Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 - Kembali ke Kerajaan Huang (2)

Kerajaan Huang merupakan kerajaan kecil di antara kerajaan-kerajaan lainnya. Kerajaan terbesar di kekiasaran tentu saja yang pertama adalah kerajaan Han, lalu di susul kerajaan Zhang dan kerajaan Qing yang menempati posisi kedua.

Memutuskan aliasi dengan kerajaan Huang tentu saja adalah hal yang mudah, terlebih tetap bekerja sama tentu saja tidak akan memberi keuntungan yang besar.

Sebagai seorang yang menginginkan kekayaan, kerjaan Zhang tentu saja akan memilih mengakhiri kerja sama bagaimana pun kaisar Zhang Long Fei berpikir jika kerajaan Huang hanyalah sebuah benalu yang berusaha bertahan dengan cara mengikatnya dengan Huang Axia yang merupakan seorang putri yang tidak berguna.

Sepanjang perjalanan aku tentu saja memikirkan bagaimana senangnya kaisar Fei saat ini karna telah berhasil menyingkirkanku dengan kerjaan Huang. Pria itu tentu saja akan mengadakan pesta perayaan.

Aku lantas mendesah, setelah berhasil meninggalkan kerajaan Zhang, aku akan lantas kembali ke kerajaan Huang yang di mata para petinggi kerajaan lainnya bukanlah kerajaan yang berpengaruh. Di pandang rendah oleh para penguasa kerajaan lain membuat mereka lantas lengah dan beranggapan mereka bukanlah sebuah ancaman. Mengetahui bagaimana cara pandang semua orang yang meremehkan kerajaannya, bagaimana bisa Huang Axuan bertahan?

Aku menatap pria tampan yang saat ini duduk di hadapanku sambil membaca sebuah buku. Ia begitu serius membaca bukunya hingga tak sadar jika sedari tadi aku menatapnya dengan tatapan menyelidik. Sebelumnya aku sempat merasa marah karna Huang Axuan yang merupakan kaisar kerajaan Huang saat ini menghambur-hamburkan uang koin kepada penghuni kerajaan Zhang dengan mudah.

Padahal mereka tahu kerajaan kecil seperti mereka tidak memiliki begitu banyak kekayaan. Hal yang mengusikku selama perjalanan adalah saat ia mengatakan harta kerajaan Huang sangat berlimpah, apa yang ia lakukan tidaklah seberapa. Selain itu biasanya kerajaan kecil seperti mereka akan mengemis agar aliansi dengan kerajaan yang lebih besar darinya agar tidak putus, namun saudaranya sama sekali tidak melakukannya seakan-akan dengan putusnya aliansi kerajaan Huang dan kerajaan Zhang bukanlah apa-apa.

"Mei-mei kita sudah sampai" kata Huang Axuan membangunkanku dari lamunan.

Aku lantas menangkat wajahku menatap saudaraku, lalu menoleh menatap keluar jendela dan seketika raut wajahku berubah terkejut saat melihat bangunan besar yang tampak sangat mewah di sisi kanan pintu kereta. Di sepanjang pinggir jalan di tanam ponoh ceri secara berbaris dan berjejer rapi. Saat ini daun pohon-pohon ceri telah menguning menandakan saat ini adalah akhir musim gugur.

"A-apa yang terjadi? Seingatku istana kerajaan Huang tidak sebesar ini" kataku yang tak mampu menutupi keterkejutanku.

"Gege kurasa kita salah jalan. Kerajaan Huang adalah kerajaan kecil, bagaimana bisa bangunan mewah ini adalah istana kerajaan Huang?" Tanyaku yang lantas membuat Huang Axuan atau kaisar Axuan tertawa.

"Mei-mei ini adalah kerajaan Huang. Tentu saja dalam waktu 1 tahun aku mampu mengubah perekonomian kerajaan Huang dengan cepat dan membangun kembali kerajaan" jelas kaisar Axuan yang tentu saja kembali membuatku melotot karna terkejut mendengar penjelasan singkatnya.

"Bagaimana mungkin gege mengubah perekonomian kerajaan Huang lebih maju, terlebih merenovasi kerajaan Huang di waktu yang bersamaan dan dalam kurun waktu hanya satu tahun?" Tanyaku tidak percaya.

