Bab 20 Tidak Ada Makan Siang Gratis
Bab 20 Tidak Ada Makan Siang Gratis
Terhadap lingkungan asing, bocah itu tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun, mungkin karena hidupnya sudah cukup tragis, jadi sudah tidak ada yang membuatnya takut.
Entah bagaimana, hati Lexie sedih, meskipun tubuh anak itu sangat kotor, tapi dia dengan lembut mengangkat tangannya dan dengan lembut menariknya ke dalam pelukannya.
Saat itu, mata bocah yang acuh tak acuh itu terdapat sedikit keterkejutan.
"Dik, aku akhirnya menemukanmu." Lexie memeluk kepalanya, tangannya membelai kepalanya, dengan lembut menepuk punggungnya, "Tidak peduli seberapa parahnya penderitaanmu, tidak masalah, Kakak yang akan menjagamu di kemudian hari."
Bocah itu mendongak dengan takjub, menatapnya lekat, seolah-olah dia ingin melihat apakah ada maksud tersembunyi dari wajahnya, kemudian, dia mendorong Lexie, sepertinya ingin mendorongnya menjauh.
"Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu." Lexie dengan lembut meraih tangannya dan kemudian membawanya masuk ke dalam penginapan, "Ayo mandi dulu, kemudian akan mencarikan baju baru untuk kemu kenakan."
Bocah itu masih penuh kewaspadaan, dari wajahnya, Lexie dapat melihat dia penuh dengan keraguan, dia bahkan tidak menyembunyikan ketidakpeduliannya pada Lexie.
Tidak ada yang gatis di dunia ini, dia tidak akan percaya akan ada orang asing yang tidak memiliki tujuan tertentu dan bersikap baik pada dirinya.
Bocah itu melepaskan tangannnya dari tangan Lexie, menatap lurus ke arahnya.
"Hei ..." Lexie menghela nafas, dengan keras kepala menggandeng kembali tangannya, tapi kali ini sedikit lebih kuat.
Kali ini, bocah itu tidak lagi melawan, tapi Lexie tahu, dia tidak melawan, itu tidak berarti dia menerima kebaikan Lexie, tapi dia mengenali situasi di depannya. Di sini, dia tidak ingin membuat marah siapa pun lagi dan digantikan dengan makian dan pukulan, jadi, dia bersikap dengan hati-hati.
Kamar yang diatur untuk Lexie berada di sudut belakang penginapan, kamar itu kecil, ada dua tempat tidur bersih di dalamnya, ada meja bundar kecil di tengah ranjang, ada sebuah bak mandi di sebelah meja, bak mandi itu sudah dipenuhi dengan air panas, uap air dan kehangatan memenuhi ruangan, akan merasa jauh lebih hangat di musim dingin ini.
Bocah itu berdiri di depan pintu, sedikit takut untuk masukke dalam, tapi angin musim dingin bertiup, membuatnya bergidik, dia hanya mengenakan seprei kain di tubuhnya.
Lexie mencoba yang terbaik untuk mengulas senyum cerah, membawanya masuk ke dalam kamar, kemudian menutup pintu untuk menghalangi angin dingin memasuki kamar, "Ayo kemari, aku akan memandikanmu."
Bocah itu begitu ketakutan hingga dia melangkah mundur dan bersandar ke kusen pintu, menundukkan kepalanya, tanpa sadar meremas tangannya, lumpur di tangannya sudah mengering, dengan gerakan ini saja sudah terjatuh turun, matanya menjadi lebih meredup, kepala ditundukkan lebih rendah lagi.
"Tidak masalah, tubuhmu sebentar saja juga sudah bersih." Lexie pura-pura tidak melihat adegan ini, mendorongnya ke sisi bak mandi, mengulurkan tangan untuk melepas pakaiannya.
"Tidak ..." Bocah itu mengeluarkan suara serak, mencengkeram pakaiannya tidak melepaskannya, pandangan matanya keras kepala.
Lexie melihat ekspresinya yang serius, tidak bisa menahan senyum, "Oke, aku tidak melihatnya, aku akan berbalik, kalau begitu kamu patuh, lepas pakaianmu dan masuk ke dalam bak mandi, kalau tidak, aku yang akan melakukannya."
Wajah bocah itu memerah, kemudian mengangguk menyetujuinya, hanya saja saat Lexie berbalik, raut malu di wajahnya benar-benar hilang, digantikan dengan pandangan acuh tak acuh.
