuman itu berlanjut semakin lama semakin panas, tangan Bara mulai bermain didada. Ciumannya turun ke leher sampai ketelinga "emmm, Bara." desah Zara, betapa gadis itu menikmati setiap kecupan dibagian lehernya yang menghasilkan warna ke merahan.
Tangan Bara melepaskan piyama Zara dengan mudah terpampanglah bukit indah dengan puting merah muda. Bara melahapnya rakus, Zara memejamkan matanya. Sungguh ini membuatnya hilang akal, tangannya meremas rambut Bara seakan meminta lelaki itu untuk terus bermainan disana.
Zara mengode Bara untuk melepaskan kemejanya, dan akhirnya mereka tanpa busana full naked.
Mereka saling menatap, berdengus ingin. Tatapan itu berbeda, banyak arti disana.
Bara kembali mencium, meraba, menggrayangi setiap inci tubuh gadisnya.
Sampai diarea sensitive milik Zara, sudah basah. Bara mengelusnya "ugh, emh." Dada nya membusung, desahan yang menginginkan lebih.
"Bara, aku ingin itu." ucapan Zara membuat bara menghentikan mengemut yg tadinya seperti anak bayi menyusu dan tangan mengelus-elus.
Tatapan Zara pada lurus panjang dan em besar. Jujur saja Bara sudah tidak bisa menahan semuanya, tubuh Zara sangat menggodanya. Seseorang yang ia inginkan, ia jaga dan saat ini mereka tanpa busana dengan nafas terengah-engah dalam satu kamar.
"Emh, tahan." Bara mulai memasukkan ujung penisnya, hentakan satu Zara meremas sprei, perih, sakit yang ia rasakan satu tangannya mencakar punggung Bara.
Hentakan kedua, dan keluar darah segar dari selangkangannya.
Hentakan ketiga rasanya penuh, penis besar bermain diarea miliknya, Zara memejamkan matanya masih merasakan sakit. Bara mendiamkan miliknya sejenak, ia memberikan pereda nyeri pada Zara. Ia menghisap bagian leher, dan menjilati telinga gadis itu. Sungguh Zara merasakan kenikmatan, kini semakin gila setelah Bara menggerakkan pinggulnya. Hentakan demi hentakan Zara begitu menikmati.
"Ah, ini emh." desah Zara tangganya ia kalungkan dileher Bara. Mereka berpagutan kembali.
Genjotan Bara mulai dipercepat, hingga Zara tidak bisa menahan desahannya yang terus saja ingin ia keluarkan.
"Bara ah, jangan berhenti ughhh. Aku mau emmhh." Ricau Zara ia sudah terbawa suasana tidak peduli jika ada yang mendengar.
Keringat mereka menjadi satu, tubuh Zara menggelincang setelah pelepasannya. Disusul dengan Bara, tubuh mereka ambruk penyatuan yang terlepas.
Nafas mereka terengah-engah mencoba mengaturnya.
.
Bara memberikan pelukan untuk Zara, namun mendapat penolakan dari gadis itu
"Aku ingin lagi." bisik Zara semakin sexy.
"Apa kau tidak lelah? Hm?" goda Bara sembari memberikan senyum lebar khas wajah tampannya. Sungguh, Bara terlihat sangat mencintai Zara.
"Aku ingin lagi, ayoo emhh."
Bara menuruti, ciumannya ganas kembali menyerang Zara, kecupan-kecupan di leher terbuat banyak kissmark disana. Tubuh gadis itu menggelincang. Ditambah lagi suara hujan deras diluar sana. Emhhh.
Mereka berpagutan lagi, pergulatan cinta yang sebenarnya mereka rasakan saat ini.Pelepasan yang entah keberapa kalinya. Pergerakan Bara selalu membuat gadis itu menggelincang hebat.
Drt...
Drt...
Ponsel Bara bergetar seperti ada yang menelfon. Ia pun meraih ponselnya yang berada dinakas. Ternyata Gabriel yang menghubunginya.
"Ada apa, plis the point saja." ucap Bara sembari menatap Zara yang penuh nafsu disana dibawah tindihannya dengan tautan masih menyatu.
"Besok berangkat pagi kita bakal rapat, oke? " ucap Gabriel disebrang sana.
"Oke."