"Tentu saja hal itu terdengar mustahil. Sebenarnya aku telah merencanakannya sejak lima tahun yang lalu. Namun rencanaku baru saja terwujud saat tua bangka, egois nan kikir itu mati" jawab kaisar Axuan yang tak menutupi kebenciannya dengan mendiang ayahanda mereka.

"Sudahlah, segeralah turun. Gege akan menunjukan kamarmu yang baru" perintah kaisar Axuan yang lantas ku turuti dengan patuh.

"Gege, mengenai pohon ceri yang berjajar sepanjang pinggir jalan menuju kerajaan Huang, dari mana gege mendapat ide itu?" Tanyaku yang baru saja turun dari kereta di bantu kaisar Axuan.

Rasa penarasanku mengalahkan keinginanku yang ingin bersikap masa bodoh dan tak ingin tahu. Semenjak mengisi raga Huang Axia, aku terlalu banyak bertanya dan terus menerus merasakan penasaran yang berlebih. Padahal di kesempatan kedua yang di berikan padaku, aku ingin tetap menjadi gadis yang pendiam dan juga dingin.

Aku tidak tahu mengapa. Padahal dalam ingatan yang ku dapatkan sosok Huang Axia tampak seperti gadis yang pendiam, sabar dan tabah menghadapi segala penderitaan yang di berikan orang-orang di sekitarnya. Namun saat ia bersama saudaranya, sosok aslinya pun ia perlihatkan. Ia adalah gadis yang ceria dan berkeingintahuan yang tinggi. Di kucilkan dan di cap sampah mungkin membuatnya menututup dirinya.

"Apakah kau lupa? Ide itu adalah idemu. Dulu kau selalu menginginkan sebuah kerajaan besar dengan pohon ceri yang berjajar rapi di sepanjang jalan besar menuju kerajaan. Keinginanmu inilah yang membuatku terus mencatat ide-ide gilamu hingga akhirnya aku bisa mewujudkan keinginanmu ini" kata kaisar Axuan yang entah mengapa membuatku merasa tersentuh.

"Pantas saja rasanya tidak asing" kataku. Aku lantas tersenyum dan memeluk saudaraku seraya berkata "Gege terima kasih" ucapku tulus.

Satu hal yang ku tahu, sosok pemuda tampan yang saat ini ku peluk adalah sosok pemuda yang mengerikan. Meskipun begitu, aku tahu ia sangat menyayangiku dilihat bagaimana ia membalas pelukanku dengan begitu eratnya.

*****

Hari telah berganti dengan cepat. Suasana ibukota kerajaan Huang mulai tampak sangat ramai padahal matahari masih malu-malu bersembunyi di bukit timur. Memang biasanya para pedagang akan mulai beraktivitas, membuka usaha dagang mereka. Namun kali ini para penduduk ibukota kerajaan Huang telah berkumpul dan bergosip memgenai kabar dibuangnya putri kerajaan Huang Axia.

Entah dari mana awal mulanya kabar burung itu berasal. Yang mereka tahu saat ini berita tersebut tengah panas di perbincangkan. Bukan hanya di ibukota kerajaan Huang, melainkan di ibukota kerajaan-kerajaan lainnya.

Sama dengan yang terjadi di ibukota kerajaan Huang, di kerajaan Han pun demikian. Para penduduk ibukota mulai membentuk sekumpulan kerumunan. Mereka mulai membicarakan sosok gadis yang mereka cap sebagai sampah yang baru saja di pulangkan kerajaan Zhang ke kerajaan Huang.

"Aku tidak mengerti dengan pihak kerajaan Huang. Aib seperti putri Axia seharusnya di asingkan saja. Mereka tak perlu menerimanya kembali ke kerajaan sebab hanya akan membuat kerajaan Huang menanggung rasa malu dari gadis tak berguna sepertinya" kata penduduk ibukota kerajaan Han yang menyuarakan pendapatnya.

"Kau benar. Selain itu putri Axia sudah tidak berguna lagi untuk kerajaannya. Ku dengar kerajaan Zhang sudah memutuskan aliansi dengan kerajaan Huang. Mereka tidak akan berkerja sama lagi dalam urusan politik ataupun perdangangan" sahut penduduk lainnya.

Di saat semua orang tengah membicarakannya, di sisi lain di kerajaan Huang. Tepatnya di sebuah bangunan besar yang terletak di bagian barat istana utama kerajaan Huang. Aku tengah melakukan pemanasan untuk memulai rencana balas dendamku.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel