Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

1. Wanita Bayaran

***

"Bisakah kita bertemu lagi?"

"Setiap malam selalu bertemu, bukan?" Winter melepaskan pelukan dan perempuan itu bersiap untuk pulang.

"Hanya malam saja kita bertemu. Aku ingin lebih, kenapa kamu selalu menolak jika aku ingin terus bertemu setiap saat tanpa batas?" tanya David.

"Tugasku memang sebagai kekasih bayaran di malam hari, bukan sebagai wanita pelacur. Kamu lupa?"

"Aku pasti bayar kamu lebih mahal, apa yang kamu mau pasti aku penuhi."

"Untuk apa? Tidur denganmu?"

"Ya, salah satunya bisa itu. Jika kamu mau menjadi milikku, semua kebutuhanmu pasti aku penuhi. Kamu tidak perlu capek melayani klien yang mungkin salah satu dari mereka sudah tua."

"Tidak!"

"Kenapa?"

"Karena aku bukan pelacur," balas Winter.

"Ayolah, kamu sudah dewasa dan aku memiliki segalanya, kamu bekerja sebagai kekasih bayaran karena uang, bukan? Kamu juga sangat unik, ini New York, dan masih ada wanita yang tidak mau melakukannya? Kamu menjaganya untuk siapa? Suamimu nanti?”

"Iya, aku memang bekerja karena uang, tapi aku tidak menjajakan tubuhku di atas ranjang. Jangan samakan aku dengan wanita malam seperti itu. Aku hanya menawarkan jasa sebagai kekasih bayaran yang para klien tak sempat mempunyai kekasih.”

"Kamu juga wanita malam, kenapa sulit sekali membuat kamu bisa tidur denganku? Katakan aku harus bayar berapa? Pasti kubayar asal kamu mau tidur denganku," ucap David sekali lagi.

"Karena aku bukan wanita pemuas ranjang dan bukan seorang pelacur," jawab Winter. "Kamu bisa mencari wanita lain yang memang berprofesi sebagai wanita pemuas." Wanita itu memakai blazer-nya, malam ini udara sangat dingin karena hujan turun sangat deras. "Aku pulang karena tugasku sudah selesai. Besok aku libur, jadi kamu tak perlu menghubungi Madam Suzana."

David menahan lengan Winter, ia menatap wajah wanita yang akhir-akhir ini membuatnya gila. "Kamu tidak bermalam di sini? Sudah larut begini tidak baik untuk kamu pergi ke luar."

Winter setengah tertawa. "Kamu lupa siapa aku? Aku ini ratunya malam, tidak ada yang bisa membuatku terluka saat malam hari.

David masih belum melepaskan tangannya, ia masih penasaran dengan sosok Winter Samantha yang sangat misterius. Lelaki itu ingin sekali tahu sosok perempuan itu di dunia nyata.

David meraih lengan Winter dan mencium bibir perempuan itu sekali lagi. Ciuman yang sangat dalam dan juga mendominasi. Menyentuh bibir Winter saja sudah gila, apalagi jika ia bisa menyentuh tubuh lainnya. David semakin gila, tangannya mulai nakal menyentuh bagian dada wanita itu.

Dengan cepat, Winter langsung menepis tangan nakal David. "Aku pergi, selamat malam. Jangan tidur menjelang pagi hari, dan jangan membuat ulah jika kamu tidak mau nama keluarga Smith menjadi buruk lagi," ucapnya. Winter mengecup pipi David singkat.

David memang tidak bisa menahan Winter karena resikonya, ia akan kehilangan perempuan itu. Pria itu sangat penasaran karena hanya Winter lah satu-satunya yang tak mau naik ke atas ranjangnya. Dia tidak akan pernah menyerah sampai wanita itu menjadi miliknya.

David memang tergila-gila dengan kecantikan dan pesona perempuan itu. Mungkin sejak tiga bulan terakhir ini, hanya Winter lah, wanita yang mampu menarik mata dan juga hatinya.

"Kamu pasti akan jadi milikku, Nona Winter Samantha. Aku akan terus mencari siapa kamu sebenarnya dan menemukan titik lemahmu," gumam David.

***

Winter memutuskan datang ke salah satu Bar bersama sang asistennya, Hary. Perempuan itu merasa jenuh jika harus kembali ke apartemennya yang sepi. Winter butuh kekuatan agar esok pagi, ia bisa menjalani peran sebagai Esme Jasmine, perempuan pecundang yang selalu dipandang sebelah mata oleh orang-orang sekitarnya.

"Bagaimana dengan David? Dia menahanmu di apartemen-nya?" tanya Hary.

"Hmm... Dia memang selalu begitu," balas Winter.

"Dia itu pewaris dari Athena Corporation, jika kamu bisa menarik hatinya, kamu jadi wanita paling beruntung," ungkap Hary.

"Aku tahu."

"Kamu kenapa tidak menerima tawarannya? Madam Suzana pun tidak akan menahanmu, dia hanya mengistimewakan kamu dan membuat yang lainnya iri."

Winter menghela napasnya pendek. "Dia hanya butuh teman tidur dan aku bukan wanita yang cocok karena aku bukan pelacur."

"Sangat unik, Winter. Hanya kamu lah satu-satunya anak asuh Madam Suzana yang tak mau melayani klien di atas ranjang, dan kamu masih wanita yang murni di kota New York ini, jarang ada wanita yang seperti kamu dan Madam Suzana pun tak mempermasalahkannya.”

"Karena hal itu juga Madam Suzana memberiku hak istimewa. Banyak klien yang tertarik dengan wajah ini yang akan membuat mereka bangga jika dikenalkan pada keluarga atau teman-temannya, ya aku hanya memberi bonus ciuman panas saja untuk mereka.”

"Besok kamu mendapat tugas menggoda pria kaya, bukan?"

"Iya. Aku sudah janjian dengan pria brengsek itu di salah satu hotel dan klien-ku yang merupakan istri sahnya pun sudah menyiapkan segalanya."

"Kamu bukan hanya jadi favorit para pria kaya yang menyewa jasamu untuk jadi kekasih bayaran, tapi jadi favorit para istri yang curiga kalau suaminya selingkuh."

"Winter Samantha selalu jadi nomor satu saat di malam hari,"balas Winter. 'Dan jadi pecundang di pagi hari,' tambahnya dalam hati.

"Tapi identitasmu pun aku tidak tahu. Aku hanya bertemu denganmu di malam hari saja. Kenapa madam dan kamu menutup rapat identitas di depanku? Aku ini asistenmu dan sudah bekerja di 'Perfect Partner' sejak lama. Padahal di dunia nyata, aku juga ingin mengenalmu sebagai teman," ucap Hary.

"Tidak ada yang istimewa tentangku, Hary. Kehidupanku sehari-hari sungguh membosankan dan tidak menarik. Jadi kamu tak perlu rugi karena tidak mengenalku lebih dalam. Kita lebih baik seperti ini, hanya mengenal karena kita itu partner yang klop."

"Kenapa? Apa aku tidak pantas mengenalmu? Aku tidak pantas berteman denganmu?" tanya Hary penasaran.

Winter tertawa kecil. "Kamu hanya akan menyesal kalau tahu siapa aku di kehidupan sebenarnya," balasnya.

"Menyesal karena apa?" tanya Hary bingung.

Winter hanya tersenyum, ia menaruh gelas wine di atas meja. "Aku mau ke toilet dulu, habis dari toilet antar aku pulang ya!"

Hary hanya mengangguk samar, ia lagi-lagi kecewa karena Winter tidak menjelaskan alasan yang tepat padanya.

***

Winter mendengar suara aneh di toilet pria. Perempuan itu melangkahkan kakinya ke arah sumber suara ribut itu. Samantha terkejut melihat dua orang sudah terkapar di lantai. Satu orang tersenyum menatap kedatangannya.

'Lelaki itu!' pekik Winter terkejut di dalam hatinya.

"Kamu bisa bantu aku untuk mengurung mereka di toliet? Mereka tidak kubuat mati, mereka hanya pingsan," pinta lelaki itu dengan tenang.

Winter dengan bodohnya mengangguk, ia menyeret tubuh lelaki yang sudah tak sadarkan diri ke toilet dan menguncinya.

"Mereka ingin membunuhku dan sudah mengincarku beberapa hari terakhir ini," ucap lelaki itu menjelaskan.

"Aku tidak peduli," jawab Winter.

"Terima kasih karena kamu meringankan tugasku," ucap lelaki itu lagi.

Winter mencuci tangannya di wastafel, ia tak menggubris ucapan lelaki itu. Lengan Winter ditahan oleh lelaki itu ketika hendak pergi.

"Kenapa kamu begitu berani datang ke toilet pria? Harusnya kamu takut karena mendengar keributan, bukan?"

Winter tersenyum smirk. "Karena aku bukan pecundang."

"Kenalkan, namaku Sean Wiliam. Siapa namamu? Bisakah kita bertemu lagi?"

Winter menepis uluran tangan lelaki. "Panggil aku Winter Samantha... Dan kita tidak akan pernah bertemu lagi," ucapnya sambil berlalu pergi.

Aku benci melihatmu, Sean. Kenapa kamu selalu saja terlihat?

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel