Bab 5 . Andaikan Waktu Dapat Diputar
Nnn
"Nyonya Swan tidak bisa menjemput dirimu. Jadi, aku menyempatkan waktu untuk mengantarmu pulang."
Inspektur David mencoba menjelaskan. Sebetulnya, dirinya hanya kebetulan lewat dan memastikan apakah gadis itu sudah pulang. Namun, informasi yang di dapat dari perawat, sama sekali tidak ada keluarga gadis itu yang datang hari ini. David sendiri tahu jelas, ibu gadis itu sangat marah karena keberaniannya melapor kepada polisi dan hal yang diucapkan Sang Ibu juga masuk di akal. Kedepannya Keluarga Swan akan sulit menghadapi para tetangga dan warga sekitar.
Bella mengangguk dan berdiri, lalu berjalan mendekati Inspektur David.
"B-bagaimana dengan biaya rumah sakit?" tanya Bella. Dirinya memiliki tabungan, tetapi tidak banyak dan disimpan di rumah.
"Kantor sudah membayarnya!" jawab Inspektur David singkat. Dirinya pribadi membayar tagihan rumah sakit gadis itu, karena rasa iba.
Bella tidak lagi berkata-kata, dirinya patuh mengikuti Inspektur David dan berjalan keluar rumah sakit setelah mengambil obat-obatan dari perawat. Inspektur David, menggunakan mobil polisi membawanya kembali ke rumah dan ini adalah pertama kali bagi Bella duduk di dalam mobil polisi seperti ini.
Rumah sakit tidak terlalu jauh dari rumah mereka, jadi hanya butuh beberapa menit untuk tiba di sana. Mobil polisi berhenti tepat di depan pagar rumah Bella dan itu tentu sangat menarik perhatian para tetangga dan orang yang melintas.
Bella turun dari mobil dan hendak masuk ke dalam rumah, tetapi langkah kakinya terhenti saat mendengar bisikan para tetangga. Bukan bisikan, lebih tepatnya mereka membicarakan dirinya secara terang-terangan.
"Hei, apakah kamu lihat anak itu pulang menggunakan mobil polisi? Apakah anaknya juga bermasalah seperti ayahnya itu?"
"Bukankah, Tuan Swan baru dijemput kepolisian beberapa hari yang lalu?"
"Benar! Sungguh keluarga yang memalukan!"
Semua itu terdengar jelas oleh Bella dan hal itu membuat dirinya semakin menundukkan kepalanya.
"Hei! Tolong jaga ucapan kalian! Tidakkah kalian lihat bagaimana anak ini terluka? Kalian bahkan tidak memperhatikan kondisinya dan terus bergosip! Bertindaklah sesuai dengan usia kalian!" Inspektur David menegur sekumpulan ibu-ibu itu dengan tegas.
Teguran itu, membuat kumpulan ibu-ibu itu diam dan mundur teratur.
"Jangan terlalu dipikirkan ucapan mereka! Ingat, jika kamu menghadap masalah atau kesulitan apapun, jangan segan segera hubungi diriku!" Inspektur David mengingatkannya sekali lagi.
Bella mengangguk dan berkata dengan tergagap, "T-terima kasih."
Lalu, Bella membuka pintu dengan kunci yang selalu diselipkan di bawah keset depan pintu. Bella masuk dan menutup pintu.
"I-ibu!"
Panggil Bella yang melihat ibu sedang duduk di ruang tamu. Begitu banyak boneka berserakan di lantai dan ibu sedang menjahit sesuatu pada boneka-boneka itu.
Bella berjalan menghampiri ibu dan duduk di lantai tepat di samping ibu.
"I-ibu, ibu tidak pergi ke pabrik?" tanya Bella pelan.
Ibu yang sedang menjahit kancing untuk mata boneka, langsung menghentikan gerakan tangannya. Ibu meletakkan boneka itu di atas pangkuannya dan menatap Bella. Bella menelan ludah, saat melihat bagaimana wajah ibunya sangat kelelahan, diperparah dengan lebam-lebam yang membiru hampir memenuhi seluruh wajah ibu.
"Ibu tidak lagi bekerja di pabrik! Tepatnya, ibu dipecat! Pabrik tidak akan mempekerjakan orang yang memiliki hubungan dengan narapidana! Mereka tidak peduli apa kesalahan narapidana itu, karena apapun itu tidaklah penting dan mereka hanya tidak ingin berhubungan dengan orang-orang berbahaya!"
"Benar! Tidak ada tempat bagi narapidana maupun keluarganya di tengah-tengah masyarakat! Jadi, Ibu hanya bisa mengambil pekerjaan seperti ini dan menyelesaikannya di rumah!"
