Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Hari pernikahan mengejutkan

"Ih kok jadi deg-degan gini sih Cel." Ujar Ara sambil memegang dadanya.

Saat ini Ara sedang berada di dalam kamar miliknya sendiri bersama dengan Celine saudara sepupunya dan sahabatnya Selena. MUA yang merias Ara sudah pulang sejak dirinya selesai dandan tadi pagi.

"Wajarlah orang mau menikah ya deg-deg an. Tapi disisi lain kamu bahagia kan?" Goda Celine sambil menoel pipi Ara.

Ara menatap sinis kearah Celine yang terus menggodanya. "Apaan sih biasa aja."

"Jujur ya Ra, aku pengen tahu wajahnya suami kamu loh. Kata mamah ganteng bener suami kamu,"

Ara berdecih pelan. "Ganteng emang iya aku akuin, tetapi dinginnya kayak kulkas dua pintu."

"Masak sih Ra? Aku nggak perecaya deh, orang kata mamah dia ramah kok." Jawab Celine masih mengotot.

"Gatau ah males bahas dia, kenal aja enggak. Main nikah segala, ngenes banget nggak sih nasib aku?"

Celine memelotot kearah Ara. "Hus jangan bicara seperti itu, nggak baik Ara."

Ara mengangkat bahunya Acuh.

Sementara di depan rumah, lebih tepatnya di teras, semua orang sudah sibuk menyambut mempelai pria datang. Diandra dan Bram susah stay di depan pintu masuk dengan senyuman yang merekah. Sedangkan Zikri yang awalnya ikut berbaris bersama kedua orang tuanya seketika teringat akan sesuatu hal, dengan segera ia pun kembali masuk kedalam rumah.

"Eh Zikri mau kemana kak?" tanya Diandra sambil menahan lengan Zikri.

Zikri pun menghentikan gerakannnya. "Aku mau kedalam sebentar mah, ada yang harus aku urus." Ujarnya.

"Nanti balik lagi kesini tapi ya!"

Zikri mengangguk. Setelah itu ia pun berjalan dengan cepat masuk kedalam rumah dan bergegas menaiki tangga. Tujuan utama Zikri adalah bertemu dengan adiknya di dalam kamar. Sesampainya di depan kamar Ara, Zikri langsung masuk begitu saja, karena pintu sedang terbuka sedikit.

Krek..

"Kakak?"

Zikri tersenyum kearah Ara. Begitu juga dengan Ara, tanpa aba-aba Ara langsung menubruk tubuh Zikri dan memeluknya sangat erat.

"Kakak kemana aja? Ara tungguin dari tadi loh," Ujarnya berada di dalam pelukan kakaknya.

Zikri menyenderkan dagunya di kepala adiknya, sambil mengusap lembut punggung adiknya. "Kakak diluar sama mami, begitu kakak ingat kamu, kakak langsung kesini."

"Ara takut kak, Ara deg-degan." Ujarnya pelan.

Zikri melepas pelukannya, kemudian menatap wajah adiknya yang pucat karena khawatir.

"Jangan takut, ada kakak disini. Seharusnya kamu bahagia, bukan takut!"

"Ara takut pokonya!"

"Iya tuh kak, dari tadi takut mulu katanya."

"Ada Celine, ada Selena, ada kakak."

Ara menghela nafasnya pelan. Kemudian ia kembali menatap wajah kakaknya yang terlihat agak sendu. Ara menangkup kedua pipi kakaknya sambil menatap manik bening itu.

"Kakak kenapa?"

Zikri menepis tangan Ara, kemudian ia mengalihkan pandangannya kearah lain sambil mengusap air matanya.

"Kakak nangis?"

"Enggak, kakak nggak nangis kok." Ujarnya berbohong. Padahal aslinya Zikri tengah menahan air matanya agar tidak lolos lagi di depan adiknya.

"Kakak cuma terharu, adik kakak sebentar lagi akan menjadi istri orang rupanya." Ujarnya sambil tersenyum amatir.

"Kakak kenapa?" tanya Ara sekali lagi.

Bukannya menjawab Zikri malah menarik Ara masuk kedalam pelukannya. Tanpa ia sadari ternyata air mata Zikri mengalir bersamaan dengan adiknya masuk kedalam pelukannya. Ada rasa tidak rela jika adik kesayangannya harus berpisah dengannya setelah ini, di tambah lagi statusnya yang sekarang akan menjadi seorang istri sangat tidak memungkinkan jika diri berdekatan dengan adiknya seperti dulu. Hal itu akan membuat Zikri jauh dengan Ara, dan ia tidak mau jika hal itu terjadi.

"Ara sayang kakak,"

Beberapa detik kemudian, suara dari arah luar pintu membuyarkan kegiatan mereka yang saling berpelukan.

"Ara, turun kebawah sayang, ijab qobul segera dimulai."

Ara mengangguk, Jantungnya kembali berdetak sangat kencang. Tangannya terasa dingin, melihat hal dengan segera tangan Zikri meraih tangan Ara untuk ia genggam sebagai penetral tangannya yang dingin.

Sebelum keluar dari kamar, Ara menarik nafas kemudian mengeluarkannya secara berulang hingga beberapa kali. Kemudian ia tersenyum menatap kakaknya yang kini juga tengah tersenyum menatapnya. Ara berjalan dihimpit kakak dan sahabatnya. Sementara Celine berada di belakang Ara memegangi gaun panjang milik Ara.

Semakin Ara keluar dari kamar semakin kencang pula detak jantungnya. Baru satu langkah kaki Ara memijak tangga, semua mata sudah tertuju padanya. Hal itu membuat Ara merasa malu setengah mati, Zikri memimpin Ara agar berjalan dengan lancar hingga sampai di depan meja akad.

Keluarga Reyhan sudah datang beberapa menit setelah Zikri masuk kedalam rumah menemui Ara. Walaupun sempat ada kendala di jalan, tetapi pada akhirnya mereka bisa sampai di rumah Ara tepat waktu, semua penghalang telah mereka lewati bersama. Dan sekarang Reyhan sudah duduk manis dengan jas hitam dan pecinya di atas kepalanya.

Sesampainya disana Ara langsung duduk di samping calon suaminya, tanpa mendongakkan kepalanya. Setelah itu Zikri pun ikut duduk di belakang Diandra, menyaksikan ijab qobul adiknya.

"Semuanya sudah lengkap, sekarang kita mulai akadnya ya pak, buk!"

"Silahkan pak penghulu."

"Baik saudara Reyhan, apakah anda sudah siap?" Tanya pak penghulu kepada Reyhan.

Ara sempat melirik Reyhan sekilas, terlihat sangat tampan dan berwibawa. Pada sat ia menolehkan kepalnya, terlihat Reyhan Sedang mengusap tangannya yang berkeringat, Ara yakin bahwa sebenarnya Reyhan juga sedang gerogi.

"Saya siap." Jawabnya tegas.

"Bapak Bram, apakah anda ingin menikahkan putri anda sendiri?"

Bram mengangguk.

Setelah itu Bram menjabat tangan Reyhan. "Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka binti Arabella Madaine Alexander alal mahri seperangkat alat sholat dan uang tunai 100 juta hallan.”

Artinya:

(Aku nikahkan engkau, dan aku kawinkan engkau dengan pinanganmu putriku Arabella Madaine Alexander dengan mahar seperangkat alat sholat dan uang 100 juta dibayar tunai.)

"Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha Arabella Madaine Alexander alal Mahril Madzkuur wa Radhiitu bihi, wallahu waliyut taufiq, hallan."

Artinya:

(Aku terima nikahnya dan kawinnya dengan mahar yang telah disebutkan, dan aku rela dengan hal itu. Semoga Allah selalu memberikan anugerah.)

"Bagaimana para saksi?"

"Sah..!!"

"Alhamdulilah,"

kemudian mereka membacakan al-fatihah, setelah itu Ara di minta untuk mencium punggung tangan suaminya.

"Cium punggung tangannya nak," Pinta penghulu mengintruksi kala melihat Ara dan Reyhan yang sama-sama saling diam.

Ara menghadap suaminya, ia masih tidak berani menatap wajah suaminya. Setelah itu Reyhan menyodorkan tangannya di depan Ara, dengan ragu Ara meraih tangan itu kemudian menciumnya. Sementara Reyhan meletakkan tangannya di pucuk ubun Ara sambil membacakan do'a pernikahan. Yang berbunyi :

"Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih."

Artinya: ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya.

Tidak terasa air mata Reyhan menetes pada saat ia membacakan do'a tersebut. Kini sekarang tanggung jawabnya besar, bukan lagi anak remaja yang masih suka main kesana kesini, tetapi ada istri yang harus ia hidupi dan semua dosa Ara ia yang menanggung.

Reyhan melepas tangannya, begitu juga Ara. Sama dengan Reyhan, Ara terlihat berkaca-kaca setelah mendongakkan wajahnya. Setelah itu tanpa aba-aba Reyhan menarik lagi kepala Ara dengan lembut kearagnya kemudian mengecupnya lama. Hal itu membuat Ara terkejut sekaligus syok. Pergerakan Reyhan sangat cepat dan tanpa aba-aba.

Detik itu juga darah yang ada pada organ tubuh Ara seakan berhenti mengalir. Tangannya semakin dingin merasakan benda kenyal mendarat sempurna di dahinya.

Setelah itu Reyhan menegakkan badannya seperti semula. kemudian Mereka diminta penghulu untuk menandatangani buku nikah mereka berdua.

Semuanya berjalan dengan lancar, kini Ara dan Reyhan sudah sah menjadi pasangan suami istri. Ara dan Reyhan kemudian berjalan menghampiri kedua orang tua mereka untuk sungkem di pangkuannya.

Pertama Ara dan Reyhan sungkem dengan kedua orang tua Ara. Sebelumnya Ara tidak mengira bahwa dirinya akan menangis di hari yang bahagia ini. Kenangan indah waktu kecil terputar kembali di otaknya, sekarang dirinya sudah menjadi istri seperti maminya.

"Mami, maafin Ara kalau Ara selama ini suka bandel dan merepotkan mami. Do'akan Ara semoga bisa menjadi istri yang baik untuk suami Ara."

Diandra mengangguk sambil menitihkan air matanya. "Iya sayang, mami pasti akan selalu do'akan kamu."

Ucapan itu di akhiri dengan kecupan di dahi Ara. Setelah itu kini gantian Ara memeluk papinya sambil meminta do'a agar dipermudah dan diberi keharmonisan rumah tangga.

"Reyhan, papi titip Ara sama kamu ya! Jangan sampai buat putri kesayangan papi menangis."

Reyhan tersenyum. "Insyaallah pi, Reyhan akan berusaha untuk membahagiakan Ara."

Setelah itu mereka berdua kembali bersungkem kepada kedua orang tua Reyhan. Ara masih sedikit canggung dengan kedua orang tua Reyhan, walaupun Zura terlihat santai dengan Ara.

"Mah, Mulai sekarang Ara jadi anak mamah. Do'akan Ara semoga menjadi istri yang baik untuk anak mamah." Ujar Ara sedikit canggung.

"Iya sayang pasti," Ujarnya sambil memeluk Ara layaknya anaknya sendiri.

Kemudian gantian Reyhan. "Mah, Reyhan mau berterima kasih kepada mamah. Kalau misalnya Reyhan tidak mamah didik dengan keras mungkin Reyhan tidak tahu apa tanggung jawab Reyhan. Do'akan Reyhan agar jadi suami yang baik untuk Ara ya mah!"

Zura mengangguk sambil menangis. "Iya sayang, mamah akan selalu do'akan kamu, semoga rumah tangga kalian sakinah mawadah dan warahmah ya sayang!"

"Kalau ada masalah jangan lupa di bicarakan berdua," sahut Jovan papah Reyhan.

"Baik pah," Jawab mereka bersamaan.

Setelah itu pandangan mereka berdua tertuju pada kakak Ara yang tengah berdiri di samping kedua orang tua Reyhan. Dengan segera Ara mencium tangan Zikri, Ara tahu disamping ada suaminya tidak enak jika dirinya memeluk kakaknya begitu saja walaupun dia kakak kandungnya.

"Kak Ara ucapkan banyak terima kasih atas bimbingannya selama ini, do'akan Ara agar menjadi istri yang baik dan sholehah."

Zikri mengangguk. "Pasti dek."

Setelah itu bergantian Reyhan langsung memeluk kakak iparnya. "Minta do'anya ya bang,"

"Siap bro, jaga adek gua ya!"

"Pasti!"

Tak lama kemudian seorang wanita berhijab menyapa mereka berdua.

"Hai kak,"

Ara mengernyitkan dahinya. Ia tidak mengenal wanita itu namun sejak pertama dirinya keluar kamar pandangannya teralihkan menatap penasaran wanita yang kini tengah berada di depannya. Ara ingat, dia wanita yang memayunginya pada saat di taman.

"Kamu kan yang waktu itu memayungi aku waktu ditaman kan?"

"Iya kak, perkenalkan nama aku Hafidzah, aku adiknya kakak Reyhan." Jawabnya ramah.

Ara mematung mendengar ucapan wanita itu. Kemudian Ara menatap Reyhan dan Hafidzah secara bergantian. "Jadi kamu adiknya Reyhan?"

"Kalian sudah saling kenal?" Tanya Reyhan memotong pembicaraan mereka.

Bersambung....

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel