Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12 Lamaran

Bab 12 Lamaran

Kenanga yang tadi mengintip di ruang keluarga mendengar kalau Bambang mau menjadikan dia menjadi istrinya. Gadis itu mau melangkahkan kakinya ke ruang tamu tetapi ia tahan karena menunggu dipanggil oleh Bibinya Sulastri.

"Maaf Nak Bambang saya menyerahkan sepenuhnya kepada Kenanga, biar Kenanga yang menjawab pinangan dari Nak Bambang," kata Sulastri sembari berdiri dan memanggil Kenanga.

Sulastri berjalan ke ruang keluarga dan menyuruh Kenanga untuk membuatkan minum untuk keluarga Bambang. Kenanga kemudian langsung ke dapur menyalakan kompor dan meracik minuman. Setelah terdengar suara air mendidih, wanita itu menuang air ke dalam gelas, sambil mengaduk minuman Kenanga bengong.

"Ya Allah kalau aku menolak lamaran dari Bambang apa keluarganya nanti tidak sakit hati?" tanya Kenanga pada dirinya sendiri.

"Aku harus memakai alasan apa supaya dia dan keluarganya tidak tersinggung?" tanyanya lagi.

Gadis itu lalu memakai alasan bahwa dia belum siap untuk menikah karena dia ingin membantu Bibinya dan menemani Bibinya itu, karena saat ini cuma Bibinya yang perduli terhadapnya. Dengan langkah yang panjang gadis itu melangkahkan kakinya menuju ke ruang tamu sambil membawa minuman. Sesampainya di sana ia meletakkan minuman itu di depan Bambang dan kedua orang tua laki-laki itu. Bambang ketika Kenanga pertama kali keluar dari ruang keluarga pandangan laki-laki itu terhadap Kenanga tidak berkedip sama sekali dan laki-laki itu tambah mengerlingkan matanya. Kenanga hanya melirik sebentar ke arah laki-laki itu dan ia bergidik ngeri saat Bambang mengerlingkan matanya.

"Kenanga duduklah!" pinta Sulastri sambil menepuk kursi kayu di sebelahnya.

Kenanga mendudukkan tubuhnya didekat Sulastri dan jantung Kenanga berpacu begitu cepat, untuk menghilangkan rasa gugup Kenanga menarik napas panjang dan mengenggam salah satu tangan Bibinya. Sulastri yang tahu Kenanga gugup segera mengelus tangan keponakannya itu sebentar. Setelah Kenanga agak tenang maka Sulastri menyampaikan bahwa Bambang berniat meminangnya menjadi istrinya.

"Kenanga apa kamu menerima pinangan anak saya?" tanya Ibu Kenanga sambil memandang Kenanga penuh harap.

Sebelum menjawab pertanyaan dari Ibunya Bambang, Kenanga menoleh kepada Sulastri dia berharap Bibinya itu membantu menjawab pertanyaan dari Ibunya Bambang.

Karena tidak ada jawaban dari Bibinya maka Kenanga menjawab," Mohon maaf Bibi bukannya menolak lamaran ini tetapi Kenanga mau membantu Bi Sulastri di sawah, Kenanga tidak mau nanti setelah menikah Kenanga tidak bisa membantu Bi Sulastri. Dan Kenanga mau membalas kebaikan Bi Sulastri karena selama ini hanya Nenek dan Bi Sulastri yang peduli dengan Kenanga."

Seketika Kenanga merasa ruangan itu terasa panas saat tangan Bambang mengepal, sorot matanya berubah menjadi tajam seperti harimau yang siap menerkam mangsanya. Kenanga langsung mengalihkan pandangannya dari laki-laki itu ke sembarang arah.

'Hening hening hening.'

Tiba-tiba Ayah Bambang berkata," Iya tidak apa-apa Kenanga, Bapak mengerti kalau kamu belum siap. Mungkin nanti kalau kamu sudah siap kami bisa kemari lagi."

"Ayaah," teriak Bambang.

"Sudahlah ayo kita pulang," ajak Ayah Bambang sembari berdiri dan langsung pergi dari rumah itu.

Ibunya Bambang dan Bambang mengekor langkah Ayah Bambang. Sedangkan Sulastri dan Kenanga memandang kepergian mereka sampai menghilang dibalik pintu yang dibanting oleh Bambang.

"Jeblak."

Sulastri dan Kenanga terjingkat kaget dan mereka hanya mengelus dada. Kenanga membereskan minuman lalu dibawa ke dapur diikuti oleh Sulastri.

"Bibi apa tidak apa-apa aku menolak lamarannya Bambang?" tanya Kenanga sembari mencuci gelas.

"Bibi rasa tidak apa-apa. Lagipula Kakeknya Bambang sudah tidak menjabat lagi menjadi Kepala Desa, jadi kita tidak perlu takut," ucap Sulastri menenangkan gadis itu.

Satu tahun setelah lamaran dari Bambang, Kenanga pagi itu berangkat lebih awal karena ia mau menghirup udara di sawah yang sangat sejuk. Saat di tengah perjalanan tiba-tiba di depannya berhenti sebuah mobil mewah dan keluarlah seorang laki-laki yang sangat tampan menggunakan kaos putih yang usianya kira-kira dua puluh lima tahun. Laki-laki itu terpanah melihat Kenanga begitupun juga Kenanga, mereka menatap satu sama lain begitu lama. Dan tiba-tiba ada sepeda motor yang hampir menabrak Kenanga lalu laki-laki itu memeluk Kenanga dan menariknya ke pinggir jalan. Jantung Kenanga berdetak lebih cepat dari biasanya apalagi jarak mereka begitu dekat.

"Mas tolong lepaskan aku!" pinta Kenanga setelah gadis itu tersadar dari keterkejutannya.

"Ma... maaf mbak," ucap laki-laki itu sambil melepas pelukannya.

"Terimakasih mas sudah menyelamatkan aku dari sepeda motor tadi," ucap Kenanga.

Mereka berdua akhirnya berkenalan dan nama laki-laki itu adalah Deni. Deni berasal dari desa yang berbeda kecamatan dengan Kenanga. Dan laki-laki itu merupakan pengepul padi milik warga yang sangat kaya raya. Setelah perkenalan itu hampir tiap hari Deni datang ke rumah Kenanga. Dan akhirnya laki-laki itu memutuskan untuk meminang gadis itu menjadi istrinya.

"Kenanga besok Sabtu aku datang kemari bersama orangtuaku," ucap Deni saat mereka berdua duduk mengobrol di teras.

"Mau apa mas Deni datang bersama orangtua?" tanya Kenanga.

"Ya tentu saja meminangmu menjadi istriku. Kamu maukan menjadi istriku?" tanya Deni balik.

"Iya mas aku mau. Nanti aku akan bilang ke Bi Sulastri tentang niat mas Deni menjadikan aku istri," jawab Kenanga.

"Ini untukmu Kenanga," ucap Deni sambil memberikan paper bag kepada gadis itu.

"Ini apa mas?" tanya Kenanga sambil membuka paper bag itu.

Ketika melihat isi paper bag itu, Kenanga merasa takjub dengan kebaya biru yang sangat cantik. Kenanga berkata," Mas ini cantik sekali."

"Pakailah saat hari Sabtu, kalau kau gunakan pasti akan cantik sekali," ucap Deni sambil tersenyum ke arah Kenanga.

Kenanga tersipu malu sampai wajah gadis itu berubah menjadi merah kayak kepiting rebus dan betapa kagetnya Kenanga saat tiba-tiba Deni mencium pipinya. Jantung Kenanga berdetak dan napasnya tersengal. Gadis itu sampai tidak berani menatap Deni dan ciuman itu merupakan ciuman pertama.

"Hei Kenanga lihat aku," pinta Deni sambil memegang kepala Kenanga.

"Mas kenapa kau tiba-tiba mencium pipiku?" tanya Kenanga yang masih belum berani menatap Deni.

"Aku terlalu senang karena kau mau menerimaku menjadi calon suamimu makanya tadi aku reflek menciummu. Maafkan aku Kenanga!" ucap Deni.

"Kamu maukan memaafkan aku!?" pinta Deni.

"Iya mas."

Deni akhirnya pamit pulang dan Kenanga menyampaikan maksud Deni kepada Bibinya Sulastri saat wanita itu duduk di ruang keluarga sambil meminum teh.

"Bibi, ada yang mau Kenanga bicarakan dengan Bibi perihal hubunganku dengan mas Deni," ucap Kenanga sembari duduk di samping Bibinya itu.

"Memangnya ada apa Kenanga?" tanya Sulastri.

"Bibi mas Deni mau melamar Kenanga," ucap gadis itu.

"Apa kamu mau menerimanya Kenanga? Dan apa kamu sudah siap menjadi istri?" tanya Sulastri secara beruntun.

"Bibi maafkan Kenanga yang belum bisa membalas kebaikan Bibi. Kenanga sangat mencintai mas Deni," jawab Kenanga.

"Tidak apa-apa Kenanga kamu berhak bahagia. Dan meskipun kamu sudah menikah kamu masih bisa membantu Bibi," imbuh Sulastri.

"Terimakasih Bi," ucap Kenanga sambil memeluk Sulastri.

Tidak terasa hari yang di nanti Kenanga tiba. Dengan dibantu tetangga Sulastri menyiapkan untuk jamuan lamaran. Hari itu Kenanga memakai kebaya biru pemberian Deni yang begitu cantik.

"Kau cantik sekali Kenanga," puji Sulastri saat wanita itu masuk ke dalam kamar Kenanga dan melihat penampilan Kenanga.

"Bibi bisa saja," ucap Kenanga tersipu malu.

"Bibi yakin kalau Deni melihatnya dia akan terpana," ucap Sulastri.

"Benarkah Bi?" tanya Kenanga sembari melihat dirinya di kaca.

"Tentu saja Kenanga," ucap Sulastri meyakinkan Kenanga.

"Ayo kita keluar," ajak Sulastri sambil mengandeng lengan keponakannya itu.

Sulastri dan Kenanga menyambut kedatangan Deni di depan pintu rumah mereka, saat Deni datang ia terpesona melihat Kenanga yang begitu cantik meskipun memakai make up yang tipis.

"Denii," teriak Ibu Deni.

"I... iya Bu," jawab Deni gelagapan.

"Kenapa kau melamun?" tanya Ibu Deni.

"Tidak apa-apa Bu."

"Mari masuk Bu," pinta Sulastri.

Mereka semua masuk ke dalam rumah dan duduk di kursi kayu yang ada di ruang tamu. Ayah Kenanga menyampaikan maksud kedatangan mereka ke rumah itu dan Kenanga menerima lamaran dari Deni. Keluarga Deni pamit untuk pulang ke rumah mereka tetapi tidak dengan Deni yang masih berada di rumah Kenanga.

"Kenanga kamu tahu aku bahagia sekali," ucap Deni saat mereka berdua berada di ruang tamu.

"Aku juga bahagia __."

Tiba-tiba ucapan Kenanga terhenti karena bibir Deni sudah menempel di bibir Kenanga.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel