Bab 14 Wanita Liar
Bab 14 Wanita Liar
Percakapan dua pelayan itu tidak membuat Lexie marah, menurutnya, dia tidak pernah ingin mendapatkan apa pun dari Victor, dia juga tidak pernah berpikir untuk bersanding di sisinya, karena dia tidak punya keinginan, maka dia tidak takut.
Tapi, ternyata Victor pergi ke perbatasan untuk menjemput seorang wanita? Lexie mencibir, benar-benar seorang Raja pecinta wanita.
Selama dua hari, Lexie sangat aman, di siang hari, dia berjalan-jalan di sekitar halaman, tidak pernah meminta untuk keluar, awalnya, masih ada pelayan yang mengikutinya sepanjang hari, kemudian, mungkin karena para pelayan sudah malas jadi mereka tidak lagi mengikuti, ada orang yang berada di sekitarnya ditambah dirinya yang tidak bisa bela diri, apa bisa melarikan diri dari sini?
Menurut pengamatan Lexie, meskipun hanya ada empat pelayan, empat orang pegurus rumah, dan dua Bibi tua di kediaman ini, tapi semua orang tampaknya memiliki dasar bela diri yang lumayan.
Mengenai ini, Lexie sangat kagum pada Victor, tetapi ini adalah kediaman di kota perbatasan yang terpencil, bahkan orang-orang di sini pun diajari dengan begitu baik, dari hal ini dapat dilihat bahwa tidak heran Victor bisa menguasai hampir sebagian besar daerah Negara Nanyue.
Jika tidak berjuang keras, maka tidak akan bisa mendapatkannya.
Lexie beralasan ingin menyulam sebuah saputangan sutra untuk Victor, meminta benang dan jarum pada Bibi tua, meskipun pandangan mata Bibi tua itu menghina, tapi tampaknya dia merasa bahwa hal kecil ini tidak masalah, jadi dia masih memberinya banyak benang dan juga sutra.
Di malam hari, Lexie menutup pintu dan jendela dan menyulam di dalam ruangan.
Sulaman ini disulamnya sepanjang malam.
Pada pagi kedua, pelayan membawakan air untuk mencuci muka dan mengetuk pintu.
Di dalam ruangan, sunyi dan hening, pelayan itu terpaku, kemudian memperkuat tenaganya ketika mengetuk pintu, pintu diketuk hingga berbunyi kencang, tetapi masih tidak ada pergerakan di dalam ruangan itu.
Pelayan itu akhirnya sudah tidak bisa menahan diri, membuka pintu itu dengan satu tendangan, masuk ke ruangan untuk melihatnya, kamar kosong, tidak ada jejak orang sama sekali.
"Mustahil! Dia jelas-jelas tidak bisa bela diri!" Tidak mungkin dia melarikan diri dari kediaman ini di bawah pengawasan mereka, pelayan itu terkejut, tetapi hal yang lebih membuatnya terkejut ada di belakang.
"Apa kamu sedang mencariku?" Suara tiba-tiba muncul di belakangnya, ternyata Lexie bersembunyi di balik pintu.
Pelayan itu terkejut, melihat ke belakang, masih belum melihat orang di depannya, dahinya sedikit merasakan sakit, saat berikutnya dunia berada dalam kegelapan.
Melihat pelayan itu terjatuh, Lexie baru merasa lega, tapi untungnya, karena dia tidak bisa bela diri, para pelayan ini tidak waspada padanya, jadi baru bisa memberinya kesempatan.
Lexie tidak berani menunda waktu, bergegas melepas jubah pelayan itu kemudian memakainya di tubuhnya, kemudian bergegas keluar, dalam dua hari terakhir, dia sudah mengingat semua jalan yang ada di sini.
Tapi, Lexie tidak pergi ke arah pintu keluar, tapi pergi ke arah gudang.
Setelah beberapa saat, sudah terdengar teriakan beberapa orang dari arah gudang, "Gawat, kebakaran!"
Asap membumbung, api perlahan terlihat dari arah gudang, orang-orang bergegas untuk memadamkan api, tapi sangat disayangkan orang yang ada di sini sangat sedikit, dengan tenaga beberapa orang akhirnya mereka mencoba yang terbaik untuk memadamkan api.
"Baik-baik saja, mengapa bisa kebakaran?" Pengurus di kediaman itu curiga, "Hei, mana Ani? Kenapa dia tidak datang membantu untuk memadamkan api?"
"Ani bukankah sedang melayani wanita itu untuk ... gawat!" Bibi tua itu baru tersadar, pergi ke ruang dalam dengan membawa beberapa orang, ketika dia melihat Ani tergeletak di depan pintu, kaki mereka lemas.
Sifat Raja mereka itu mereka tahu dengan sangat jelas, jika orang ini hilang di tangan mereka, maka mereka akan berakhir ...
Bibi tua itu membungkuk untuk memeriksa tubuh Ani, menemukan jarum sulam kecil di dahinya, seorang wanita yang tidak mengerti seni bela diri, ternyata bisa membunuh Ani, bawahannya yang keahliannya lumayan ini dengan jarum sulam.
Mereka yang ceroboh, berpikir bahwa seorang gadis yang tidak bisa seni bela diri tidak akan dapat keluar di tangan mereka, siapa tahu wanita itu memiliki cara seperti ini!
"Apa yang sedang kalian lakukan? Kejar dia!" Bibi tua itu marah hingga wajahnya memerah, hatinya benar-benar membenci wanita licik itu.
Angin musim dingin sangat dingin, terutama ketika matahari pagi baru bersinar.
Lexie bergegas keluar dari kediaman itu, langsung ke stasiun, menggunakan satu-satunya benda berharga di tubuhnya, giok yang diberikan oleh Victor, ditukarkan dengan seekor kuda yang cepat dan tanpa ragu-ragu langsung melarikan diri.
Lexie masih ingat tampilan wajah pengusaha kuda itu ketika mendapatkan batu giok ketika berada di stasiun, wajahnya luar biasa tidak percaya, mungkin, batu giok ini bernilai jauh lebih tinggi dari yang dia perkirakan, tapi, memangnya kenapa? Ketika sedang melarikan diri, nilainya tinggi atau rendah itu sama sekali tidak penting.
Siapa yang suruh dia hanya memiliki satu benda yang sangat berharga saja? Selama bisa melarikan diri, maka itu sudah cukup!
Lexie menunggang kuda kemudian melesat dengan cepat, di jalan, dia bertemu dengan seorang pria paruh baya yang membawa tas berat di punggungnya, segera mengencangkan kendali kudanya dan berhenti.
"Paman, kuda ini untukmu." kata Lexie sambil tersenyum, pandangn matanya sangat jernih.
Pria paruh baya itu adalah pria yang kasar, setelah terpaku beberapa saat, dia memandangnya dengan sinis, "Gadis kecil, jangan bercanda, jika kuda ini dijual cukup untuk memenuhi kebutuhan makanku selama beberapa bulan, kamu memberiku begitu saja?"
Lexie turun dari kuda, memberikan tali kendali kuda ke tangannya, "Aku sungguh-sungguh, kamu kendarailah. Sebelum aku berubah pikiran, cepat pergi, kendarai kuda ini dan pergi, kamu juga tidak rugi bukan?"
Pria paruh baya itu masih ragu-ragu, tapi ketika dia memikirkannya dengan hati-hati, memang sepertinya dia tidak kehilangan apa-apa, jadi dia kemudian naik ke atas kuda, "Ini kamu yang memberikannya padaku dengan sukarela, jangan salahkan aku dan berkata aku menindasmu, Gadis muda."
"Pergilah." Lexie menepuk kuda itu, kemudian kuda itu segera berlari kencang. Dia menepuk-nepuk debu di tangannya, mundur ke sisi hutan, bersembunyi di balik pohon besar, pandangan matanya menatap diam-diam.
Tidak berapa lama, beberapa kuda sudah mengejar kemari, kemudian mereka bergegas melewat jalan dan menerjang tanpa berhenti.
Di dalam hutan sangat sunyi, setelah Lexie bersembunyi di balik pohon, dia tidak bergegas keluar, sebaliknya, dia menunggu sejenak, ternyata benar, dia melihat para pelayan dan pengurus kediaman itu mengejarnya.
Kali ini, setelah mereka pergi, Lexie akhirnya keluar dari hutan.
Dia mengulurkan tangan, cahaya matahari terjatuh di telapak tangannya, sedikit hangat, ini adalah perasaan bebas!
Lexie tertawa, tetapi dia tidak berani bersikap tidak waspada, terutama karena tidak ada uang sepeser pun, jika ingin hidup, itu tidak mudah.
Hutan belantara di perbatasan selalu sedikit lebih dingin dibanding di daerah terpencil, di hutan belantara, lusinan kereta kuda bergerak lambat, bahkan walaupun ada banyak orang, tapi di hutan yang luas ini, masih terlihat seperti semut.
Seekor elang terbang tinggi, melayang-layang di antara awan-awan, seketika menukik turun, kemudian mendarat di ayas kereta kuda yang memimpin di depan.
Di dalam kereta kuda, sebuah tangan yang bersih, kuat dan elegan itu terulut keluar, elang itu sepertinya mengenali tangan itu, menundukkan paruhnya dan memuntahkan surat ke telapak tangan orang ini.
"Benar saja memang wanita yang tidak tahu diri."
Suara dingin itu perlahan terdengar dari dalam kereta kuda, Morgan yang berjalan di depan terkejut seketika, "Yang Mulia, apa terjadi sesuatu pada wanita itu?"
"Hmm, dia kabur." Tidak ada emosi dalam nada bicara Victor, tapi suara itu tanpa sadar memberikan rasa dingin di hutan terbuka ini.
Morgan sangat terkejut, "Bagaimana mungkin, orang yang ada di kediaman itu memiliki keahlian yang lumayan, Nona Lexie tidak bisa bela diri, dia masih bisa kabur?"