Lexie tidak tahu, sebelumnya, sudah ada Nona yang baik hati yang ingin menyelamatkannya yang begitu menyedihkan, tapi itu hanyalah wanita yang tidak memiliki status dalam masyarakat patriarki ini, pada akhirnya, orangtua dan juga pria di rumahnya marah, kemudian mengusirnya keluar.
Setiap kali, ketika dia dikembalikan ke desa, Pamannya itu akan menyiksanya dengan cara yang lebih kejam, orang-orang di desa akan berkata, lihatlah, ini adalah bajingan kecil dari Klan Min, yang setiap kali dibeli oleh keluarga kaya maka akan dikembalikan, katanya bajingan kecil Klan Min ini membawa bencana bagi orang-orang ...
Segala macam perkataan, dia sudah banyak mendengarnya, semua jenis Nona kaya yang ingin menunjukkan kebaikan mereka, dia juga sudah banyak menemuinya, hanya saja yang satu ini, bisa bertahan berapa lama?
Lexie mendengar suara air di belakangnya, setelah beberapa saat, dia baru menolehkan badannya, melihat bocah laki-laki itu duduk di bak mandi dengan patuh, Lexie sangat gembira, kemudian mengambil kain putih di sebelahnya dan membantunya menggosok badannya.
Hanya seorang anak berusia enam tahun, tubuhnya penuh dengan bekas luka, luka lama dan luka baru tumpang tindih, membuat Lexie tidak bisa tidak teringat berita sosial yang pernah dibacanya sebelumnya, dalam berita itu, banyak anak yang dipukul oleh Ibu tiri mereka, bahkan ada yang langsung kehilangan nyawa.
"Hei ..." Lexie tidak bisa tidak menghela nafas, anak ini, hanyalah setinggi pinggangnya, benar-benar tidak mengerti, mengapa orang-orang itu tega melakukan hal seperti ini.
Tatapan bocah itu jatuh pada kain putih di tangan Lexie, setelah kain putih itu menyentuh tubuhnya, kain itu menghitam dikarenakan lumpur, tapi dia memegangnya dengan kuat, sama sekali tidak merasa jijik.
Ini adalah sesuatu yang tidak pernah dilihatnya pada para wanita baik hati di masa lalu, meskipun mereka ingin membantunya, tapi mereka semua memberikan sejumlah uang atau memerintahkan bawahannya untuk membawanya tinggal di rumah diam-diam, tapi tidak pernah ada orang yang seperti ini, langsung memeluknya, langsung membantunya membersihkan diri.
"Apa kamu punya nama?" Lexie membersihkan kain putih itu, kemudian membantunya menyeka rambutnya.
Bocah itu kembali tersadar, diam untuk sementara waktu, mengeluarkan dua kata, "Anjing bodoh."
"Huh ..." Lexie terpaku, tiba-tiba mendengar dua kata ini, ketika kembali tersadar dia ingin tertawa, tapi ketika di ujung bibirnya tiba-tiba dia berhenti, anak ini, dilecehkan oleh semua orang sejak kecil, bahkan sebuah nama pun memiliki penghinaan, hati Lexie tercekat, tiba-tiba tidak ada perasaan ingin tertawa.
Lexie mengeringkan rambut bocah itu, melihat bahwa air di bak itu sudah dingin, dia bergegas berkata, "Bangun dan kenakan pakaian, mudah masuk angin jika berendam terlalu lama di air yang sudah dingin. Oh iya, kalau kamu mau, aku akan mengganti namanu, di kemudian hari gunakan nama barumu, memulai hidup baru? "
Bocah laki-laki itu menatapnya dengan takjub, dia bahkan lupa untuk merasa malu ketika Lexie menariknya bangun untuk berganti pakaian, bocah itu hanya menatapnya dan tidak berbicara.
Lexie mengambil pakaian bersih kemudian mengenakannya padanya, "Ini diantar oleh pengurus penginapan, kudengar ini adalah pakaian lama yang digunakan oleh putranya, kamu pakailah untuk sementara waktu, tunggu saat Kakak berjaya dan memiliki uang, aku pasti akan membelikanmu banyak pakaian baru dan juga akan membelikanmu banyak mainan! "
Lexie tersenyum sambil mengikatkan sabuk pakaian untuknya, senyumnya itu terlalu memukau, untuk sesaat, bocah itu menatapnya lekat dan tidak bisa tidak mengalihkan pandangannya.
"Aku harus memikirkan sebuah nama untukmu," Lexie menarik bocah yang sudah berpakaian itu ke samping tempat tidur, membaringkannya di tempat tidur, setelah dengan hati-hati menyelimutinya, Lexie kemudian duduk di tepi ranjang dan berpikir sambil memiringkan kepalanya.