Bara mematikan ponselnya agar tidak ada mengganggunya, terlihat senyuman nakal dari Zara, Bara pun menggigit pelan niplenya. Emmhhh.
"Ughhh."
"Awhh aahhh."
"Baraaa aaahhhh."
Mereka ambruk lagi setelah pelepasan terakhir, Bara meraih selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Begitu juga dengan Zara berada didekapan lelaki yang sekarang ia cintai. Kecupan di pipi, kening, bibir kemudian Bara tersenyum. Mata mereka saling menatap, tak menyangka jika sahabatnya sendiri adalah cintanya.
"Aku mencintaimu." ucap Bara sembari mengelus pipi gadisnya.
"Aku juga mencintaimu." Balas Zara, gadis itu tersenyum manis. Terlihat bahagia sekali.
"Kau mau kan jadi pacarku?" pertanyaan ini, membuat Bara ingin lebih dari sahabat.
"Tentu aku mau." jawab Zara.
"Terimakasih, aku tidak banyak janji tapi aku akan menjaga dan mencintaimu selamanya." ujar Bara.
"Aku percaya padamu." jawab Zara.
"Ayo tidur, besok kita harus sekolah." ujar Bara. Detik berikutnya Zara menurut dan terlelap didekapan Bara.
Keesokkan harinya.....
Bara bangun lebih dulu, ia melihat disekelilingnya berantakan, baju yang berserakan disana disini. Ada yang didepan jendela ada yang dibawa lemari rias. Ada juga yang tergantung dikursi.
"Separah ini kah?" batinnya
"Aku?Zara?? Semalam kita melakukan apa?" Bara menepuk jidatnya, ia mengumpat bodoh. Bagaimana bisa meniduri sahabat tercintanya. Semua atas nama cinta bukan nafsu belaka. Tetap saja Bara merasa bersalah pada gadis ini, gadis yang selalu ia jaga.
"Ssshhh aw." desis Zara, matanya masih terpejam. Tangannya memeluk erat tubuh Bara, dekapan hangat yang dibalas olehnya.
Jam menunjukkan pukul 6.20 WIB, tapi Zara belum bangun juga. Mereka masih telanjang bulat hanya tertutup selimut saja.
"Zara bangun yuk, hei cantik." ucap Bara menggoyangkan tubuh Zara.
"Emh, jam berapa sekarang." Suara serak, khas orang bangun tidur. Namun kepalanya ia benamkan dileher Bara.
"Jam set 7 ra, ayo bangun. Nanti telat loh." ucap Bara,
"Hufh, aku ingin tidur seharian ugh."
"Zara ih ayo bangun, atau aku gendong hmm? Mau mandi bersama."
Zara terdiam, tidak beraksi.
"Emm benar kan mau mandi bersama, diam berarti iya." ujar Bara.
Sontak saja Zara langsung duduk, matanya masih sangat lengket. Ugh. Dada yang masih terbungkus selimut rambut lurus yang membuat Zara semakin cantik.
"Kau bangun sana, mandi juga punguti baju-baju nya, huh kau ini." ucap Zara membuat Bara terpelongo, gadis itu tidak marah atau bereaksi kecewa ditiduri sahabatnya sendiri.
"Ra, kau tidak marah denganku? "
"Ahh, kita sudah pacaran. Kau masih ingat tidak?" tanya Bara. Perut kotak-kotaknya membuat Zara tidak fokus.
"Aku tidak ingat. Wleeee." zara pun bangkit dari ranjang mengambil bathrobe yang ada di sebelah kursi lalu kekamar mandi.
Mama Suzy dan Bi asih menyiapkan sarapan pagi memasak spesial kesukaan Zara.Zara turun tiba-tiba ia memeluk tubuh mamanya dari belakang. Sontak saja Suzy terkejut dengan kelakuan anak gadisnya.
"Mama, maafkan Zara ya. Huft mama dan papa menyebalkan." ucap Zara begitu manja.
"Uh sayang, mama dan papa minta maaf juga ya, kita yang terlalu sibuk." ujar Suzy.
"Jangan seperti itu lagi ya huh." ujar Zara
"Iya sayang mama janji, ayo duduk. Mana Bara kok belum turun." tanya Suzy.
"Dia sedang mandi ma." jawab Zara.
Daniel, Bara pun turun. Siwon juga menyusul pakaiannya sudah rapi sepertinya akan pergi.
"Papa mau kemana? " tanya Zara.
"Eh anak papa, sudah tidak marah lagi?.
" tanya Zara.
"Tidak, Zara sedang bertanya juga."
"Papa akan pergi ke perusahaan teman papa, dan kak Daniel juga akan ikut kesana." jawab Siwon
"Sudah-sudah yuk makan dulu, nanti telat loh." ucap Suzy
Bara hendak mengambil nasi, namun piringnya diambil jadi Zara yang menyiapkan sarapannya. Mereka dari dulu memang duduk bersebelahan setiap makan malam atau apapun itu.
"Makan yang banyak, baca doa dulu." ucap Zara, semua yg ada dimeja makan menatap mereka berdua, terlihat ada sesuatu diantara keduanya. Yang sebenarnya mereka inginkan sejak lama.
"Iya makasih, kau juga tuh makan yang banyak." Balas bara.
Mereka menyantap makanan bersama, banyak candaan yang keluar dari Zara mau pun mereka. Keluarganya terasa sangat harmonis, ini yang sangat diinginkan oleh Zara. Meski masalalu yang cukup menyedihkan baginya tapi sekarang membuatnya cukup bahagia.
.
Beberapa menit kemudian Zara masuk kedalam mobil tak lupa Bara membuka kan pintu untuk gadisnya. Mereka berangkat, Zara menatap kearah Bara yang sibuk menyetir. "Huh, sibuk menyetir, lirik dikit gitu" Batinnya.
"Huh menyebalkan." batin Zara
Tiba-tiba tangan Bara meraih tangannya lalu digenggam, ia merasa Bara tak mengabaikannya pagi ini. Jujur hatinya merasa bahagia.
"Fokus menyetir saja, tanganku lepas saja dulu." ucap Zara, ia sejak tadi tersenyum terus.
"Nanti kau cemberut." ujar Bara.
"Tidak ih."
Bara fokus menyetir, ia masih kepikiran semalam. Kenapa Zara begitu agresif?? Hm?
"Soal semalam, jangan dibahas ya. Aku malu." ucap Zara gugup, ia saja heran kenapa senekat itu.
"Kau akan menjadi milik aku secepatnya Ra, kau tahu kan bokap nyokab kita sudah sekapat menjodohkan kita." ucap Bara.
"Ha? setahu aku itu candaan papa dulu. "
"Itu semua benar, dan sekarang pun mereka akan menjodohkan kita."
"Kok aku tidak tahu sih? Kok kau bisa tahu?"
"Aku ingat semua ra, aku ini selalu ada untukmu. Dan aku akan menjagamu semuanya. Kau dengan ku sudah di takdirkan bersama." ucap Bara.
"Em bagus dong, tapi aku tidak ingin melakukan hal itu lagi denganmu. " ucap Zara, sebenarnya ia tak yakin. Sangat bertolak belakang dengan hatinya.
"Hem kau yakin? dan kau ingatkan aku ini sekarang pacarmu." ujar Bara, penasaran apakah Zara mengingat semuanya atau tidak.
Cup, Zara mengecup pipi Bara sekilas. Kemudian gadis itu beralih menatap kearah luar jendela, senyuman terukir diwajahnya. Apalagi kejadian semalam, Bara melakukannya. Terlihat wajah tampan yang sensual menatap kearahnya. .
Sesampainya disekolah Bara terburu-buru untuk masuk ke ruang Osis, Zara pun mengerti kesibukan sahabatnya sebagai wakil ketua Osis. Tak masalah baginya.
Zara berjalan menuju kelas sembari memainkan ponselnya, tetap saja gadis itu menjadi pusat perhatian cowok. Lekuk tubuhnya saja sangat bagus, membuat iri para cewek disekolah.
Hendak memasuki kelas, Zara dihadang oleh segerombolan gadis yang berada didepan kelasnya. Disertai senyuman remeh pula.
"Berhenti kau." ucap Clara, beberapa gadis bersamanya. Sekitar 5 gadis itu adalah kakak kelas Zara. Selalu saja mencari-cari masalah dengan Zara.
Zara mendongakkan kepalanya, ponselnya ia simpan di saku seragamnya. "Kenapa hm? " tanya ketus.
"Tidak usah kebanyakan gaya kau." ucap salah satu gadis disungging senyum remeh dibibirnya.
"Apa kau bilang, aku banyak gaya?Kalian baru tahu?" ujar Zara enteng.
"Heh jalang, aku peringatkan ya! jangan pernah kau mengganggu Gabriel atau kau bakal habis denganku." ancam gadis berkata kasar itu dengan raut yang emosional.
"Huh, shit!" Zara mencengkram rahang gadis yang berkata jalang, sunggh Zara sangat emosi mendengernya.
"Dasar keparat, bisa-bisanya kau menyebut aku jalang ha?" tanya Zara, raut wajahnya dingin, namun cengkramannya membuat gadis itu sulit bernafas.
Para gadis itu terlihat ketakutan, namun Clara masih mengusiknya dengan kata-kata menjijikan. Seharusnya kata-kata itu pantas untuk dirinya sendiri.
"Iya, memang kau itu JALANG!!!. Semua cowok kau dekati. Dasar jalang!! Tidak punya malu kau, hahaha dasar gadis nakal tapi murahan." ucap Clara
Zara semakin panas mendengar semua itu, waktunya dia bereaksi. Cengkramannya ia lepas, lalu menghampiri jalang gila itu.
"Jalang, jalang, jalang, oh ya jalang. Ternyata kau mengatai dirimu sendiri ya. Wow hebat." ucap Zara sembari senyum sombong dibibirnya
"Ya kau itu jalang, jalang sok cantik merebut reyhan dari aku." teriak Clara. Banyak sekali murid-murid yang merhatikan mereka.
"Haha, REYHAN ITU MEMANG MENYUKAIKU!! WAJAR SAJAKAN AKU DEKAT DENGANNYA. KaU seharusnya sadar diri, ngaca dong! JALANG BODOH!!!!!! Cih." ucap ketus Zara gregetan.
"Dasar jalang." Clara mendorong tubuh Zara. Ke dinding, tanganny mengode kedua temannya. Tangan Zara dipegang oleh gadis-gadis teman Clara seakan membantu Clara untuk memainkan aksinya.
Bugh, pukulan tangan Clara tertuju pada perut Zara, sedikit meringis. Namun tangannya lebih kuat dari pada tangan mereka yang tak pernah melakukan aktifitas apapun.
Zara benar-benar kesal dengan perlakuan gadis-gadis ini. "Para jalang tidak berguna."
"Ayo sini, lawan satu-satu."
Zara meraih tubuh Clara ia sudutkan kasar ke dinding. "Ini rencanamu ha? Kau mempermalukan aku. Yang ada, kau yang malu anjing!!!!!"
"Dan kalian semua, kalian tidak tahu malu gaul dengan dia." ucap ketus Zara yang mengarah ke Clara.
"Dia ini jalang, yang sempat hamil. Bahkan bukan hamil anak Pacarnya melainkan selingkuhannya." pekiki Zara.
Clara mencengkram kuat leher Zara, "Berhenti, gadis nakal. Jangan lanjutin semua fitnah ini, kau cemburu kan Reyhan kembali lagi sama aku. Ha??"
"Setan!!!! " Zara memberontak
Kini ia yang mencengram kuat leher Clara.
"Aaaaa." desis Clara merasakan begitu sakit.
"Rasakan, sekali lagi aku dengar kata-kata Jalang dari mulut kalian semua. Aku tamati hidup kalian!! " ujar Zara kesal, begitu kesal dan tak main-main dengan perkataannya.
Zara pun melepaskan cengramannya, karna Clara hampir mati dibuatnya. Teman-temannya pun ketakutan, mencari masalah dengan Zara bukan hanya malu, tapi bisa saja mati ditempat.
"Minggir." ketus Zara menyenggol kasar tubuh gadis berambut pendek salah satu grombolan Clara.
Zara memasuki kelas dengan raut kesal, dingin bahkan tidak ada yang menegur atau menatapnya secara langsung. Begitu juga Zidan, Reza, Rick dan Lisya.
Zara memainkan ponselnya, ia melirik ke rick yang sejak tadi memerhatikannya.
"Ada apa? " Tanya Zara.
"Bisa mati anak orang, cengkram seperti ayam." ucap Lisya
"Bodo amat siapa suruh mencari masalah degan ratu bar bar." ujarnya songong Zara tanpa menatap ke arah temannya.
"Iya iya."
Beberapa menit kemudian Guru datang dan memulai pelajaran.
T B C