Bab 4
Irish bahagia bukan main, Galen tidak melupakannya. Hari-hari Irish, berubah jadi bahagia dan kembali bersemangat. Gadis itu, tersenyum sepanjang hari, hanya karena pesan sederhana itu.
Irish bahkan, terlalu rajin mengerjakan tugas yang deadline minggu depan. Semua karena Galen. Rasanya Irish secepatnya menyelesaikan kuliahnya dan menyusul Galen kesana. Minimal Irish bekerja, mengumpulkan uang, dan bisa ke negara asing tersebut.
Irish mempunyai satu teman--Monica. Gadis itu tak terlalu tahu masalah pribadi Irish seperti apa, karena Irish itu begitu tetutup. Tapi Monica ingat, Irish pernah bilang ia punya kekasih, hanya saja tidak tahu itu siapa.
Irish dan Monica sedang berada di kantin. Mereka membunuh waktu untuk masuk ke mata kuliah selanjutnya. Irish selalu memikirkan Galen, apa yang lelaki itu lakukan, apa Galen sedang tidur, apa Galen belajar, apa Galen makan, semua hal kecil ia pikirkan. Perbedaan waktu memang bukan hal yang mudah, tapi Irish yakin, jika cinta keduanya telah mengakar, maka, keduanya bisa bersatu kembali.
Irish hanya mengaduk-ngaduk, roti prata-- roti khas india yang dicampur bersama kari ayam. Gadis itu bukannya makan, malah ia tersenyum. Monica yang mentraktir Irish, Monica tahu, hidup Irish pas-pasan, beruntung gadis itu bisa mengenyam bangku kuliah.
"Kenapa? Apa Irish semalam minum obat senyum?" Irish melihat ke arah temannya. Sebenarnya, Monica type sebelas-dua belas sama Irish. Yang akhirnya membuat Mereka berdua bisa berkahir menjadi teman, karena tidak ada yang mau berteman dengan keduanya. Kedua gadis itu dianggap cupu di kelas, dan banyak yang tak ingin satu kelompok bersama keduanya.
"Ah, enggak." Irish memang tak bisa menahan senyumannya. Ia kelewat bahagia. Bayangan wajah tampan Galen yang memberi pesan cinta padanya, membuat Irish seperti tak bisa memijak bumi.
"Um... Monic ada tahu lowongan kerja nggak?"
"Loh kenapa?"
"Um... aku mau coba kerja." Irish rasa, ia bisa menabung sedikit demi sedikit, lama-lama ia bisa menyelesaikan target menabung untuk menyusul Galen di America.
"Nanti aku kabarin ya. Aku sering cari di grup Facebook." Ujar Monica. Hanya ini, pembahasan serius mereka. Biasanya mereka hanya diam-diam. Kecuali, bertanya-tanya masalah kuliah, tugas, dan ujian. Hanya seputar itu.
"Makasih." Monica mengangguk. Monica tahu, semester semakin tinggi, kebutuhan untuk kuliah juga semakin banyak. Ia juga tak bisa banyak membantu untuk masalah keuangan, keluarganya juga pas-pasan, hanya saja lebih baik dari Irish.
"Atau, kita bisa nyari langsung pas pulang? Biasanya di depan toko-toko ada ditulis di depan." Usul Monica.
"Boleh."
Harapan Irish untuk segera menyusul Galen, sudah di depan mata. Irish yakin, menabung dua tahun, ia bisa menyusul kekasihnya. Bahkan, Irish bisa beri kejutan pada Galen di hari wisuda lelaki itu. Membayangkan saja, wajah Irish begitu memanas sekarang.
Irish sudah rindu, ingin mencium parfum Galen, apa masih sama? Apa lelaki itu mengganti parfum. Bagaimana model rambut Galen sekarang, apa lelaki itu makin tinggi, apa Galen masih sereceh dulu.
Irish meremas tangannya kuat. Tak sabar, menantikan hari itu. Ia yakin, cinta mereka takkan pudar.
