Bab 9
“Aku pulang yaaa.”
Setelah Gw puaskan, Bu Ros mandi dan menggunakan pakaiannya kembali lalu berpamitan kepada kami.
“Iya, Buu. Makasih yaa udah gabung.” ucap Kak Sinta.
Setelah sarapan bersama, Gw, Kak Sinta dan Bu Nisa menonton TV di ruang tengah. Bu Lena sedang merapihkan tempat kami tidur semalam dan menaruhnya kembali ke tempatnya. Dan kami semua masih bertelanjang badan.
“Kamu mau pulang jam berapa, Sin?” tanya Bu Nisa.
“Nanti deh Zuhur palingan. Ibu?”
“Enggak tau nih Bu Lena mau sampe kapan.” jawabnya.
“Kakk, geseran dikit dehh.” pinta Gw.
Kak Sinta lalu menggeser tubuhnya sedikit menjauh. Gw pun merebahkan tubuh Gw dan berpangku pada Kak Sinta. Gw tarik tubuhnya agar Gw bisa menikmati toketnya.
Bu Nisa pun ikut bermain dalam peran. Dia menarik kaki Gw agar naik ke atas sofa, lalu dia sepong kontol Gw dengan mulutnya.
“Ihh, bayi gede.” ucap Kak Sinta sambil merangkul Gw.
“Buu. Kontol Jaka bakal segini terus atau nanti mengecil lagi?” teriak Bu Nisa agar Bu Lena mendengar dari kejauhan.
“Tetep gede.” terdengar jawaban Bu Lena dari kejauhan.
“Ihh, makin enak doong.” kata Kak Sinta sambil mencubit pipi Gw.
*Slurpp slurppp
Bu Nisa lanjut menyepong Gw dan Gw pun masih saja menyusu pada Kak Sinta.
“Gedean toket aku atau Muti, Jak?” tanya Kak Sinta.
“Ihh, Sinta insecure. Hahaha.” ledek Bu Nisa yang menghentikan sepongannya sebentar sambil mengocok kontol Gw.
“Sama gedenya, Kak. Cuma kalo Muti putingnya pink terus bulet kayak jamur. Kalo Kak Sinta kan biasa.”
“Kamu lebih suka yang mana?” tanyanya.
“Semuanya aku suka, asal bisa diginiin.” ucap Gw sambil menyapu puting Kak Sinta dengan lidah Gw ke atas dan ke bawah.
“Sssshhhhhh.” desahnya.
“Bu Nisa, tau rimming gak?” tanya Gw ke Bu Nisa.
“Tau. Kenapa Jak?” tanyanya.
“Bu Lena pernah rimming saya, coba doong ibu jugaa.” ucap Gw.
“Bolehh. Apa sih yang enggak buat kamuu.” jawabnya.
“Kak Sinta di bawah yaa, kita 69.” pinta Gw.
Kak Sinta pun merebahkan tubuhnya menghadap ke kontol Gw. Gw kangkangkan paha Gw di atas wajah Kak Sinta, lalu Gw turunkan pinggul Gw agar Kak Sinta bisa menyepong Gw.
Bu Nisa membuka belahan pantat Gw yang menghadapnya itu. Dia jilati seisi lubang anus Gw sehingga basah dibuatnya.
Gw juga ikut dalam permainan. Gw buka lebar paha Kak Sinta, lalu Gw jilati memek yang ditumbuhi jemput tipis itu.
*Slurpp slurppp slurrppp
Suara jilatan kami berita menyatu bagaikan sebuah melodi cinta.
“Ihh, aku enggak diajak.” ucap Bu Lena.
“Udah pas Bu. Hahaha.” jawab Bu Nisa.
“Kalian mau sampai kapan disini?” tanya Bu Lena.
“Bu Lenanya mau nyudahin ini kapan?” tanya Bu Nisa.
“Hmm. Abis Zuhur kayaknya.” jawabnya.
“Yaudah, ayuk Bu. Kita ngentot yang terakhir kalinya. Penutupan ini.” ajak Bu Nisa.
“Enggak dehh. Kalian aja yang main. Aku ngeliatin aja.” ucapnya.
Lalu Bu Nisa melanjutkan jilatannya kembali pada sunhole Gw. Sesekali dia menjilati juga buah zakar Gw yang menggantung dihadapannya.
“Jakkk, masukin aja yuk.” ajak Kak Sinta.
Bu Nisa pun menghentikan permainan lidahnya pada anus Gw. Kini Gw merubah posisi untuk mengentoti Kak Sinta.
Gw coba benamkan kontol Gw ke dalam memek Kak Sinta.
“Pelan-pelan, Jak. Kontol kamu udah gedean sekarang.” kata Kak Sinta.
Gw masukkan kepala kontol Gw perlahan, lalu setelah masuk Gw benamkan seluruh kontol Gw ke dalam memeknya.
“Uuggghhhh. Penuh amaatt.” ucapnya.
Gw gerakkan pinggul Gw untuk memompa kontol Gw dalam memek Kak Sinta.
“Aaahhh, uhhhh. Enakk, Jakkk.”
Bu Nisa tak tinggal diam, dijilatinya toket Kak Sinta dari samping agar semakin terasa nikmat oleh Kak Sinta.
“Aahhhh. Enakkk, Buuuu.” racaunya.
Gw semakin mempercepat sodokan kontol Gw dalam memeknya sehingga Kak Sinta meracau tak karuan.
“Aahh ahh ahhh mpphhhhh.”
“Enakk. Uhhh. Kontol. Jakaaa. Enakkk.”
*Plok plok plok plok plok
Semakin lama semakin Gw mempercepat gerakan Gw.
“Aahh, Jakk. Udahhh. Aku keluar.”
Gw keluarkan kontol Gw dari memek Kak Sinta lalu dia menggelinjang menikmati orgasmenya.
“Mmmmppphhhhhh.”
*Serrrr
Cairan orgasmenya mengucur keluar dari memeknya.
“Aaaahhhhh. Nikmat bangettt.” ucapnya.
“Aku, Jakk.” pinta Bu Nisa.
Bu Nisa yang sedari tadi menjilati toket Kak Sinta masih saja menungging sehingga Gw pindah ke arah pantatnya. Gw gesek-gesek kontol Gw mencari dimana letak memeknya.
*Blessss
Masuklah semua kontol Gw dalam memeknya.
“Aaahhhhhh.” desahnya.
*Plok plok plokk
Gw hantam memeknya dari belakang dengan gaya doggy style itu. Dengan tangan Gw memegang pantatnya yang bohay.
*Plakkk
Karena geram, Gw sesekali menampar pantatnya dari belakang.
“Uhhhhh. Gemes yaa, Jakk.” ucapnya.
“Iyaaa. Bede bangett enak dipegang.” ucap Gw sambil meremas-remas pantatnya.
Gw lalu merebahkan tubuh Gw di atas punggungnya lalu meraih kedua toketnya. Gw remas kedua toketnya dengan tangan Gw sambil Gw mempercepat gerakan pinggul Gw.
“Aahhh, Jaaakkk.” desahnya.
Setelah beberapa menit Gw menikmati memeknya, Bu Nisa pun merasa akan mencapai puncaknya.
“Jakaaa, aku keluarrrr.”
*Serrrr
Keluarlah cairan orgasmenya mengucur dari dalam memeknya setelah Gw keluar kontol Gw dari dalamnya.
“Kakk, lagi yukk. Aku tanggung nih.” ajak Gw ke Kak Sinta.
Kak Sinta kini bangun lalu merebahkan tubuhnya di atas punggung Bu Nisa. Lalu Gw sodok kontol Gw dalam memeknya dari belakang.
*Plokk plokkk plokk
Beberapa kali hujaman kontol Gw tertuju pada rahimnya. Tak butuh waktu lama, Gw pun merasakan titik puncak kenikmatan itu datang.
“Kakk, aku mau keluarrr.” ucap Gw.
“Di muka aja, Jakk.” ucapnya.
Gw pun langsung mencabut kontol Gw dari memek Kak Sinta. Kak Sinta bangun lalu menghadap ke kontol Gw. Gw kocok kontol Gw ke arah wajahnya lalu keluarlah calon penerus bangsa memenuhi wajah Kak Sinta.
*Crottt crottt crotttt
Gw lalu menjatuhkan diri ke sofa tadi. Bersama dengan Bu Nisa dan Kak Sinta.
Setelah beberapa saat Gw tersadar. Bahwa Kak Sinta tidak KB makanya dia meminta agar Gw mengeluarkan peju di mukanya. Tetapi sedari malam Gw selalu mengeluarkan peju Gw dalam memeknya.
“Kak.” panggil Gw.
“Kenapa?” tanyanya.
“Semalem aku keluar dalam memek Kak Sinta loh. Gimana tuh?” ucap Gw.
“Ehhh. Iya yahhh.” kagetnya mengingat hal semalam.
“Udah, tenang.” kata Bu Lena sambil pergi meninggalkan kami lalu menuju ke kamarnya.
Lalu sekembalinya Bu Lena dari kamarnya, dia membawa dua strip obat.
“Nih sin, yang warna pink sekarang kamu minum. Besok sama lusa juga kamu harus minum satu. Nah, yang warna kuning kamu minum deh setiap hari.” jelas Bu Lena.
Kak Sinta pun langsung pergi ke arah dapur untuk meminum obat yang dikasih Bu Lena. Sekembalinya Kak Sinta dari dapur, Bu Lena melanjutkan penjelasannya.
“Yang pink itu pil KB darurat. Jadi kalo abis kecolongan keluar di dalem, langsung minum aja. Nah kalo yang kuning pil KB biasa. Kan Jaka enggak jelas kapan bisa ngentotin kamunya, jadi untuk jaga-jaga aja biar enak gituu.” jelasnya lagi.
“Ibu punya pil KB darurat?” tanya Bu Nisa.
Bersambung