Bab 1 Awal Mula
Bab 1 Awal Mula
Saat pagi hari Kenanga yang masih tertidur di kasur tiba-tiba di bangunkan oleh Ibunya yang bernama Yati.
"Kenanga ayo bangun," teriak Ibu sambil menguncang bahu Kenanga.
Gadis kecil itu mengerjapkan dan membuka matanya, ia melihat Ibunya membawa tas besar.
"Ibu ada apa? kenapa Ibu membawa tas?" tanya Kenanga sambil mendudukkan tubuhnya di tepi tempat tidur.
"Kau jangan banyak tanya, ayo mandi dan ganti baju. Setelah itu kau ikut Ibu," ajak Ibu sambil mengandeng tangan Kenanga.
Sekarang cepat mandi," perintah Ibu.
Kenanga masuk ke dalam kamar mandi dan melepas pakaiannya. Gadis kecil yang berusia 6 tahun itu mulai menguyurkan air ke seluruh tubuhnya. Karena masih terlalu pagi tubuh kecil Kenanga mengigil dan bibirnya agak kebiruan. Kenanga cepat-cepat menyelesaikan mandinya. Gadis kecil itu mengambil handuk dan membalutkan handuk itu di tubuhnya.
"Ibu Kenanga sudah selesai mandinya," teriak Kenanga sembari mencari keberadaan Ibunya.
"Kau tidak usah teriak-teriak, kau pikir Ibumu ini tuli?" hardik Ibu Yati.
"Sekarang cepat pakai ini," pinta Ibu Yati sambil memberikan baju berwarna merah kepada Kenanga.
Kenanga menerima baju itu dan ia mulai memasukkan baju itu ke tubuhnya.
"Ayo kita pergi," ajak Ibu Kenanga sambil mengandeng tangan gadis kecil itu.
Kenanga kecil mengikuti langkah Ibunya sampai di jalan besar. Ibu Kenanga lalu naik ojek berdua dengan Kenanga.
"Bang ke terminal ya," ucap Ibu Kenanga.
"Iya Bu," jawab tukang ojek itu sembari memberikan helm kepada Ibu Yati.
Setelah hampir setengah jam kemudian Ibu Yati dan Kenanga sudah sampai di terminal. Mereka berdua berjalan ke arah bis antar propinsi.
"Ayo masuk," ajak Ibu Kenanga setelah menemukan bis tujuan kepergian mereka.
"Ibu sebenarnya kita mau kemana?" tanya Kenanga saat bis itu mulai berjalan.
"Nanti kau juga akan tahu. Perjalanan kita masih jauh kalau kau masih mengantuk tidurlah, nanti kalau sudah sampai Ibu akan membangunkanmu," ucap Ibu Kenanga sambil memandang ke arah luar jendela.
Kenanga kecil meletakkan kepalanya di pangkuan Ibunya dan tidak berapa lama gadis kecil itu tertidur. Kurang lebih empat jam perjalanan akhirnya Kenanga dan Ibunya sampai di tempat tujuannya. Ibu Kenanga memasuki halaman rumah dan mengetuk pintu rumah itu menggunakan punggung tangannya.
"Tok tok tok."
Sudah hampir setengah jam wanita itu mengetuk pintu itu tetapi belum juga ada yang membukanya. Wanita itu berjalan ke samping rumah dan ia melihat mantan mertuanya itu sedang mencuci baju. Ibu Kenanga lalu mengetuk jendela itu dan mantan mertuanya langsung menoleh ke arah Ibu Kenanga. Mantan mertuanya kemudian berjalan ke ruang tamu dan membuka pintu untuk Ibu Kenanga.
"Mau apa kau ke sini?" tanya Nenek Kenanga yang bernama Siti.
"Ibu aku mau menitipkan Kenanga di sini karena mas Dadang sudah tidak pernah memberiku uang lagi sejak kami bercerai," jawab Ibu Kenanga.
"Kenapa kau tidak bekerja saja?" tanya Nenek Kenanga.
"Bagaimana aku bisa bekerja Bu kalau Kenanga masih ikut denganku?" tanya Ibu Kenanga.
Nenek Kenanga hanya diam saja tanpa menjawab pertanyaan dari mantan menantunya itu.
"Aku sangat kesal sama mas Dadang Bu yang tiba-tiba tidak memberi uang untuk kebutuhan Kenanga, aku mau mas Dadang mengurus anaknya Bu. Ini baju-baju Kenanga ada di dalam tas ini," ucap Ibu Kenanga sambil memberikan tas itu kepada mantan mertuanya itu.
Ibu Kenanga langsung pergi meninggalkan Kenanga.
"Ibu jangan tinggalkan aku," teriak Kenanga sembari berlari mengejar Ibunya.
Ibunya terus saja berlari tanpa memperdulikan teriakan Kenanga. Kenanga yang berlari tanpa sengaja kakinya tersandung batu yang ada di halaman rumah itu.
"Ibu jangan pergi, Kenanga takut Bu," teriak Kenanga kepada Ibunya meskipun Ibunya sudah tidak terlihat oleh gadis itu.
"Hiks hiks hiks."
Tangis Kenanga yang meraung-raung hingga membuat tetangga Nenek Kenanga keluar dari rumah. Mereka hanya melihat Kenanga dan membicarakan hal tersebut sambil berbisik-bisik.
"Kasihan sekali gadis kecil itu di tinggal Ibunya gara-gara kelakuan Dadang yang tidak bertanggungjawab," bisik salah satu tetangga.
"La iya kok bisa Dadang itu kelakuannya sama dengan Bapaknya yang suka kawin, makanya Sulastri sekarang menerima karma akibat perbuatan kakaknya itu, dia di ceraikan oleh suaminya," bisik Ibu yang lain.
Nenek Kenanga yang melihat tetangganya bergerombol dan berbisik-bisik segera mengendong Kenanga masuk ke dalam rumah.
"Ayo Kenanga ikut Nenek," ajak Nenek Kenanga sambil berjongkok siap-siap untuk mengendong Kenanga.
"Kenanga di sini saja Nek, menunggu Ibu," tolak Kenanga sambil memeluk lututnya.
"Ibumu tidak akan datang Nak, ayo ikut Nenek," bujuk Nenek Kenanga.
Kenanga akhirnya berhasil di bujuk oleh Neneknya dan ikut Neneknya masuk ke dalam rumah.
***
Sudah enam hari Kenanga tinggal bersama dengan keluarga Ayahnya. Sejak kepergian Ibunya gadis kecil itu sering melamun dan tidak mau menyentuh makanan yang di hidangkan oleh Neneknya.
"Kenanga ayo makan Nak," bujuk Nenek Kenanga sambil menyuapkan makanan ke dalam mulut Kenanga.
Kenanga tetap menutup mulutnya. Nenek Kenanga menyentuh dahi gadis kecil itu.
"Ya Allah badanmu panas sekali Nak," ucap Nenek Kenanga panik.
Wanita itu kemudian memanggil Dadang.
"Dang.. Dadang," teriak Nenek Kenanga.
"Ada apa Bu?" tanya Dadang dengan malas.
"Kenanga badannya panas banget, apa kau punya uang? Ibu akan membawanya ke klinik," ucap Nenek Kenanga.
"Aku tidak punya uang Bu," jawab Dadang.
"Ya sudah Ibu akan pinjam uang di rumah tetangga," ucap Nenek Kenanga.
Nenek Kenanga pergi ke rumah tetangga untuk meminjam uang dan tidak berapa lama wanita itu sudah mengantongi uang. Nenek Kenanga segera membawa Kenanga ke klinik terdekat. Setelah kepergian Ibu dan anaknya Dadang menyumpahi anaknya itu.
"Dasar anak sialan kenapa Ibu harus membawanya ke klinik segala? aku sumpahin habis ini dia mati," umpat Dadang.
"Aku tidak yakin dia itu anak kandungku. Dia mungkin saja hasil perselingkuhan Yati dengan laki-laki lain," ucap Dadang.
Tiba-tiba Sulastri sudah berdiri di belakang Dadang sambil berkacak pinggang.
"Mas kenapa kau menyumpahi Kenanga?" tanya Sulastri.
"Sejak kapan kau di situ?" tanya Dadang balik.
"Kenapa kau bertanya balik kepadaku? jawab pertanyaanku," pinta Sulastri.
"Dia itu anak yang tidak aku inginkan, aku berharap anak laki-laki tetapi yang keluar anak itu. Lagi pula aku tidak yakin dia anak kandungku," jawab Dadang.
"Kau tahu mas akibat perbuatanmu yang meninggalkan perempuan lain tanpa kejelasan imbasnya ke kehidupanku. Aku di tinggal oleh suamiku dan bercerai dengannya padahal umur pernikahanku belum ada setahun," hardik Sulastri.
"Kau saja yang tidak pintar menjaga suamimu sehingga suamimu pergi meninggalkanmu dengan perempuan lain. Kenapa kau menyalahkan aku?" tanya Dadang tidak terima.
"Kau tidak sadar juga ya mas, ini aku kena karma akibat perbuatanmu," teriak Sulastri.
Teriakan Sulastri terdengar sampai di rumah tetangga. Mereka semua mendekat ke arah rumah itu dan mendengar pertengkaran antara kakak dan adik itu dengan seksama.
"Iya kan Bu benar apa yang aku katakan kemarin kalau Sulastri kena karma dari perbuatan Dadang," bisik salah satu Ibu-Ibu itu.
"Iya ternyata Sulastri juga menyadarinya," jawab Ibu lainnya.
"Ibu-Ibu ayo kita lerai pertengkaran mereka," ajak salah satu Bapak-Bapak.
"Kemana Bu Siti? kenapa tidak melerai pertengkaran anaknya?" tanya Bapak yang lain.
"Ibu Siti tadi pinjam uang kepada saya mau membawa cucunya ke klinik Pak," jawab Ibu itu.
Tiba-tiba dari arah belakang Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak yang bergerombol, Bu Siti sudah berdiri di belakang mereka sambil mengendong Kenanga.
"Ada apa ini?" tanya Bu Siti.
"I..itu Bu, Dadang dan Sulastri lagi bertengkar dari tadi. Kami berniat melerai mereka," jawab salah satu dari Bapak-Bapak itu.
Nenek Kenanga segera masuk ke dalam rumah dan ia melihat kedua anaknya saling berteriak.
"Dadang, Sulastri hentikan pertengkaran kalian! apa yang kalian debatkan?" tanya Nenek Kenanga.
"Ini semua gara-gara mas Dadang Bu," jawab Sulastri.
"Kau jangan menyalahkanku," bentak Dadang sambil berusaha menjambak rambut Sulastri.
"Plak."