2. Ternyata Dia Sangat Seksi
“Om Rama, hey! Kenapa diem aja? Om mau kemana?”
Rama tersentak kaget. Pria itu tergagap, karena tiba-tiba Tiara melambai-lambaikan tangan tepat di depan wajahnya. Ia terkejut dan buru-buru meraup wajahnya dengan kasar.
“Astaga,” lirihnya gugup.
“Mmm, Om mau pulang, Tiara. Lagian kan tugas Om di sini sudah selesai. Om udah jemput kamu dan ngantar kamu pulang. Jadi sekarang Om juga harus pulang,” jawab Rama sedikit kikuk, dan mencoba menghindari tatapan memohon dari gadis itu.
“Loh, ya nggak bisa dong! Papa belum pulang. Aku nggak bisa tinggal di rumah sendirian. Pokoknya Om Rama nggak boleh pulang!” seru Tiara dan cepat-cepat menahan lengan Rama yang kekar dengan kedua tangannya yang mungil.
Tiara memeluk lengan Rama dengan kuat. Tanpa ia sadari, gadis itu merapatkan lengan Rama pada tubuhnya hingga setengah menghimpit dada jumbonya yang menyembul dari balik kaos.
Sentuhan itu membuat suhu tubuh Rama mulai memanas. Wajahnya terasa panas dan tampak merona merah. Sesuatu di bawah sana terasa semakin sesak. Ada debaran kencang di jantungnya, tetapi ia tak boleh menunjukkan semua itu di hadapan Tiara. Biar bagaimana pun juga, Tiara tetap lah anak kecil di matanya.
Rama mendengus dan menarik tangannya dari dekapan Tiara dengan cepat.
“Apa lagi, Tiara? Terus Om harus gimana?”
“Pokoknya Om harus nemenin aku di rumah sampai Papa pulang,” ujar Tiara keras kepala. “Kalau Papa udah pulang, terserah deh Om mau nginep atau langsung balik. Tapi sekarang, aku takut sendirian. Denger nggak, aku takut! Jadi, mau nggak mau Om harus nemenin aku.”
"Astaga! Itu namanya kamu menyandera om di sini. Kamu bisa kena kasus penculikan loh!" Rama memutar bola matanya malas, ia tak tahu harus menanggapi dengan serius atau menertawakan tingkah anak gadis itu.
Tiara melipat tangan di dada, dan justru membalas dengan menatap Rama tajam.
“Nggak apa-apa aku menyandera om, kan cuma untuk malam ini. Apa Om nggak takut, kalau tiba-tiba malam ini ada rampok yang masuk rumah dan aku diculik? Terus besok Papa nanya kemana aku hilang, dan Om harus tanggung jawab jelasin semuanya. Apa Om Rama mau, hah? Om nggak takut di kungfu sama papaku?"
Mata Tiara menyipit, wajahnya berubah seperti anak kecil yang sedang merajuk, tapi dengan gaya mengancam yang justru membuat Rama ingin tertawa sekaligus kesal.
“Astaga!” Rama menepuk keningnya kasar. “Dasar anak kecil drama queen.”
“Aku nggak mau tau. Pokoknya Om Rama harus nurut sama aku. Titik!”
“Hahaha, ya sudah, ya sudah!” Rama akhirnya menyerah. “Om akan temenin sampai Papa kamu pulang. Tapi kamu janji, jangan merepotkan om-mu ini ya. Om udah tua, bisa stres kalau harus momong anak manja seperti kamu.”
Tiara langsung bersorak gembira, dan melompat kecil seperti baru saja memenangkan undian.
“Yeiii! Asyik! Akhirnya ada yang nemenin juga! Siap, Om Superhero. Aku janji nggak akan merepotkan Om kok.” Tiara tertawa senang dan memberi hormat dengan tangannya.
Rama hanya bisa geleng-geleng kepala. Dalam hati ia bergumam lirih.
“Ferdi, kamu bener-bener beruntung punya anak semanja ini. Tapi kasihan juga sahabatmu yang satu ini karena harus jadi babysitter dadakan.”
“Om Superhero memang sangat baik,” puji Tiara lagi.
Begitu senangnya, Tiara bahkan langsung mengalungkan lengannya di leher Rama dan memeluk pria itu sangat erat hingga tubuh mereka saling menempel dengan rapat.
Tubuh Rama mendadak kembali tegang. Ia merasakan payudara besar Tiara terasa semakin menempel dan terhimpit di dadanya. Rasanya sangat kenyal, padat, dan hangat. Bahkan Rama bisa merasakan dihimpit oleh benda besar itu, yang ia bayangkan jika ukurannya mungkin sebesar buah semangka.
“Makasih ya, Om.” Tiara tertawa lepas sambil melepaskan pelukannya di tubuh Rama. “Mm, sebagai rasa terima kasih aku ke Om Rama, aku bakalan bikinin minum dulu buat Om. Om tunggu di sini, okey!”
Usai berkata demikian, Tiara melenggang pergi begitu saja meninggalkan Rama yang masih mematung di ruang tamu. Namun, mata Rama tak lepas dari tubuh Tiara yang ternyata sangat seksi dan montok.
Meskipun gadis itu hanya mengenakan sebuah kaos oversize, tapi kaos itu tak bisa menyembunyikan dua semangka jumbonya yang menonjol sangat besar dari luar kaos. Bahkan ketika Tiara berjalan, dua gundukan bukit kembarnya yang super jumbo itu tampak berguncang dan berayun-ayun.
Dipadukan dengan hotpants tipis sebatas paha, yang tak bisa menyembunyikan kedua bokong besarnya yang bulat dan super kencang. Mata Rama terus menatap bokong indah Tiara yang meliuk-liuk sangat menggoda ketika berjalan menuju dapur.
Tubuh Rama mendadak rasanya panas dingin. Desir darahnya begitu deras, dan miliknya di bawah sana tiba-tiba mencuat bangkit.
“Ah, sialan!” Rama menggeram sambil menggigit bibir bawahnya.
Ia menunduk, menatap ke bawah sana yang kini semakin mengeras dan menonjol dari balik celana.
“Tiara, kenapa ternyata dia sangat seksi?” gumam Rama, yang berusaha mati-matian menahan debaran di dadanya.
Ia meraba dadanya yang setengah terbuka. Himpitan payudara jumbo Tiara tadi masih terasa jelas di sana. Rama merasakan dadanya dihimpit dengan sangat rapat, padat, besar, dan lembut.
Akan tetapi, seketika pria itu semakin terdiam. Tadi ia merasakan ada dua benda keras di payudara Tiara yang sempat menggesek kulitnya. Rama pun sontak terbelalak ketika ia baru saja menyadari sesuatu.
“Shit! Tiara pasti nggak pakai bra!”