Ibu mengucapkan kata-katanya dengan perlahan, tetapi mengapa dirinya merasa begitu sedih dan menyesal. Ini semua terjadi karena tindakannya dan sadar ibu menyalahkan dirinya atas tindakan itu.
Bella kembali menunduk, dirinya tidak yakin harus berkata apa.
"Istirahatlah dan setelah tanganmu sembuh, bantu Ibu menyelesaikan pekerjaan ini."
Lalu, ibu kembali menjahit dan tidak lagi menatap dirinya.
Bella berdiri, lalu berjalan ke arah kamarnya. Dirinya merebahkan tubuh di atas ranjang dan menatap langit-langit kamar yang rendah. Ibu, bahkan tidak menanyakan bagaimana dirinya dapat pulang. Terlihat jelas, bagaimana ibu sangat marah terhadap tindakannya. Tentu saja, semua itu memiliki alasan. Ibu bahkan kehilangan pekerjaan karena ulahnya itu.
Bagaimana dengan nasibnya? Apakah dirinya juga akan berakhir di pecat? Bagaimana hubungannya dengan Nicholas? Keluarga Hall jelas sudah tidak menyukai dirinya, apalagi setelah semua yang baru saja terjadi. Nicholas, ya Nicholas tidak datang menjenguknya di rumah sakit. Apa yang harus diratapi olehnya? Semua ini terjadi karena ulahnya.
Bella memejamkan mata dan air mata mengalir membasahi wajahnya. Andaikan waktu dapat diputar, maka dirinya tidak akan berlari keluar rumah, melainkan akan masuk ke kamar dan mengunci pintu.
***
Keesokan harinya, Bella bangun pagi dan membantu ibu membersihkan rumah. Ibu lebih banyak diam, sedangkan Crystal, Bella belum pernah bertemu saudarinya itu semenjak pulang dari rumah sakit.
"Apakah Crystal tidak pulang?" tanya Bella.
Ibu hanya mengangguk dan tidak repot menjawab pertanyaannya. Bella tidak lagi berkata-kata, dirinya berjalan ke arah pintu dan berkata, "Bu, aku hendak keluar sebentar."
Ibu kembali tidak menanggapi perkataannya, tetapi Bella yakin ibu mendengar apa yang diucapkannya barusan. Jadi, Bella langsung keluar, dirinya merindukan Nicholas dan berencana pergi ke rumah Keluarga Hall. Hari ini adalah hari Sabtu, jadi Nicholas tidak pergi ke kampus.
Keluarga Hall tinggal di apartemen kelas menengah dan kunci pintu menggunakan sandi. Bella memasukkan empat nomor sandi yang diketahuinya, tetapi pintu tidak dapat dibuka dan muncul tanda merah yang artinya pin itu salah.
Bella mencoba sekali lagi dan sama, pintu tidak dapat dibuka. Saat Bella mencoba memasukkan sandi untuk ketiga kalinya, pintu apartemen terbuka dan terlihat Nyonya Hall menatapnya penuh dengan rasa tidak suka.
"Kamu akan merusak kunci pintu ini!" tegur Nyonya Hall, masih menatapnya dengan rasa benci.
"Ehm ..., aku yakin memasukkan nomor sandi yang benar. Namun-"
"Kami menggantinya!" ujar Nyonya Hall ketus dan masuk kembali ke dalam apartemen.
Pintu tidak di tutup, bukankah itu artinya Nyonya Hall mempersilahkan dirinya masuk. Bella masuk dengan langkah yang berat. Semakin hari, Bella merasa dirinya semakin tidak diterima.
"Bella!"
Nicholas menghampirinya dan memeriksa kondisi tubuhnya. "Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Nicholas cemas.
Bella mengangguk.
"Ayo! Kami sedang makan siang, ayo makan bersama."
Nicholas menggandeng tangannya dan mereka duduk di meja makan bersama dengan kedua orang tua pria itu.
Mereka makan dalam diam, Bella merasa kesulitan menelan makanannya. Selesai makan, Nicholas memintanya duduk di ruang tamu. Pria itu membantu ibunya merapikan meja makan, Bella tidak dapat melakukan itu karena tangannya terluka.
Tidak lama, mereka semua bergabung dengan Bella di ruang tamu. Nyonya Hall duduk di sampingnya dengan sebuah brosur mobil sedan.
"Nicholas, kamu butuh mobil! Kamu kuliah di universitas ternama dan akan memalukan, jika kamu terus menggunakan bus umum!" ujar Nyonya Hall sambil menyerahkan brosur itu kepada putranya.
"Benar! Teman ayah bekerja di showroom mobil dan mengatakan mobil itu sangat nyaman dikemudikan!" tambah Tuan Hall.
"Ini sangat mahal!" ujar Nicholas dan menyerahkan brosur itu kembali kepada ibunya.